18. Mimpi buruk

7 1 0
                                    

"Sa-kit hiks hiks, aku mau Kak Dio"

"Rumah kamu dimana? Aku anterin pulang ya"

"Aku gak mau pulang"

"Kenapa gak mau pulang?"

"Aku mau cari kak Dio"

"Tapi tangan kamu berdarah, pasti sakit kan?"

"Emm sa-kit, mau pulang aja ke bunda"

"Iya, rumah kamu dimana? Aku anterin"

"Rumah aku dekat kok, kamu mau anterin aku?"

"Iya aku anterin kamu, ayo berdiri aku bantu"

"Nama kamu siapa?"

"Nama aku Adelia, kalau nama kamu siapa?"

"Aku Camilla, kamu baik aku suka"

"Kamu lagi ngapain? Kok duduk sendirian, teman kamu mana?"

"Emm aku gak punya temen"

"Kamu gak punya temen? Emm gimana kalau kamu jadi teman kita"

"Nah iya bener, kenalin aku Adelia dan ini Camilla, kalau kamu siapa?"

"Aku Dita"

"Kamu cantik kalau senyum hehe"

"Hahaha Adel ayo sini,coba kejar aku"

"Awss"

"Camilla"

"Kamu gak papa kan? Ada yang sakit gak?"

"Camilla baik-baik aja kok"

"Ayo aku bantu berdiri"

"Camilla, Adelia"

"Dita"

"Camilla, kok diem aja kamu kenapa?"

"Adel, Dita kalau aku pergi, kita tetep teman kan?"

"Kita itu sahabat, selamanya kita akan bersama Camilla"

"Kok kamu ngomongnya gitu sih, kamu mau pergi?"

"Maafin Camilla, tapi aku harus pindah ke bandung"

"Gak papa, kita akan tungguin Camilla kok, sejauh apapun Camilla pergi kita akan selalu nungguin dan ada untuk Camilla, iya kan Dit?"

"Adel bener, Camilla gak perlu sedih, kita tetap teman kok"

"Makasih ya, Camilla sayang sama kalian, Camilla janji camilla akan cepet kembali"

"Bunda, Camilla kangen kak Dio"

"Kak Dio mana bunda!!"

"Kak Dio nanti pulang kok sayang"

"Bunda gak sayang lagi sama Camilla"

"Ayah selalu bohongin Camilla"

"CAMILLA BENCI KALIAN!!"

Huhh, Camilla langsung terbangun dari tidurnya. Ahh rasa sakit ini, kini muncul lagi. Camilla benci semua ini.

"Bunda" lirihnya, tangannya kini sudah memegangi dadanya yang terasa sakit, jangan lupakan bibirnya yang kini sudah memerah karena ia gigit untuk menahan rasa sakit.

"Bunda sa-kitt"

Brukkk

"Camilla!!"

Dio tiba-tiba saja masuk ke kamar adiknya itu, dengan wajah panik ia langsung menghampiri sang adik yang kini sudah terlihat pucat.

Jeritan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang