14. Terabaikan

37K 4.7K 622
                                    

VOTE DULU

VOTE DULU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Sebelum nantinya meminta bantuan Ummi, AAmar ingin sedikit ikhtiar dengan memanggil Afifah walau kemungkinan besar akan mendapatkan ditolak. Ia pun dengan badan lemah karena sering tenggelam dalam rasa bersalahnya malam itu perlahan menuruni anak tangga. Santriwati yang tadinya bergemuruh heboh ketika melihat kehadirannya spontan membisu dan tak berkutik sebab menaruh rasa hormat padanya yang belum pantas di hormati. 

Netranya yang tak ingin menyapa penglihatan banyak santriwatai langsung ia arahkan pada istri kecilnya yang baru saja mengalihkan pandangan setelah mata mereka sempat saling bertabrakan sedetik saja. Gadisnya Gus Amar itu dengan wajah suramnya menunduk. Dapat Gus Amar tebak yang Afifah lakukan itu karena muak melihatnya.

"Mbak Afifah!" panggilnya yang membuat kebanyakan mata di sana otomatis menatap gadisnya yang sangat jarang ia panggil dengan nama langsung. 

Gus Amar juga di kerumunan ini tak dapat memanggil Afifah dengan sapaan Ning sebab gadis itu tak ingin teman-teman pesantrennya mengetahui identitasnya. Semakin banyak orang yang mengetahui jika dia anak Kyai hanya akan membatasi pergerakannya. Ia tak mau membuat citra keluarga ndalem pondok menjadi buruk ketika orang-orang tahu kejelekan, kebodohan, dan kelancangannya dalam bersikap ketika nasab mulai dikenali. Selain karena hal itu, sampai saat ini ia juga lebih senang dipanggil mbak santri oleh orang-orang daripada A-Ning. 

"Di panggil Gus Amar, Pi," bisik Amin yang setia berada tepat di samping Afifah.

Dalam tubuh merunduk, Afifah menggeleng.

"Kenapa sih? Di panggil itu loh," Amin menyikut pelan lengannya.

"Gak mauuu. Jangan paksaaa," tolak Afifah dengan perasaan tak nyaman. Untuk kali ini ia tak bisa dipaksa, sebab menghampiri ataupun menjawab panggilan Gus itu hanya akan membuatnya merasa lebih kacau.

"Kalo Pipi kayak gitu gak sopan namanya. Buruan dijawab itu loh panggilannya Gus Amar," Amin terus mendesak Afifah yang mulai gelisah dan ingin menangis detik ini juga. Kejadian malam itu menjadi ketakutannya tersendiri untuknya setiap nama pria itu disebut.

Afifah tak mau menanggapi Amin lagi tentang hal ini. Ia lelah.

Gus Amar yang sudah tahu akan berakhir seperti ini, hanya mampu mengangguk dan tersenyum pasrah. Ia pun lalu melangkah pergi menuju ke tempat Ummi Nadira yang sebentar lagi akan dipamiti santriwati. 

"Ya Allah, Pi. Gus Amarnya pergi tuh. Sampean sih." Dumel Amin tak terima karena melihat kekecewaan yang tersirat di mata Gus tercintanya.

Afifah menggeleng tak acuh lalu mulai berjalan mengikuti mbak-mbak di depannya yang mulai masuk ruang tamu ndalem.

"Afifah caper banget sih," ucap Intan pada Atika dan Anggun. "Gak sopan lagi sama Gus Amar,"

"Aku gak peduli. Aku cuma mau pulang." balas Anggun sambil terus tersenyum sebab tak lama lagi ia bisa bermain ponsel di rumahnya sendiri.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang