Setelah seharian mengurus bahan-bahan penelitianku yang akan aku mulai bulan depan, aku menyempatkan diri untuk mengisi perutku di kantin kampus. Aku cukup lega saat mendapati kantin dalam kondisi yang lengang, tentu saja, karena ini sudah menunjukkan pukul 4 sore. Namun ada beberapa meja yang terisi. Aku yakin mereka tengah mengerjakan tugas atau semacamnya karena mereka berkutat dengan laptop dan sesekali berdiskusi.
Aku memilih menu yang sekiranya tak perlu menunggu terlalu lama. Sembari menunggu pesanan aku mengambil ponselku untuk membuat ceklist dan jadwal penelitianku. Lalu aku teringat untuk pergi ke tempat penyewaan alat camping bersama Justin. Aku berniat menelponnya apakah jadi atau tidak. Di dering kedua panggilanku terjawab.
"Hai Justin"
"Hai Anneth" balasnya, namun aku merasa suara itu terlalu jelas ku dengar, lalu aku menoleh ke belakang dan mendapati Justin tersenyum ke arahku sembari menempelkan ponselnya di telinganya. Aku tertawa. Ternyata dia bagian dari anak-anak yang tengah mengerjakan tugas. Dia mematikan panggilanku lalu beranjak dari duduknya dan menghampiriku.
"Wah aku bahkan tak tau kalau kau jadi bagian mereka" ujarku membuat Justin mengernyit lalu duduk di depanku.
"Apa maksudmu aku tak cocok berada di tengah mereka yang sedang berdiskusi dan mengerjakan tugas?" Balasnya dengan suara yang kecewa karena diremehkan namun tentu saja tidak seserius itu. Aku hanya terkekeh menanggapinya.
"Jadi kenapa kau menelponku?" Tanyanya saat pesananku datang.
"Kau tidak lupa dengan janjimu tempo hari bukan?" Todongku. Dia nampak berpikir.
"Tentu saja tidak" jawabnya singkat.
"Tapi sepertinya kau juga sedang sibuk" ujarku sedikit tak jelas karena mengunyah makananku.
"Yah kau benar. Tapi kalau kau mau menunggu 15 menit, kita bisa pergi setelah ini"
"Kau yakin hanya 15 menit?" Ujarku. Lalu Justin nampak tak yakin. Aku terkekeh.
"Sebaiknya kau kembali ke mejamu, mereka mulai membicarakan ku" kali ini Justin yang terkekeh pelan lalu pergi dari hadapanku. Dan benar saja, sangat jelas dapat ku dengar teman-temannya menggoda Justin dengan menanyakan siapa diriku. Aku hanya menggelengkan kepalaku geli dan melanjutkan menikmati makananku.
***
Bukan 15 menit atau 30 menit, namun sekitar satu jam Justin menyelesaikan pekerjaannya bersama teman-temannya. Aku tak keberatan sama sekali karena memang aku lah yang membutuhkan bantuan Justin, sesekali Justin menatapku dengan wajah tak enaknya. Aku hanya memberinya kode kalau tak masalah. Toh aku tak ada kegiatan lain malam ini.
Dengan Rubicon hitam milik Justin kami sampai ditempat penyewaan, yang jaraknya 15 menit dari kampus. Sesampai di sana Justin beramah tamah dengan temannya yang kelihatannya semua mengenal Justin dan sesekali melirik ke arahku seperti terheran. Apakah aku perlu memperkenalkan diri pada mereka kalau aku hanyalah teman Justin?
Ketika aku ditanyai sleeping bag seperti apa yang aku inginkan aku bingung dan meminta Justin untuk membantuku karena dia lebih paham. Dari dulu aku sangat tertarik dengan kegiatan outdoor tapi aku tak cukup memiliki keberanian untuk mengikutinya. Namun kali ini aku memberanikan diri untuk mengikutinya sebelum aku lulus. Sebenarnya sudah beberapa kali Justin atau temanku yang lainnya mengajakku, tapi aku menolaknya.
Sekitar 30 menit Justin memilihkan barang-barang yang akan aku sewa dan aku membayar uang muka yang sisanya dibayar saat pengembalian nanti. Setelah semua beres, Justin membawa semua barang-barang ke dalam mobilnya.
"Thank's a lot. Aku akan menraktirmu saat kau senggang" ujarku saat Justin melajukan Rubiconnya.
"Kenapa tidak sekarang saja? Aku tau tempat makan yang aku yakin kau belum pernah ke sana" ujarnya. Aku menatapnya sembari berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped By A Pervert
Romance[ONGOING] Anneth Andira Pramudya adalah seorang mahasiswa tingkat tiga yang tinggal bersama papanya di Sydney. Mereka pindah sejak Anneth berusia 13 tahun. Kedua orang tuanya bercerai dan Anneth lebih memilih mengikuti sang papa dan harus rela berpi...