JANGAN SIDER YA
===
Menjelang tengah malam, setelah selesai kilatan beberapa menit lalu, Afifah dan Amin duduk saling berhadapan di dalam kamar mereka untuk mengobrolkan beberapa hal sebelum nanti sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri.
"Lebaran pulangkan, Pi?" tanya Amin sambil menenggak kopi hitamnya karena tengah mencari penyegar mata yang bisa menguatkannya nanti sewaktu tadarus Quran. Ia memiliki target 5 khataman di Ramadhan kali ini.
Afifah mengedikan bahu. "Nggak tau, tapi kayaknya sih iya,"
"Gak usah deh. Lebaran ke rumahku aja yuk! Deket tauk, cuma di kabupaten sebelah doang," ajak Amin dengan raut memohon. "Kali-kali, Neng. Di sana banyak tempat wisata bagus kok. Udah lama banget kan Pipi nggak jalan-jalan?"
Afifah tampak berpikir. Namun akhirnya mengangguk juga. "Gak janji tapi ya?" Ia kemudian bangkit dari duduknya yang tadinya di lantai menuju tempat biasanya mengistirahatkan badan dan pikiran. Waktu sudah menunjukkan semakin malam, agar ia bisa fokus kembali untuk hari esok, ia ingin segera tidur dan juga membiarkan Amin untuk tadarus. "Tidur dulu ak—"
"Afifah!" panggil Ina yang baru saja masuk kamar sambil berjalan mendekati gadis yang baru saja ia panggil itu.
"Kenapa, Mbak?"
Bukannya langsung menjawab, Ina terus saja mendekati Afifah sebab ingin menjawabnya dengan sebuah bisikan. "Sana!" suruhnya setelah selesai menyelesaikan tanggungjawabnya.
"Sekarang, Mbak? Jam ini?" tanya Afifah tak percaya lantaran ia mendapatkan panggilan dari Gus Amar untuk pergi ke ndalem.
Ina mengangguk. "Udah sana!"
"Boleh bawa temen?" tanya Afifah sambil menyambar kerudungnya yang tadi telah ia lepas.
Ina terdiam sejenak sampai akhirnya mengedikan bahu. "Tadi sih Beliau nyuruhnya cuma manggil sampeyan,"
"Kenapa loh, Pi?" tanya Amin sambil berdiri untuk pergi mengambil Alquran yang sudah siap ia baca.
"Dipanggil Gus Amar, Min,"
"Jam segini!?" tanya Amin kaget.
Afifah mengangguk pelan. "Ikut yuk! Temenin," ajaknya.
"Ingat, Min. Sampeyan udah niat bakalan khataman 5 kali Ramadhan ini. Jangan banyak main-main," sahut Ina sambil menggenggam pergelangan tangan Afifah untuk ia tarik ke arah pintu. "Buruan sana, Fi! Udah ditungguin tuh."
Afifah berjalan menuju pintu dengan tatapan mengarah ke Amin seakan mengajak gadis itu untuk ikut juga. "Ayo!"
Dengan raut sedih Amin menggeleng. "Nitip salam aja deh Pi buat Beliau, assalamu'alaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning Kecilku √ (Terbit)
EspiritualPart acak❗ Dinikahkan dengan gus sejak umur 17 tahun adalah hal aneh pada zaman sekarang. Dan juga, selama ini hubungan yang harusnya ia ketahui malah di tutup rapat-rapat oleh kedua orangtuanya sebab beberapa alasan. #1 in Abah 2021 #1 in Kyai 2021...