09. Kembali ke pondok

41.9K 5K 563
                                    

VOTE DULU YUK! JANGAN SIDER YA?

VOTE DULU YUK! JANGAN SIDER YA?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

Gus Amar menoleh ke belakang di kala mobilnya baru saja berhenti di lampu merah tak jauh dari Albasyari. Ia mengulas senyum tipis saat di dapati Afifah sudah tidur meringkuk di dekat pintu. Merasa kasihan karena gadis itu terlihat kedinginan, ia merendahkan suhu AC-nya.

"Aku belum 100% mencintaimu. Tapi segalanya tentangmu membuatku jatuh hati," ingin sekali rasanya ia angkat tangan untuk mengusap kepala Afifah. Tapi tentu tak sampai berani ia melakukannya diam-diam. "Jatuh hatilah padaku, Ning."

Tak lama setelah itu lampu yang ada di atas pun kembali berwarna hijau dan segera Gus Amar menjalankan mobilnya menuju pondok Albasyari. Dan selang beberapa menit kemudian ia telah sampai di depan ndalem tepat pada pukul 09:45 malam.

Suara deru mobilnya yang sudah sangat dikenali oleh keluarganya membuat sang Ummi buru-buru keluar untuk menyambut kedatangannya.

"Assalamu'alaikum, Ummi." Gus Amar memberikan salam pada Ummi Nadira sembari bersalaman.

"Wa'alaikumussalam. Sehat, Le?" Ummi Nadira tersenyum lembut sambil mengusap rambut anaknya.

"Wa'alaikumussalam, Mas. Ning Afifah mana?" sahut Ning Layla yang belum pulang ke rumahnya sendiri sebab tadi ia harus mengajar ke Diniyah.

"Alhamdulillah sehat." jawab Gus Amar lalu memutar badan menghadap ke adiknya. "Di dalam. Lagi tidur dia, bangunin gih!" suruhnya.

"Udah, Le?"

Gus Amar mengangguk. "Alhamdulillah udah, Ummi," jawabnya akan pertanyaan tentang pernikahannya dengan Afifah.

Ummi Nadira mengelus lembut lengan anaknya. "Alhamdulillah. Ya udah kamu salaman sama Abah dulu sana! Nanti di lanjut mandi."

"Injih." Gus Amar lalu masuk ke ndalem dan tujuan pertamanya adalah kamar Abah guna mengikuti suruhan Umminya.

~~~

Langkah Afifah gontai kanan kiri menuju asramanya sendiri sembari menenteng banyak plastik besar berisi makanan yang setengahnya tadi telah sekalian diberikan Ummi Nadira saat ia masih di ndalem.

"Ngantuk banget, Ya Allah." gumam Afifah sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Mengusir rasa berat pada matanya yang ingin memejam.

"Pipiii!" teriak dari pemilik suara yang Afifah kenali Amin lah orangnya dari arah depan.

Afifah mendongakkan kepala sambil berusaha membentuk senyuman sebab bibirnya terasa sangat kering. Ia butuh minuman yang sangat segar sebagai penghilang rasa kecut pada mulutnya.

"JAHAT BANGET SIH SAMPEYAN! PULANG GAK BILANG-BILANG!" sentak Amin menumpahkan segala kekesalannya. Gadis itu kemudian mengedarkan pandangannya dari atas kepala sampai kaki Afifah.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang