Aku tak bisa berkata-kata setelah mendengar apa yang Edward dengungkan di telingaku. Selalu saja pria itu mengatakan hal-hal yang tidak dapat ku pahami secara langsung. Sebenarnya aku tau maksud dari perkataannya, hanya saja aku menahan diriku agar tak terbuai dan berharap sesuatu yang lebih. Aku lebih memilih bersikap biasa saja dan berpura-pura tak mengetahui maksud ucapannya.
Meskipun belum mengenal Edward dengan baik, namun aku yakin, pria itu masih tak bisa melepas Angel yang spesial untuknya. Jadi aku tak akan membiarkan hatiku jatuh dan terbuai oleh pria yang belum menyelesaikan urusan hatinya pada orang yang bahkan sampai sekarang masih ada di sisi Edward.
Aku belum siap mempercayakan hatiku lagi pada seserang, namun nyatanya saat Edward kembali menawan bibirku, aku tak kuasa menolaknya. Lidahnya membuaiku hingga tanpa sadar aku membuka bibirku untuknya. Jangan tanyakan debaran jantungku yang sepertinya berdetak dua kali lipat dari keadaan normal. Ciumannya semakin dalam saat ku kalungkan kedua tanganku pada lehernya. Namun kemudian Edward melepas tautan bibir kami, membuat suara nafas memburu memenuhi pantry.
"Katakan tentang hubunganmu dengan pria itu Anneth" ujarnya setelah nafasnya teratur. Aku membuka mataku dan menemukan tatapan Edward yang frustasi.
"We're done" ujarku lirih dengan masih menatap pria itu yang kini dapat ku lihat perubahan ekspresinya, lega? Lalu ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman samar. Edward kembali mendekatkan wajahnya ke arahku, namun aku menahan dadanya.
"What about you?" Tanyaku.
"Apa?" Jawabnya dengan memicingkan matanya.
"Kamu-Angel" dapat ku lihat perubahan ekspresi wajahnya sangat drastis disana. Senyuman yang samar itu menghilang.
"Kamu juga harus menyelesaikan urusan kalian" ujarku membuat wajah Edward mengeras. Dapat ku lihat eskpresi tidak sukanya di sana. Merasa tak akan mendapatkan jawaban darinya, aku mendorong badan Edward agak ada celah untukku menyingkir dari dekapannya.
Aku kembali berkutat dengan bahan-bahan yang tadi sudah aku keluarkan. Ada rasa ingin pergi saja dari sini namun di sisi lain aku masih ingin mendengar jawaban dari Edward yang masih terdiam di tempatnya. Tentu saja dia tak akan semudah itu melupakan adiknya sekaligus wanita yang menempati hatinya. Aku terlalu bodoh hingga tak menyadari jika aku sudah menyukai pria itu entah sejak kapan dan kini aku mendapat jawaban alasan perasaanku yang sudah biasa saja pada Lauren.
Tubuhku menegang saat ku rasakan kedua tangan Edward tertaut di depan perutku saat aku tengah memotong sayuran. Dia mengeratkan pelukannya hingga dada telanjangnya yang hangat menempel di punggungku, namun aku tetap melanjutkan kegiatanku. Aku harus pintar-pintar menjaga hatiku saat berdekatan dengan pria ini. Aku masih ragu, namun tak dapat ku sangkal bahwa aku merasa nyaman saat ini.
"Aku sedang mencoba melepaskannya. Melupakan perasaan ku" ujarnya di belakangku membuat gerakan memotongku berhenti.
"Tapi aku memerlukan bantuanmu di sini, untuk menghilangkan apa yang masih tersisa" lanjutnya. Aku tak berniat menimpali perkataannya. Aku hanya ingin mendengar.
"Aku tak ingin menjanjikan hal yang tak pasti. Namun yang jelas, I like it when you're in my arms, like this" ujarnya yang kali ini membuat jantungku kembali berdebar dan pipiku terasa panas. Ayolah Anneth, jangan terbuai. Aku mengingatkan diriku sendiri.
Namun tiba-tiba Edward melepas pelukannya dan memegang bahuku lalu memutar tubuhku, membuat kami berhadapan. Aku menunduk untuk menyembunyikan pipiku yang ku duga memerah. Aku tak ingin Edward melihatku bersemu hanya karena ucapannya. Kami terdiam hingga Edward menarik tangan kananku dan dia menaruhnya di dadanya yang masih bertelanjang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped By A Pervert
Romance[ONGOING] Anneth Andira Pramudya adalah seorang mahasiswa tingkat tiga yang tinggal bersama papanya di Sydney. Mereka pindah sejak Anneth berusia 13 tahun. Kedua orang tuanya bercerai dan Anneth lebih memilih mengikuti sang papa dan harus rela berpi...