07. Puasa 1

44.4K 5.5K 469
                                    

===

Afifah buru-buru menyambar sorbannya lalu keluar dari kamar dan mengunci pintunya dengan kunci yang kemudian ia masukan ke dalam saku baju. Malam ini adalah malam pertama Ramadhannya di rumah setelah 3 tahun tak pulang. Dan dengan perasaan gembira, sekarang ini ia akan berangkat ke masjid bersama Abi, Ummah, beberapa anggota keluarga yang lain, dan tak luput akan kehadiran Gus Amar juga.

Abi berjalan terlebih dahulu, Gus Zain berdiri agak belakang sembari mengobrol dengan Abinya, sementara Gus Amar berdiri di samping Gus Zain yang dirinya juga kadang di tanyai sesuatu oleh Abi Utsman.

"Sampean pulangnya besok sore kan, Gus?" tanya Abi Utsman pada Gus Amar.

"InsyaAllah injih, Bi," jawab Gus Amar.

Abi Utsman mengangguk. "Jagain Fifah ya, Gus? Umur dia masih kecil. Pasti sering nakal, kalo nakal hukum aja dia," ujar Abi Utsman sambil terkekeh. "Nggeh kan, Fah?"  tanyanya akan sebuah persetujuan.

Afifah yang sedari tadi mendengarkan percakapan Abinya juga terkekeh. "Jangan, Abi. Fifah nggak nakal kok, heheh," jawabnya malu-malu.

"Masa iya?"

Afifah bertambah malu sebab mendapat pertanyaan itu, ia pun menutupi wajahnya dengan sorban sekaligus menundukkan kepalanya menatap tanah. "Injih, Abi."

Gus Amar juga ikutan menunduk karena ingin melirik Afifah yang semakin dilirik semakin menggemaskan, apalagi saat bersikap seperti itu. Malu adalah mahkota perempuan, dan saat ini ia bisa melihat salah satu mahkota indah milik istrinya.

Ingin di-hap tapi kok dianya bocil? Ish, Ya Allah, gemes sendiri rasanya. Ah, Astaghfirullah, tahan Amaaar.

Gus Amar mengusap dadanya beberapa kali sementara di otaknya saat ini ia sudah merencanakan sesuatu. Di mana ketika esok Afifah sudah bisa ia sentuh, tanpa mau menunggu lebih lama lagi ia akan menjadikan gadis itu haknya seutuhnya, dan ia nanti pasti akan sering-sering mencampurinya layaknya suami-istri.

"Ayo, Fah!" Ning Elsa yang sedari tadi berdiri di samping adiknya mengajak gadis remaja itu untuk pergi ke ruangan yang biasanya di gunakan tempat salat wanita.

Sebelum akhirnya nanti akan terpisah ke ruangan yang berbeda dengan Afifah, Gus Amar berusaha memandangi gadis itu untuk sekali lagi dengan jelas.

Wajah Ning Afifah candu banget, Ya Allah.

~~~

Dalam waktu 1 jam saja, salat Tarawih 20 rakaat ditambah Witir 3 rakaat telah selesai dilakukan. Mereka semua tak langsung pulang karena itu, butuh menunggu beberapa saat lagi sampai wirid, doa, dan sedikit ceramah diberikan.

Setelah rangkaian salat Tarawih semuanya dilakukan, baru, Abi Utsman melangkah keluar masjid bersama putra-putri juga menantunya.

Santri yang tadinya telah keluar terlebih dahulu dari masjid, namun ketika tak sengaja melihat Abi Utsman tengah berjalan pulang bersama sang keluarga langsung menyingkir ke tepi lalu setiap dari mereka menghentikan langkah masing-masing sembil merundukkan kepala sebagai bentuk takzim.

Dan ketika Abi Utsman dan keluarga telah melewati mereka satu persatu, mereka baru mendongak lagi. Tak sampai situ, ada juga seorang kakang pondok yang sengaja mengikuti keluarga ndalem sebab dari lubuk hati terdalam menginginkan keberkahan lainnya dari ahlul bait dengan sedikit perbuatan yang telah di wariskan  dari generasi santri ke santri lainnya, yaitu membalikan sandal.

Ning Kecilku √ (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang