Our Love

471 34 3
                                    

Tidak genap satu minggu kami liburan, aku mendapatkan telepon dari Josh bahwa ada masalah dengan penerbitan yang sudah setengah jalan. Tentu saja aku panik. Josh berkata bisa ditangani sendiri namun aku tetap saja tak tenang, akhirnya dengan berat hati aku dan Edward pulang di hari ke 5 kami di Jepang. Sayang memang, tapi Edward sangat memahamiku. Dia tak marah sekalipun. Dia malah menenangkan ku, bahwa tak akan ada masalah dengan buku.

Untungnya, Josh menemukan kesalahan dalam buku saat sample pertama dicetak. Dan dengan cepat merevisi sesuai draft terakhir. Aku merasa bersalah karena bagian last checking adalah bagian ku, namun Josh berkata bahwa draft terakhirlah yang salah. Tetap saja.

Bayangkan saja jika Josh tak menemukan kesalahan pada sample, mungkin sekarang akan beredar buku sebanyak 500 copy dengan cacat. Aku tak akan membayangkan berapa kerugian yang bakal perusahaan tanggung akibat ketidak telitianku.

Setalah sampai di Sydney aku langsung menemui Josh dan bertemu dengan author dan mengkonfirmasi temuan kesalahan Josh. Dan memang kesalahan di sana yang diiyakan sang penulis. Setelah itu kami harus menemui editor. Dari situ aku dan Josh menyadari jika kesalahan ada pada editor dan mereka pun mengakuinya.

Setelah tertunda 3 hari, hari ini setelah proses pengecekan menyeluruh, buku naik cetak. Selama pencetakaan aku menungguinya dan mengecek setiap sample. Dan aku menarik napas lega karena buku tercetak sesuai dan tak ada kecacatan.

"I owe you Josh" ujarku saat menyadari kehadiran Josh di sampingku saat aku memeriksa sample buku.

"So treat me" jawabnya membuat kami terkekeh.

"Ok. Mau makan malam apa. Aku yang belikan" Josh nampak berpikir.

"Aku tau tempat yang enak. Aku jamin kau belum pernah ke sana"

Setelah yakin tak ada kesalahan, aku dan Josh meninggalkan percetakan lalu mengekor ke tempat makan yang Josh rekomendasikan. Dan kami ada di Chinese restoran. Josh memesan menu hot pot all you can eat. Aku harus mengajak Edward ke sini karena seenak itu. Pantas saja Josh membawaku ke sini.

Dalam perjalanan tadi aku sempat memberi tahu Edward kalau aku makan malam dengan Josh dan jawabannya membuatku tertawa geli.

"Ok. Aku cemburu" balasnya lalu ku biarkan saja tingkah konyolnya. Karena kami sama-sama paham tidak ada yang terjari di antara aku dan Josh.

Sepulang makan malam aku meminta Josh menurunkan ku di depan minimarket untuk berbelanja, mengisi kulkas rumah dan apartemen Edward yang ku yakin kosong karena beberapa hari ini aku tak menyambanginya dikarenakan sibuk mengurusi masalah kantor.

"Sudah pulang?" Tanyanya melalui telepon.

"Sedang di Walmart" balasku singkat sembari memilih cumi dan udang. Aku ingin memasak saus padang seafood. Lalu ku lihat kerang. Ku ambil dan ku masukkan ke troly belanjaanku.

"Ok. Aku jemput" ujarnya lalu menutup teleponnya sebelum sempat aku mengiyakan.

Aku kembali keliling mencari kebutuhan yang habis. Lalu aku melewati bagian kebutuhan harian wanita. Pandanganku tertuju pada display pembalut dan tampon. Seketika pikiranku menerawang. Kapan terakhir kali aku mendapat tamu bulananku.

"Ok. Calm down. Tak perlu panik Anneth" gumamku menenangkan diri sendiri. Lalu aku mengecek aplikasi penanda menstruasiku. Tiba-tiba jantungku berdetak cepat. Sudah lebih dari satu minggu dari jadwal seharusnya aku menstruasi. Tidak mungkin kan?

Seperti hilang akal, aku lupa dengan apa yang ingin aku beli. Lalu dengan cepat mengubah arah ke bagian obat dan semacamnya. Aku menemukan yang aku cari. Testpeck. 2 cukup kan? Batinku.

Wait, Edward tak mungkin ke sini kan? Tak ingin Edward mengetahui ku membeli alat itu, aku memilih berlari ke kasir untuk membayar alat tesebut sebelum pria itu menghampiriku.

Trapped By A PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang