Nothing, but You...

946 69 2
                                    

Aku terbangun pagi ini dengan sebuah lengan yang menimpa perutku. Lalu teringat jika semalam aku menginap di tempat Edward, pria yang masih terlelap saat ini. Wajah damainya membuatku mengurungkan niat untuk membangunkannya dan memilih berhati-hati untuk meloloskan diri dari pelukannya. Namun gagal, dia menggeliat saat aku berhasil terbangun dari sisinya dan mengerjapkan mata pelan.

"Jam berapa?" Tanyanya dengan suara seraknya. Aku yang enggan menjawab hanya meraih ponsel miliknya yang berada di nakas dan menunjukkan layar aktifnya padanya. Setelah melihatnya, bukannya segera beranjak, pria itu malah kembali menenggelamkan wajahnya ke bantal empuknya. Tak ingin menghiraukannya aku memilih ke kamar mandi.

Hingga aku kembali lagi ke kamar, Edward masih bergelung di bawah selimutnya meskipun cahaya terang terlihat jelas dari balik gorden yang belum terbuka itu. Aku hanya melewatinya dan keluar menuju pantry, sekedar mencari atau mungkin membuat sarapan karena aku merasa sangat lapar.

Mungkin berselang 15 menit, terdengar suara pintu kamar terbuka dan tertutup setelahnya. Aku terpaku saat melihat pria yang ku lihat beberapa saat lalu masih terlelap di ranjangnya kini dia telah rapi terbalut dengan celana bahan dan kemeja abunya beserta jas yang dia tenteng. Sulit dipercaya bukan? Apa dia benar-benar mandi dan bersiap hanya beberapa menit saja? Wah, hal yang tak bisa kaum hawa lakukan tentu saja.

"Kenapa memandangku seperti itu?" Ujarnya saat mendekat ke arah meja pantry. Aku hanya mengendikkan bahu sebagai jawabannya. Lalu dengan penasaran aku mendekatinya dan mengendus kepala dan lehernya yang mendapati pandangan aneh dari Edward. Namun nyatanya wangi shampoo miliknya menguar dari rambutnya dan jangan lupa body mist milikku juga dapat ku cium pada lehernya.

"Aku bukan kau yang bersiap saja membutuhkan waktu yang sangat lama" sindirnya seakan mengetahui maksud tindakanku.

"Aku akui" balasku karena memang benar apa yang ia katakan. Tapi aku yakin semua wanita seperti itu bukan? 

Lalu kami menyantap toast dengan telur setengah matang di atasnya yang aku buat. Setelahnya Edward mengantarku ke rumah karena aku harus mengambil beberapa barang sebelum berangkat ke kantor. Ia bersikeras menungguku tapi aku menolaknya karena dia ada rapat pagi ini, akhirnya dia pergi tanpa diriku.

Aku tengah berganti baju saat mendengar pintu depan terbuka. Aku berpikir jika itu papa yang pulang dari rumah Kak Diandra jadi aku meneruskan kegiatanku. Namun tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan mendapati Edward di sana. Aku mengerutkan dahi terheran.

"Ada yang tertinggal?" tanyaku, dia hanya menggeleng dan mendekatiku.

"What's wrong?" dia berdiri di depanku dengan mengendurkan dasi yang melingkar sempurna di lehernya?

"Apa kau menaruh sesuatu di minuman milikku tadi?" tanyanya yang membuatku tak mengerti.

"Tentu saja tidak ada" aku menghiraukannya dengan berbalik dan mengancingkan kemeja yang ku kenakan.

"Tapi seperti ada yang salah dengan ku" masih tak ku hiraukan. 

10 menit kemudian aku turun ke bawah dan Edward sudah berada di balik kemudinya. 

"Help me" ujarnya terdengar seperti bisikan, aku menoleh ke arahnya dan heran melihat mukanya yang memerah seperti menahan sesuatu. Aku yang tak paham hanya menatapnya penuh pertanyaan "What?"

Memilih tak menjawabku, Edward menarik tengkukku dan melumat hebat bibir yang baru saja ku lapisi dengan liptint favoritku. Awalnya aku hanya diam saja hingga Edward berbisik di tengah ciumannya "I want you, right now" setelahnya dia menarik ku agar aku duduk di pangkuannya.

Sekelebat teringat saat tadi aku berganti pakaian, pria itu memintaku untuk mengenakan rok melainkan celana panjang. Dan kini kusadari sejak itu dia sudah merencanakan hal tak senonoh di mobil, seperti sekarang, tangannya dengan mudah menyingkap rok ku dan tentu saja aku harus menduduki milik dia yang sudah mengeras.

Trapped By A PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang