C. 20

152 21 1
                                        

Yerin tengah fokus menatap layar monitor di hadapannya tatkala ponselnya terus berdering. Ia mencoba tak memperdulikannya.

Tapi ponsel itu belum juga berhenti berdering. Ia menyerah dan akhirnya mengangkat panggilan dari nomor yang tak ia kenal.

"Ya, ini siapa?"
"Ini Sanha, Ms. Yerin."
"Ada apa?"
"Tn. Jung sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit."
"Apa yang terjadi."
"Tn. Jung tiba-tiba limbung dan jatuh pingsan setelah menerima telpon dari seseorang."
"Rumah sakit mana?"
"Rumah sakit terdekat dari kantor."
"Tut....tut....tut...."

Setelah mengetahui kemana ayahnya dibawa, Yerin langsung memutuskan panggilan telponnya begitu saja. Mengambil tasnya dan berlari menuju lift dan masuk ke dalam. Dengan tangis yang tak bisa dibendung. Segala hal-hal buruk sedang berkecamuk di kepalanya.

Lift sampai di basement, Yerin berjalan menuju parkiran dengan tergesa-gesa. Pembawaannya yang terbiasa tenang sejenak sirna. Rasa cemas dan takut menyelimuti hati dan pikirannya. Ayahnya, pelindungnya, kini tengah sakit. Entah sakit apa.

Yerin masuk ke dalam mobilnya, melajukannya dengan kecepatan tinggi meninggalkan gedung Departemen Perdagangan Korea.

45 menit waktu tempuh yang dibutuhkan oleh Yerin untuk sampai di rumah sakit tempat ayahnya dirawat.

Dengan sisa-sisa air mata yang masih tampak jelas di wajahnya, ia segera memasuki lobi rumah sakit menanyakan di mana ruang IGD. Setelah diberitahu oleh salah satu perawat, ia segera berlari ke ruangan yang menjadi tujuannya saat ini.

Dari kejauhan Sanha, asisten pribadi ayahnya terlihat khawatir di depan sebuah ruangan. Yerin segera menghampirinya.

"Bagaimana kondisi ayah?"tanya Yerin panik.
"Tn. Jung sedang diperiksa oleh dokter. Ms. Yerin tenang dulu."
"Apa kamu bilang? Tenang? Ayahku sedang sakit di dalam sana dan kamu menyuruhku tenang?"bentak Yerin.

Sanha terkejut dengan respon yang tak biasa dari Yerin. Biasanya sepanik apapun anak dari atasannya itu, ia tak pernah seperti ini. Tapi Sanha berusaha mengerti kondisi Yerin. Ia memang sangat dekat dan ayahnya. Jadi wajar jika dia seemosional itu saat ini.

Ruang IGD terbuka. Seorang dokter dan perawat keluar dari sana. Yerin segera menghampirinya diikuti oleh 2 pria di sampingnya.

"Bagaimana kondisi ayah saya, dok? Beliau baik-baik saja kan?"
"Ayah Anda mengalami stroke."

Mendengar jawaban dokter, tubuh Yerin luruh hampir jatuh beruntung kedua pria di sampingnya cekatan menangkap Yerin.

"Sanha, tenangkan dia. Saya akan berbicara dengan dokter."

Sanha mengikuti perintah pria itu, membantu Yerin untuk duduk di kursi tunggu depan ruang IGD. Sementara pria tersebut mengikuti sang dokter ke ruangannya.

✴✴✴

Saat ini Tn. Jung Woosung sudah dipindahkan ke ruang ICU. Kondisinya cukup kritis. Sementara Yerin berada di depan ruang ICU menunggui sang ayah. Tadi ia sempat menjenguk ayahnya meski hanya sebentar.

Sanha sudah pulang lebih dulu, atas perintah Yerin. Sebelumnya Yerin dengan tulus meminta maaf pada Sanha, yang tanpa sadar Yerin bentak tadi.

Kini Yerin hanya berdua bersama pria yang baru Ia sadari keberadaannya setelah kondisinya jauh lebih tenang. Pria yang sudah pernah bertemu dengannya di restoran beberapa hari yang lalu. Ya, dialah pria yang mobilnya ditabrak oleh Yerin. Yerin tak mengerti siapa pria itu dan mengapa pria itu ada di sini. Seolah mengerti tanda tanya di wajah Yerin, pria itu memulai pembicaraan.

Sorry! I Never Knew You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang