Entah apa yang ada dipikiranku saat meng-iyakan tawaran yang Edward berikan. Oh ayolah, siapa juga yang tidak tergiur dengan bayaran besar seperti yang tadi pria itu katakan. Sepertinya otakku saat itu hilang akal setelah mendengar tawaran konyol itu.
Bagaimana tidak, Edward memintaku untuk menjadi babysitter-nya selama satu minggu dengan kompensasi 4 kali gajiku saat kerja di kafe. Tanpa pikir panjang aku langsung menyetujui tawarannya yang membuatku sekarang uring-uringan. Bahkan aku tak memikirkan nasib skripsiku yang harus ku ajukan pada Mr. Yuta minggu ini.
Seminggu bukanlah waktu yang lama, namun pria menyebalkan itu menyuruhku untuk tinggal di penthouse-nya selama aku menerima tawaran itu. Edward mengatakannya setelah aku menyetujui akan tawarannya. Curang bukan? Andai saja dia mengatakan hal itu diawal, mungkin saja aku tak akan langsung meng-iyakannya. Tapi disisi lain aku meragukannya, karena aku saat ini memang sedang membutuhkan uang lebih untuk proyek penelitian skripsiku.
"Hah kau gila Anneth" rutukku pada diriku sendiri.
"Sayang keluarlah, makan malam sudah siap" panggil papaku dari luar kamarku, mau tak mau aku beranjak dari ranjang. Dengan gontai aku berjalan ke arah meja makan.
"Kenapa dengan wajahmu? Kau ada masalah nak?" Tanya papaku saat melihat ku dengan malasnya duduk di sisi Peter. Pun Peter menatapku aneh.
"Tidak. Anneth hanya terlalu pusing mengerjakan skripsi pa" bohongku.
"Tidak perlu memaksakan diri, kerjakan dengan perlahan, toh masih ada 1 tahun lagi" ujar papaku yang ku jawab dengan anggukan kepala lalu Peter mengisi piringku dengan makanan yang ia masak.
Kadang aku merasa bersalah pada Peter, dia ku bayar hanya untuk menjaga dan merawat papa, tapi dia sering juga memasak untuk kami. Dia terlalu baik. Aku bahkan pernah menyampaikan hal ini pada Peter namun dia hanya berkata bahwa dia suka melakukannya.
Aku teringat akan pekerjaan dadakan itu. Bagaimana caraku untuk mengatakan pada papa. Aku memutar kepala agar papa tak curiga padaku. Tapi alasan apa yang harus aku katakan?
"Pa, Anneth mendapat tawaran kerja selama seminggu besok dan bayarannya cukup besar" ujarku hati-hati. Sebenarnya papa tak pernah setuju dengan ide aku bekerja.
"Hanya seminggu? Kalau tidak mengganggu waktumu tak masalah dan asal kau menyukai apa yang akan kau kerjakan, it's ok" ujar papa membuatku tak percaya. Aku menatapnya.
"Papa mengizinkanku?" Tanyaku berbinar tak percaya. Papa hanya mengangguk dan tersenyum.
"Thanks pa" ucapku senang membuat papa terkekeh. Tapi apakah papa akan tetap mengizinkanku jika tau aku berkerja pada siapa?
"Memang apa pekerjaannya?" Tanya papa membuatku terkejut.
"Emm itu pa, merawat orang sakit. Jadi dia itu keluarga orang kaya yang sibuk, jadi mereka tak ada waktu untuk menjaganya" jelasku, tak sepenuhnya bohong bukan?
"Kenapa tidak dirawat di rumah sakit saja kalau begitu?" Kali ini Peter yang bertanya namun papa juga sepertinya menunggu jawaban dari pertanyaan itu.
"Soalnya si pasien ini tak betah kalau harus dirawat di rumah sakit, maunya dirawat di rumahnya sendiri" jawabku sekenanya papa hanya mengangguk paham dan tak bertanya lagi. Setidaknya aku tak perlu mencari alasan untuk tidak pulang selama satu minggu nanti.
***
Sebelum memasuki ruangan itu kembali aku mengendap-endap dan melihat sekitar. Aku hanya tak ingin tertangkap kamera ataupun wartawan yang masih setia menunggu di lobi rumah sakit. Setelah yakin aku mengintip dari balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped By A Pervert
Romance[ONGOING] Anneth Andira Pramudya adalah seorang mahasiswa tingkat tiga yang tinggal bersama papanya di Sydney. Mereka pindah sejak Anneth berusia 13 tahun. Kedua orang tuanya bercerai dan Anneth lebih memilih mengikuti sang papa dan harus rela berpi...