15. Setitik harapan

8 2 0
                                    

"Dita,cepetan dong jalannya" ucap Adelia menghentikan langkahnya dan menunggu Dita yang berjalan lambat dibelakangnya.

"Emangnya mau kemana sih?" tanya Dita yang kini sudah menyamai langkah kaki Adelia.

"Udah ikut aja deh gak usah banyak tanya"

"Ya udah jalan aja sana duluan"

"Ya gak bisa gitu lah, udah ahh cepetan ayo" ucap  Adelia lalu memegang tangan Dita dan berjalan lebih cepat.

"Bentar" tiba-tiba Dita menghentikan langkahnya yang membuat Adelia juga ikutan berhenti.

"Apa lagi?"

"Ngapain kesini?" Kini Dita bertanya dan menatap mata Adelia dengan tatapan Seriusnya.

"Hah?"

"Ngapain kita kesini? Bukannya ini jalan ke rumah Camilla yang dulu kan?"

"Iya"

"Mau ngapain lagi sih Del, kan kamu juga udah tahu kalau rumah itu udah ada yang nempatin bahkan semenjak Camilla pergi dan gak kembali lagi kesini"

"Iya aku tahu"

"Trus?"

"Aku cuman mau mastiin kalau Camilla yang kita temuin itu beneran Camilla, bukan orang lain"

"Dengan cara?"

"Dengan cara-,

"Ngedatangin rumahnya yang dulu, yang bahkan kita sendiri tahu kalau rumah itu udah lama dijual gitu? Bahkan udah ada yang nempatin dari lama"

"Dit?"

"Gak jelas tahu gak?"

"Aku cuman-,

"Cuman apa? Harusnya kalau mau kesini ngomong dulu, jangan segala so rahasia-rahasia"
Jelas Dita dengan wajah datarnya lalu melanjutkan jalannya meninggalkan Adelia yang masih menundukan kepalanya merasa bersalah.

"Del" tiba-tiba Dita kembali membalikan badannya dan tersenyum lebar kearah Adelia yang menatapnya bingung.

" 2 - 1 " lanjutnya yang langsung mendapat tatapan kesal dari Adelia.

"Ditaaaaaa, kamu ngerjain aku?" teriak Adelia yang langsung berlari mengejar Dita yang kini sudah berlari mengdahuluinya.

......

"Maaf Neng, tapi memang rumah ini sudah dari lama menjadi milik saya, dan memang gak ada juga yang datang kesini, apalagi untuk mengambil dan membeli rumah ini lagi" Jelas seorang wanita yang kini berdiri di depan rumahnya bersama Adelia dan Dita.

"Ohh gitu ya bu, saya kira temen saya kembali ke rumah ini"

"Iya neng, kalau itu saya kurang tahu, soalnya memang rumah ini udah lama saya tempati"

"Kalau gitu kita pamit dulu ya bu, maaf udah ganggu waktunya" pamit Dita tersenyum ramah.

"Iya Neng"

"Makasih bu, kita pamit dulu"

"Iya neng, sama-sama"

Setelah berpamitan Adelia dan Dita pun berjalan kembali entah menuju kemana.

"Aku kira Camilla beneran kembali dan kembali ke rumah itu lagi" ucap Adelia dengan wajah sedihnya, ia berjalan bersama Dita dengan kakinya yang selalu menendang-nendang batu kecil yang ada dijalanan.

Jeritan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang