36. Pulang Dari RS

20.6K 3.3K 319
                                    

VOTE KENAPA LAH

VOTE KENAPA LAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Dipinggir brankar Afifah tersenyum lebar seraya mengayun-ayunkan kaki saat di lantai bawah depan situ tak jauh darinya ada Ibrahim yang asik berkemas barang bawaan Gus Amar karena hari ini ia sudah diperbolehkan pulang.

Ketika melihat tak ada tanda-tanda orang lain akan masuk Afifah berniat mengajak ngobrol pria itu diam-diam. Tidak, mereka tidak berduaan saja. Ada juga santriwati lain namun orangnya masih berada di kamar mandi untuk membereskan barang-barangnya yang terletak di sana.

"Kang Ibrahim," panggil Afifah menahan malu.

"Dalem, Ning. Kenapa?" Ibrahim memutar tubuh sambil berdiri agar lebih jelas lagi saat mendengar penuturan Ningnya yang mungkin ada keperluan padanya.

Afifah spontan menggeleng. "Gak papa gak papa, sampean lanjut aja, lanjut," ujarnya diakhiri tawa tak enak hati telah membikin orang lain bertambah repot.

Ibrahim ikutan tertawa pelan seraya mengangguk lalu melanjutkan aktivitasnya yang dimulai sejak beberapa menit lalu.

Wanita itu setelah tak mendapat perhatian dari Ibrahim lagi memaki-maki diri sendiri dalam hati yang kelewat bodoh walau hal itu tak baik dilakukan. Namun melihat situasinya masih cukup aman sebisa mungkin ia akan membuat obrolan singkat sebelum nantinya mungkin tak lagi bisa.

"Eum, Kang Ibrahim udah sarapan?" tanya Afifah pada akhirnya masih dalam situasi menahan malu.

"Alhamdulillah udah Ning. Tadi dibeliin Gus Amar." jawab Ibrahim tanpa lari fokus lagi dari pekerjaannya yang hampir selesai.

Gus Amar sendiri tengah di tempat pembayaran untuk membayar seluruh tagihan rumah sakit Afifah selama di sini.

Wanita itu mengulas senyum sambil menundukkan wajah. Hatinya merasa berbunga-bunga hanya dengan jawaban biasa saja seperti yang Ibrahim katakan barusan. Ingin bertanya lanjut, santriwati tadi malah sudah keluar dari kamar mandi.

Yang dapat ia lakukan hanyalah menghela napas dan berdecak pelan sambil menatap ke arah pintu yang juga baru kembali Gus Amar tanpa menunjukan ekspresi jelas.

"Ayo pulang!" ajak dia sambil mendekatinya untuk memapah jalan yang masih sedikit kesusahan.

"Iya."

Kemudian mereka semua berjalan bersama menuju parkiran rumah sakit sebab mobil Gus Amar berada di situ. Selepas sampai, posisi duduknya adalah pria di depan dan perempuan di belakang. Tak peduli dengan status yang Afifah dapatkan, seorang makmum apalagi jenisnya seorang wanita tempatnya pasti di belakang imam dan jejeran laki-laki lain.

"Mbak Nadin tasnya bawa sini." pinta Afifah saat santriwati tadi yang berumur lebih tua darinya 2 tahun memegang tas selempang Gus Amar.

"Ini, Ning."

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang