27. Baikkan

45.6K 5.3K 486
                                    

MAKASIH UDAH VOTE

MAKASIH UDAH VOTE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


===

Mendekati siang ini setelah kegiatan pengukuran besar, luas, dan panjang rumah sesuai dengan desain selesai dilakukan oleh para tukang, Gus Amar segera pamit pulang duluan ke ndalem dan sesampainya di sana ia langsung menyambar beberapa barang penting yang kemudian dimasukan ke dalam tas sebelum akhirnya bergegas pergi menyusul istrinya menggunakan motor supaya cepat sampai.

Berbekal informasi nama pantai yang dikatakan adiknya tadi pagi, membuat Gus Amar tak perlu lagi memusingkan pantai mana tujuan mereka sebenarnya. Ia hanya perlu hati-hati dalam mengendarakan motor yang melaju cepat ke tempat yang sangat ia ketahui jelas seluk-beluknya sebab di masa remajanya saat mondok dulu ia dan kawan-kawan se-asrama sering touring ke berbagai tempat di pulau Jawa.

"Tenang Amar, tenang." lirihnya yang sedari tadi gelisah dan di otaknya pun terus saja memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang istrinya lakukan bersama sang kekasih hati di saat sedang berjauhan dengannya seperti sekarang.

Tak mau kalut dalam ketidakpastian yang tidak ia ketahui nyatanya, Gus Amar memilih beristighfar untuk menghilangkan gangguan ini agar tidak menggangu konsentrasinya yang sangat dibutuhkan supaya tidak terjadi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan contohnya.

~~~

Sementara itu di waktu bersamaan, disaat Ning Uli dan kedua pria yang tadi dibawa ke sini tengah jalan-jalan di bibir pantai sambil makan bakso bakar, Afifah tengah duduk di kursi santai bersama Ning Layla dan tengah membahas sedikit tentang Gus Amar. 

"Mas Amar tuh sebenarnya gak gitu. Eh, atau karena dia gak mau buka diri aja ke keluarga makanya aku gak tau kelakuan aslinya. Tapi eum ada dua kemungkinan juga sih, antara emang itulah dia yang asli yang hanya mau ditunjukan sama Ningnya, atau karena dia tergila-gila sama Ning Fifah sampai sering berubah-ubah gak menentu," ucap Ning Layla saat Afifah bertanya perihal Gus Amar yang sering bersikap layaknya bunglon tatkala bertemu dengannya.

Afifah berdehem sambil mengangguk-angguk paham.

"Ning Afifah suka nggak sama Mas Amar?" tanya Ning Layla.

Afifah berdehem sambil memikirkan jawaban yang sekiranya tak menyakiti perasaan keluarga ndalem. "Eeum, belum. Tapi bakalan suka ke depannya," jawabnya diakhiri kekehan canggung.

Ning Layla menghela napas panjang sambil menurunkan setiap ujung bibirnya. "Iya sih, emang jarang juga kalo nikah perjodohan langsung bisa suka apalagi cinta. Tapi ya ingat, tugas istri jangan sampai terabaikan,"

Afifah menggigit bibirnya merasa ini adalah tamparan bagi dirinya yang sering mengabaikan sampai memperlakukan Gus Amar buruk.

"Yaaa, sebisa mungkin jaga perbuatan dan perkataan yang jangan sampai bikin suami kesal apalagi marahlah. Kan kita sebagai istri harus naruh hormat ke suami melebihi hormat kita ke orang tua," jelas Ning Layla. "Enaknya gini, perlakukan lah suami seperti kita ingin diperlakukan baik sebagai istri,"

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang