Terkadang memang kita harus berdamai dengan keadaan, meskipun semuanya terasa menyakitkan.
"AKU CAPEK!!"
"AKU CAPEK YAH, BUN!!"
"Camilla pengen berhenti hiks hiks!!"
"Camilla capek kalau terus kayak gini!!"
"Camilla sakit"
"Camilla pengen pergi!!" Camilla terus saja menangis, sang Bunda dari tadi sudah berusaha menenangkannya. Begitu juga dengan sang Ayah, dan juga sang kakak yang hanya berdiri mematung, menundukan kepalanya.
"Camilla jangan kayak gini sayang, Camilla jangan bicara seperti itu, Camilla akan baik-baik aja, Camilla harus percaya itu, kita sayang sama Camilla" Sang Bunda terus mengusap usap kepala sang anak yang berada dalam dekapannya.
"Camilla pengen kayak yang lain Bunda" lirih Camilla
"Iya sayang, Camilla pasti sembuh dan bisa kayak anak yang lainnya ya"
"Camilla masih inget gak, waktu kecil Camilla berharap kalau Kak Dio bisa sayang dan memperlakukan Camilla seperti kakak yang Camilla inginkan kan?" Tanya sang bunda mencoba membuat Camilla kembali ceria.
Mendengar pertanyaan sang Bunda, Camilla langsung menganggukkan kepalanya pelan.
"Asal Camilla tau, sekarang Kak Dio udah jadi apa yang Camilla harapkan. Kak Dio udah nunjukin kepeduliannya sama Camilla, bahkan liat sekarang, yang bawa Camilla ke rumah sakit, yang khawatirin keadaan Camilla, bahkan yang nangis-nangis tuh siapa? Kak Dio sayang" Jelas sang bunda, menampilkan senyumannya.
"Bunda"
"Iya sayang"
"Tapi Camilla masih marah sama Kak Dio, Camilla benci sama Kak Dio, karena dia udah ninggalin Camilla gitu aja" jelas Camilla yang masih berada dipelukan sang Bunda.
Sedangkan Dio yang mendengar penuturan sang adik, hanya mampu terdiam, semakin menundukkan kepalanya.
"Coba Camilla tanya, kenapa kak Dio ninggalin Camilla?" tanya sang Ayah yang berdiri disampingnya.
"Nah iya, coba Camilla tanya sama kak Dio" sambung sang Bunda, lalu melepaskan pelukannya. Camilla pun langsung menghapus air matanya, dan menatap sang kakak yang masih terdiam di posisinya.
"Kenapa?"
Dio langsung mengangkat kepalanya melihat kearah Camilla yang bertanya.
"Kenapa kakak ninggalin Camilla? Kakak benci ya sama Camilla, kakak gak sayang sama Camilla, kakak gak suka sama Camilla, karena bagi kakak, Camilla gak lebih hanya sekedar beban, iya kan kak?"
Dio langsung saja menggelengkan kepalanya cepat, bahkan air matanya kini kembali menetes, oh ayolah Dio, kenapa kamu kelihatan lemah gini, kemana hilangnya Dio yang selalu berkata kasar dan memasang wajah dinginnya?
"Kakak jahat!!"
Dio kembali menggelengkan kepalanya, "Kakak sayang sama Camilla" ucapnya berusaha meyakinkan sang adik.
"Bohong!!"
"Kakak gak bohong, justru kenapa kakak pergi itu karena kakak sayang sama Camilla, kakak gak mau liat kamu nangis karena ulah kakak, kakak gak mau liat Camilla yang selalu kesakitan karena perkataan kakak"
"Kak?"
"Kakak beneran sayang sama kamu, kakak gak mau liat kamu sakit, kakak selalu merasa bersalah karena gak bisa bikin kamu bahagia dan malah selalu liat kamu sakit dan sedih"
"Seharusnya kakak gak ninggalin Camilla!!"
"Kakak terpaksa ngelakuin itu semua, kakak mau liat kamu bahagia tanpa kehadiran kakak"
"Justru aku gak bahagia karena gak ada kakak"
"Maaf"
"Kakak tau! Waktu aku terbangun aku gak liat kakak, padahal aku berharap bisa liat kakak ada di samping aku, tapi nyatanya kakak malah ngilang gitu aja, bahkan ayah sama bunda malah berbohong sama Camilla, Camilla kecewa kak!!"
"Maaf"
"Kakak gak tau kan gimana beratnya Camilla jalanin hidup sendiri, tanpa ada nya kakak yang aku butuhin"
"Maaf"
"Kakak gak tau gimana sakitnya Camilla--" belum sempat melanjutkan perkataannya, Dio kini sudah memeluknya erat seakan-akan benar-benar tidak mau kehilangan. Keduanya pun hanya menangis, menyalurkan kerinduan serta penyesalannya.
"Maaf, kakak bener-bener minta maaf, karena belum bisa menjadi kakak yang baik dan berguna buat Camilla"
"Camilla sayang sama kakak"
"Kakak juga sayang sama Camilla, maafin kakak. Kakak janji akan berubah, dan kita mulai semuanya dari awal ya" ucap Dio yang langsung diangguki oleh Camilla.
"Tapi kakak harus janji, jangan tinggalin Camilla sendiri lagi ya" ucap Camilla melepaskan pelukannya, dan langsung mengacungkan jari kelingkingnya.
"Kakak janji!!" Keduanya pun langsung menautkan jari kelingkingnya, lalu sama sama menampilkan senyumannya.
"Maafin kakak" Dio kembali memeluk Camilla, yang langsung diikuti oleh sang ayah dan Bunda, mereka pun berpelukan.
Mulai saat ini, semua harapan Camilla tentang Dio akan terwujud. Berkat adanya Dio, semoga rasa sakit Camilla sedikit berkurang.
"Camilla, ini Adel sama Dita, Camilla gak lupain kita kan?"
"Camilla kok gitu sih? Kenapa Camilla gak ngenalin Adel sama Dita?"
"Kita ini sahabat Camilla!!"
"Camilla kok jahat sih?"
"Camilla Jahat!!"
"Awssss" Camilla tiba-tiba saja menjerit, memegangi kepalanya yang terasa pusing, suara-suara itu kembali mendatanginya. Memori-memori yang tidak jelas itu kembali berputar dikepalanya.
"Camilla"
"Sa-kit, bunda sa-kit"
"Adel"
"Dita"
"Awhhh, siapa sebenernya mereka!!"
"Camilla sayang, heii sadar sayang!!"
"Bunda siapa mereka?"
"Kamu inget mereka?"
"Bun-da"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeritan Luka
Fiksi Umum" Bunda" "Iya sayang" "Apakah aku boleh berharap" "Tentu saja boleh, memangnya putri bunda ingin berharap apa hemm?" "Bisa hidup lebih lama lagi bersama bunda, ayah dan kak Dio" balas sang anak dengan senyuman manisnya seakan-akan ia percaya akan a...