What Do You Mean? (2)

3.1K 470 40
                                    

Saat aku kembali ke kamar, Edward tengah menelpon seseorang namun aku tak mendengar apa yang dibicarakan. Aku memilih menunggu agak jauh dari ranjangnya. Dia melirik ke arahku lalu mematikan panggilan.

"Ini makanlah. Kau butuh sarapan" aku membawa sandwich yang ku buat tadi lalu menaruhnya di nakas.

"Kau tak jadi pergi?" Tanyanya. Aku menggeleng. Ya, sekretaris Mr. Yuta baru saja memberi tahuku kalau Mr. Yuta tengah ada kunjungan keluar kota. Ada untungnya juga tadi aku tertahan di sini.

"Mau ku masakkan sesuatu?" tawarku.

"Tidak. Aku belum terlalu lapar. Ini sudah cukup" jawabnya sembari menggigit sandwich tadi.

"Lalu apa yang harus ku lakukan?" Tanyaku. Edward nampak berpikir.

"Bantu aku mandi" ujarnya santai sementara aku memicingkan mata tak percaya.

"Kenapa? Bukankah kau babysitterku. Itu tugas yang wajar bukan" aku mendengus kesal. Wajar jika yang ku rawat seorang bayi, nyatanya dia pria dewasa.

"Baiklah aku akan menyiapkan air hangat untukmu" dengan setengah hati aku berjalan ke arah kamar mandinya, lalu tiba-tiba bayangan Edward tengah menggenggam miliknya kembali berputar. Astaga Anneth, stop. Aku langsung mengatur air hangat untuk bathup-nya, ku lihat ada beberapa sabun, aku tak tau mana yang Edward gunakan.

"Aku tak ingin berendam Anneth" ujar Edward dari kamar. Apa mau orang itu. Aku langsung mematikan air dan kembali ke kamar.

"Bantu aku berdiri" ujarnya saat aku menatapnya dengan perasaan kesal. Dengan hati-hati aku memapahnya berjalan ke arah kamar mandi.

"Sepertinya kemarin kau baik-baik saja" aku berdecih pelan.

"Semalam aku...."

"Aku tak ingin mendengarnya okay?" Potongku sebal. Edward terkekeh pelan. Apa yang lucu?

"Memangnya apa yang tidak ingin kau dengar?" Tanyanya memancingku. Aku tak menghiraukannya dan berniat keluar dari kamar mandi. Namun Edward menahan tanganku. Dia menarikku mendekat hingga kami berhadapan dengan Edward bersandar di washtafel.

"Semalam Angel datang, dia marah hanya karena tak memberitahunya kalau aku sudah keluar dari rumah sakit" hah baiklah, sepertinya aku harus mendengarkannya.

"Dia memang kekanakan, menangis hanya karena masalah seperti itu. Aku menyuruhnya untuk pergi.."

"But she is stay, right?" Potongku. Edward menatapku dan mengangguk.

"Ok. Tak perlu kau lanjutkan karena aku tau kelanjutannya" ujarku membuat Edward menatapku curiga.

"Ma..maksudku aku bisa menebaknya" lanjutku lagi. Jangan sampai Edward tau kalau aku melihat mereka di sofa. Bisa malu aku. Edward menarikku semakin mendekat, badan kami hampir menempel namun aku menahan dadanya dengan tanganku untuk memberi jarak, setidaknya agar aku bisa berpikiran jernih saat jantungku berdetak lebih cepat jika berdekatan dengan pria ini.

"Kau melihatnya bukan?" Todongnya, aku hanya menunduk tak berani menatapnya. Aku menggeleng.

"Tapi aku melihatmu" ujanya membuatku terkejut. Apa artinya dia tau kalau aku mengintip mereka.

"Dan kau menghentikanku" kali ini ucapannya membuatku menatap wajahnya. Apa maksudnya? Bahkan aku tak melakukan apa-apa dan kembali tidur.

"Kami tidak melanjutkannya, karena aku melihatmu" ucapannya semakin tidak dapat ku pahami.

"Aku tak mengerti dengan ucapanmu" ujarku. Edward tak menjawabku, dia menarik pinggangku dan menahannya hingga tubuh kami menempel. Oh wait, apa lagi ini? 

Trapped By A PervertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang