Sudah tiga bulan sejak chanyeol melepas baekhyun. Tiga bulan itu, chanyeol semakin hari semakin berubah.
Pemimpin phoenix itu semakin diam tiap harinya. Juga ia lebih memilih menahan amarahnya sendiri dibandingnya melampiaskannya pada anggota mansion yang ada.
Pun setiap hari, chanyeol selalu menanyakan bagaimana kabar baekhyun pada luhan. Tak pernah chanyeol pikirkan jika di hidupnya akan kehilangan baekhyun.
Bagaimana kabar anaknya? Bagaimana kabar baekhyun sendiri? Apa baekhyun sehat? Apa anaknya sehat didalam sana? Tak ia pungkiri jika penyesalan itu masuk kedalam hatinya ketika mengingat, baekhyun yang menahan semua keinginannya sendiri. Ah, bukan. Baekhyun hanya takut untuk meminta. Apalagi ketika baekhyun memintannya untuk mengelus perut buncitnya itu, ia merasa sangat bersalah sekarang. Rasa sesal itu kini menyeruak masuk kedalam lubuk hatinya.
Tapi?
Ketika baekhyun kembali? Apakah baekhyun mau menerima chanyeol? Bukankah pemuda mungil itu telah menyesal karena lebih mrmilih bertahan dengannya? Dan apa yang harus chanyeol lakukan untuk menarik baekhyun kembali?
"Kau tau bahwa aku orang yang egois, terkadang aku juga merasa terbebani dengan kehadiranmu.." gumamnya.
"Kau pergi dan meninggalkan senyuman cerahmu,"
"Aku tak munafik, jika aku mengingkan kehadiranmu saat ini hari ini, besok, dan sepanjang hidupku."
Chanyeol terdiam disana. Duduk termenung diantara sofa dan dikelilingi oleh rak-rak buku kuno yang berjajar rapi. Di hadapannya ada sebuah meja kecil yang membentang sebagai pemisah sofa di hadapannya pula.
Dering telpon nyaring terdengar. Chanyeol meletakkan telpon genggamnya diatas nakas sebelahnya. Nyaringnya dering itu memecah keheningan yang terjadi disana. Chanyeol menggeram karena suara dering itu menganggu konstentrasinya.
Ia segera mengambilnya dan menggeser ikon hijau yang tertera disana."Halo?"
"Chanyeol?"
Chanyeol mengernyit. Ia agak familiar dengan suara ini.
"Siap-"
Belum selesai ia bertanya, suara seorang lelaki yang sedikit keras terdengar dari benda pipih yang berada di genggamannya itu.
"Berhenti!"
"Ada apa lagi?!"
"Apa yang akan kau lakukan min ho? Memberitahu chanyeol? Belum saatnya!"
Setelah itu hening.
"Bagaimana kabarmu, chanyeol?"
Tanya lelaki yang menyebut namanya tadi.
"Aku baik paman min ho,"
Chanyeol menjawabnya dengan ogah-ogahan. Ia terlalu malas untuk basa-basi dari kedua pamannya itu. Chanyeol sendiri terlanjur malas ketika kedua pamannya itu menelpon dan menanyai kabarnya. Mengingat bahwa dulu pada masa sulitnya, chanyeol meminta bantuan pada mereka tetapi mereka malah mengusirnya. Hal itu membuatnya semakin malas untuk bertemu sapa dengan mereka.
Tetapi, semua itu ada alasannya. Hanya chanyeol saja yang belum tau.
"Ada apa? Kenapa paman menelfon?" Tanya chanyeol. Demi apapun ia sangat ingin menembak benda pipih itu karena ia muak berbicara pada pamannya.
"Oh, tidak ada. Aku hanya ingin menanyakan kabarmu saja." Di akhiri dengan kekehan kecil disana.
Chanyeol langsung mematut raut muka datar dan dinginnya. Ia langsung mematikan panggilan sepihak dan melempar ponsel genggam itu pada nakas disampingnya. Yang menghasilkan bunyi nyaring karena kedua permukaannya bersentuhan secara kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under your control [CHANBAEK] [FINISHED]
Fanfiction[END] [MAFIA STORY] [CHANBAEK] [BXB] Sejak awal, baekhyun sepakat bahwa ia mengabdi pada sang father hingga ajal menjemputnya. Tentunya ia sepakat dengan semua konsekuensi yang ada didalamnya. "Kau jalangku! Masuk kamar dan lakukan tugasmu!" [WARN⚠...