Waktu berlalu. Bulan berganti bulan, hari berganti hari, pagi menjadi malam.
Dalam waktu itu pula, baekhyun bisa mengalahkan rasa trauma dan ketakutannya. Membutuhkan waktu hingga 6 bulan untuk memulihkan hal itu. Dan Ternyata ini bukan mimpi. Seisi mansion masih tetap memperlakukannya dengan baik. Tidak ada yang namanya tatapan sini. Takdir itu baik. Baekhyun percaya itu. Dan jika memang ini hanya mimpi, setidaknya baekhyun pernah merasakan baagimana di perlakukan seperti manusia dari mereka semua.
Ya, walaupun baekhyun masih tetap meminum obatnya, namun tidak seperti dulu. Kali ini yoona menyarankan jika panik atau ketakutan itu muncul, baru baekhyun boleh meminum obatnya.
Kembali lagi. Baekhyun tengah membantu kyungsoo untuk menyiapkan sarapannya. Jika bukan karena ia menahan air kencingnya, dipastikan ia masih bergelung pada selimut. Jadi terpaksa lah baekhyun untuk bangun. Meninggalkan chanyeol yang masih tertidur pulas di kamar.
"Tolong pindahkan ke meja makan baek," suruh kyungsoo.
"Ung,"
Di bantu dengan para maid untuk meletakkan masakan yang sudah selesai untuk disajikan di piring. Baekhyun membawa satu mangkok terakhir yang berisi sup kesukaannya.
Ketika baekhyun ingin menghampiri kyungsoo, baekhyun dilanda mual yang dahsyat. Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju kamar mandi yang dekat dengan dapur dan memuntahkan isi perutnya di toilet. Hal itu lantas membuat suho, kyungsoo dan para maid memekik kaget.
Dengan sigap suho berlari menyusul baekhyun. "Baekhyun!"
Baekhyun masih sibuk memuntahkan isi perutnya. Sakit. Yang keluar hanya cairan bening, kepalanya pening bukan main. Baekhyun ingin bangkit, tetapi mual itu masih ada. Ia kembali memuntahkannya disana. Duduk bersimpuh di lantai kamar mandi yang lembab itu.
Ketika sebuah tangan menyentuh dan memijat tengkuknya, ia semakin mual dan muntah. Mencoba menyingkirkan tangan itu dari tengkuknya. Tetapi orang dibelakangnya itu tetap pada pendiriannya.
"Suho hyung, tolong lepaskan tanganmu dari situ." Disusul dengan muntahannya kembali.
"Suho hyung aku moh-" ucapannya terhenti ketika tau siapa yang berada dibelakangnya sedari tadi.
Park chanyeol.
"Fa-father," lirih baekhyun. Tatapan tajamnya itu selalu sukses membuatnya menciut.
"T-tidak father, pergilah.. biar aku yang melakukannya sendiri," ucap baekhyun. Ia menolak diperlakukan seperti ini.
Tapi benar. Apakah chanyeol tidak jijik? Baekhyun seratus persen yakin jika keadaannya sekarang sudah kacau. Bulir-bulir keringat itu sudah membasahi pelipis dan lehernya. Ia ingin selesai, tapi didalam perutnya sana serasa di aduk-aduk. Membuatnya mual.
"Jangan keras kepala! Muntahkan semua hingga kau lega!" Tegas chanyeol.
"S-sudah... i-ini sakith.."
Ya, perutnya sedari tadi belum terisi apapun. Hal itu membuat baekhyun sakit ketika ia memuntahkannya.
"Father.."
Chanyeol hanya diam. Ia lebih memilih memijat tengkuk si mungil dengan pelan ketimbang menyahuti apa yang baekhyun ujar.
Dan setelah itu, si mungil ambruk tepat dibawah kaki si jangkung. Ia kalang kabut dengan itu, mengendong baekhyun dengan cepat dan menyuruh mereka untuk menelpon dokter kepercayaan phoenix.
"PANGGIL DOKTER KANG KESINI!"
"SECEPATNYA!!"
Teriakan menggema itu membuat siapapun akan tunduk dan menuruti perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under your control [CHANBAEK] [FINISHED]
Fanfiction[END] [MAFIA STORY] [CHANBAEK] [BXB] Sejak awal, baekhyun sepakat bahwa ia mengabdi pada sang father hingga ajal menjemputnya. Tentunya ia sepakat dengan semua konsekuensi yang ada didalamnya. "Kau jalangku! Masuk kamar dan lakukan tugasmu!" [WARN⚠...