20. Bertemu Kembali

28.7K 3.8K 577
                                    

UDAH UP LAGI NIH, JANGAN SIDER‼️

😻😻😻

SAMA-SAMA

SAMA-SAMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


===

Sungguh, inilah pertama kalinya Afifah tertarik dengan kedatangan Gus Amar. Senyum lebar kembali menghiasi wajah ayunya tatkala melihat pria itu berada di dekat Gusnya selalu.

Nikmat dan ujian Allah itu nyata, ia tengah menikmati kehadiran santri pria itu namun kadang kala mendapatkan teguran dari hati untuk tidak bersikap sedemikian rupa.

Cintanya gila, andai bukanlah agama yang mengatur segala kehidupannya, dengan berani Afifah akan berusaha mendekati santri Gusnya itu yang mengenalkan diri dengan sebutan Ibrahim.

Rasa terimakasih pada Tuhan tak henti-hentinya Afifah katakan dalam hati, sebab setelah sekian lama mondok dan mencintai dalam diam, akhirnya bisa mengetahui namanya secara terbuka tanpa harus melalui perantara dari 1 orang ke orang lainnya.

"Gus Amar sama Kang Ibrahim ayo istirahat dulu, makan-makan ke belakang yuk!" ajak Ummah Asiyah saat ke ruangan depan menemui menantunya.

Afifah yang mendengar suara Ummahnya dari ruang keluarga yang terdapat prasmanan kecil-kecilan langsung membulatkan mata dengan jantung berdegup lebih cepat dari biasanya.

Ia mengigit bibir bawahnya sambil terus saja tersenyum tanpa henti. Ingin kabur ke kamarnya tapi di depannya banyak tamu, ingin ke belakang, di belakang malah banyak kakang santri yang sedang makan. Ingin mengalihkan fokus, tapi belum beli ponsel untuk bisa dimainkan.

Ya Allah, Fifah harus gimana ini? Huaaa!

"Fah, layani Gus Amar makan ya? Tamunya masih banyak di depan!" suruh Ummahnya yang datang padanya membawa 2 pria di belakangnya.

Afifah buru-buru berdiri dan matanya malah menyambut netra Gua Amar terlebih dahulu, sebab si Ibrahim itu menundukkan kepala. Ia lantas mengiyakannya, kemudian Ummahnya pun langsung balik badan untuk kembali ke ruang tamu.

"Monggo sampean ambil makan dulu!" Gus Amar menyuruh Ibrahim ke tempat hidangan pertama kali, sementara ia berjalan pelan dengan senyuman tipis ke arah istrinya.

Afifah tentu tak dapat ke mana-mana saat ini, ia telah dipasrahi Ummah untuk melayani Gus Amar walau aslinya enggan. Ingin menjauhi pria yang tengah mendekatinya itu dan gantian melayani Ibrahim juga tak mungkin.

"Gimana kabarnya?" tanya Gus Amar sambil mengulurkan tangan padanya tanpa menurunkan tarikan senyum tipisnya.

Afifah menangkup kedua tangannya sambil mengangguk, "Baik."

Melihat tangannya diabaikan, Gus Amar mengedikan bahu sambil terus melangkah maju dan mengangkat tangannya lebih ke atas. Kurang beberapa puluh centimeter lagi di depan Afifah, pria itu menyentuh bahu gadisnya untuk ditarik mendekat agar memudahkannya dalam menyalurkan rindu.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang