C.22

153 18 5
                                        

Setelah pertemuan mereka malam itu, baik Yerin maupun Wonwoo sepakat untuk mengikuti alur kehidupan. Yerin hampir mengatakan tidak, tapi Wonwoo membuatnya mengerti bahwa meskipun Tn. Jung tidak memaksa, tapi bisa dilihat dari sorot mata dan raut wajah beliau sangat berharap Yerin dan Wonwoo setuju. Wonwoo mengatakan pada Tn. Jung bahwa mereka akan menjalani skenario Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi biarkan mengalir sebagaimana mestinya.

Kim Taehyung kian gencar mendekati Yerin, Yerin bahkan merasa tidak lagi mengenal Taehyung yang gentle dan family man. Yerin sungguh merasa terganggu dengan perilaku Taehyung akhir-akhir ini. Selalu mengiriminya bunga dan juga pesan penuh cinta.

Bukannya Yerin benci, tapi ia hanya sedih melihat Taehyung seperti orang yang kehilangan arah. Ia juga merasa tidak enak dengan Jennie.

Saat sedang sibuk memikirkan pria yang akhir-akhir ini selalu menguntitnya, tiba-tiba pintu ruangannya dibuka dengan kasar dari luar.

"Maaf direktur Jung, wanita ini memaksa masuk."
"Tidak masalah, kamu boleh pergi."

Sekretaris baru Yerin, Hyewon segera keluar dari ruangan Yerin. Ya Wonwoo tak lagi menjadi sekretaris Yerin. Jabatannya sebagai wakil direktur membuatnya sangat sibuk. Meski begitu untuk beberapa hal Wonwoo masih mendampingi Yerin.

"Ada yang bisa saya bantu?"
"Ngga usah basa basi, jijik. Cepat katakan dimana Taehyung?"
"Taehyung? Dimana Taehyung? Anda salah menanyakan hal itu pada saya. Saya tidak tahu dan tidak mau tahu."
"Jangan bohong kamu."
"Itu adalah kebenaran. Lagian apa urusannya Taehyung dengan saya."
"Dasar munafik. Sok-sokkan nolak tapi setiap hari menerima kiriman bunga dari suami orang."
"Wah Anda salah paham, dr. Jennie."
"Salah paham gimana? Orang suruhan saya mengetahui semuanya."
"Benar Kim Taehyung suami Anda selalu mengirim bunga ke kantor saya, tapi saya selalu mengirimnya kembali."
"Bisa ngga sih, kamu jauh-jauh dari Taehyung?"
"Saya ini sudah menjauh dari dia, sejak Anda menikah dengannya."
"Kenapa ngga tinggal di luar negeri aja selamanya? Sejak kamu pulang Taehyung jadi orang yang gagal move on lagi."
"Kenapa ngga kalian aja yang pindah keluar negeri? Bukan malah nyuruh orang lain."
"Lagian apa sih hebatnya kamu ini, saya dengar dari Sojung kamu ini hanya wanita malang yang berkali-kali gagal menikah karena terlalu murahan. Batal menikah dengan tunanganmu karena kedapatan tidur dengan pria lain."
"Jangan melewati batas, dr. Jennie. Saya masih berusaha menghargai Anda sebagai sesama wanita."
"Saya tidak perlu dihargai oleh wanita murahan dan tak berharga sepertimu."
"Anda benar-benar melewati batas."
"Saya dengar ayahmu stroke kan? Itu mungkin hukuman yang harus dia tanggung karena kelakuan anaknya."

"PLAAAAK."

Yerin melayangkan tamparannya tepat di pipi kanan Jennie yang sudah sangat melewati batas.

Jennie yang merasa tak terima, balik akan menampar Yerin sebelum seseorang berhasil menahannya.

"Bawa dia keluar!"perintah Wonwoo pada security sembari menghempaskan tangan Jennie yang ia tahan.

Sementara Yerin sudah membalikkan badannya menghadap dinding dengan tangis yang coba ia redam.

Wonwoo hanya diam, memperhatikan bahu Yerin yang tampak bergetar.

Ia sangat ingin menenangkan anak bosnya itu, tapi ia tak punya keberanian. Ia menghormati Yerin layaknya menghormati Tn. Jung.

Alhasil ia hanya diam menatap Yerin dengan perasaan cemas.

Setelah merasa lebih baik, Yerin berbalik dan terkejut mendapati Wonwoo duduk di sofa dengan 2 gelas teh hijau di depannya.

"Teh hijau cocok untuk sedikit merilekskan pikiran."
"Kamu dari tadi di situ?"

Wonwoo menggeleng.

"Saya tadi ke pantry untuk membuat teh. Ternyata teh hijau bisa membuat kita jadi lebih rileks. Jadi saya buatkan sekalian. Apalagi saya lihat Direktur Jung bekerja sangat keras."

Sorry! I Never Knew You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang