Edward POV
Hari yang melelahkan. Setelah meeting dengan direksi yang alot mengenai proyek baru, aku memilih langsung pulang. Ku dapati apartemen sudah terang. Dan dapat ku rasakan kehadiran Anneth di sini. Aku mencarinya. Saat di pantry tak ada, tujuan utamaku adalah kamar.
Ku lihat pakaian yang berserakan ke arah kamar mandi. Tak biasanya perempuan itu seperti ini. Mungkin moodnya sedang tidak baik. Tebakku.
Perlahan aku mengintip dari balik pintu. Senyumku terulas kala mendapatinya tengah berendam dengan mata terpejam. Kebiasaan buruknya yang tak pernah berubah. Dia bisa berjam-jam berendam hingga tertidur.
Tak ingin mengejutkannya, perlahan aku mendekatinya dan mengecup pelan dahinya. Dia menggeliat.
"Hai gorgeous" sapaku pelan. Matanya bergerak pelan lalu terbuka.
"Oh hai. Sejak kapan kau pulang?" Tanyanya.
"Baru saja. Sejak kapan kau berendam huh?" Tanya balikku.
"Jam berapa sekarang?"
"Pukul 5 lebih"
Dia berusaha beranjak dari bath up. Aku ingin membantunya. Tapi dia menolak.
"No. Aku bisa sendiri. Atau aku akan berakhir pasrah di bawahmu McCharter" tolaknya membuatku tertawa. She know me so well.
Aku mengambil bathrobe untuknya dan memberikannya.
"Thanks. Some privacy please" ujarnya lagi-lagi membuatku terkekeh.
"I've already see all part of your body babe" balasku. Aku mencoba menggodanya dengan sedikit mengintip.
"Don't you dare Edward" peringatnya. Ok. Dia kesal. Tak ingin membuatnya bertambah kesal, aku memilih keluar.
"Take your time. Aku sudah memesan makanan. Kita makan malam bersama. Ok?" Ujarku sebelum benar-benar menjauh.
"Ok" balasnya singkat.
***
"Jadi bagaimana kata dokter? Tidak terjadi masalah bukan?" Tanyaku saat Anneth keluar dari kamar masih mengenakan bathrobenya. Tadi pagi dia memberitahuku kalau dia akan menemui dokter untuk menanyakan masalah tamu bulanannya. Aku menawarkan diri untuk menemaninya, namun dia menolak.
"Mau peluk" bukannya menjawabku, dia malah menghambur pada ku. Aku memeluknya erat. Hatiku menghangat saat Anneth bersikap manja seperti saat ini.
"Everything ok right?" Tanyaku khawatir. Dapat ku rasakan anggukannya dalam pelukan ku membuatku lega. Tak ingin menekannya untuk bercerita, aku mengajaknya duduk dan menyodorkan pasta yang ku beli tadi. Dan langsung dengan lahap menyuapkan pasta di depannya.
Setelah piring kami bersih, aku ingin ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tapi lengan ku di tahan oleh perempuan yang berwajah sendu itu. Membuatku mau tak mau mendekat ke arahnya. Dia meraih ku dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang ku. Sementara wajahnya ia tenggelamkan di perut ku. Aku tersenyum dengan tingkahnya yang tumben semanja ini.
Lalu dia mengangkat wajahnya dan bersitatap dengan ku. Merasa gemas, aku membelai wajahnya.
"Give me a minute to take shower, hmmm?" Ujarku pelan. Dia menggeleng cepat dan tak melepas ku.
Lalu tatapan jailnya membuatku menebak apa yang akan dia lakukan selanjutnya saat kedua tangannya mulai meraba bokong ku dan turun ke paha dalam ku. Hingga perlahan mencoba membuka ikat pinggang ku.
Aku menatapnya penuh hasrat saat ikat pinggang ku terlepas dan satu tangan Anneth menyentuh ku di sana. Aku menggeram saat wanita itu beranjak turun dari tempat duduknya dan kini dia berlutut dengan wajahnya tepat di depan gundukan milikku yang tengah bertingkah mulai mengeras hanya karena belaian Anneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped By A Pervert
Romance[ONGOING] Anneth Andira Pramudya adalah seorang mahasiswa tingkat tiga yang tinggal bersama papanya di Sydney. Mereka pindah sejak Anneth berusia 13 tahun. Kedua orang tuanya bercerai dan Anneth lebih memilih mengikuti sang papa dan harus rela berpi...