00;05 [Tawaran dari Asep]

711 230 10
                                    

Rere sedang berfikir keras, apakah ia harus menceritakan soal kejadian tadi siang? Atau hanya memendamnya saja sendirian?

Ngomong-ngomong saudara-saudaranya itu sedang pergi kemana sih? Apakah sedang mencari alamat palsu, seperti lagu mbak Ayu Ting-ting?

"Adik lo di bawa ke UKS, pingsan ngeliat gue nelanjangin cewek di toilet" ucap Sulthan dengan kalimat akhir yang terdengar santai.

Rere melotot terkejut, dan kemudian ia hendak berlari menuju UKS, namun Sulthan menahan pergelangan tangan'nya.

"Sekalipun lo laporin urusan gue ke kepsek, mereka gak akan percaya. Karna apa? Karna gue..."

"Anak manja pemilik sekolah," jawab Rere cepat.

"Lo---"

"Kenapa?"

"Mulut lo minta gue cipok?"

"Otak kotor kamu harus segera di service supaya bisa di pake buat mikir, daripada mesumin anak orang" finish Rere lalu melangkah pergi.

Sulthan tersenyum smirk, "Makin menarik aja buat gue seriusin tu cewek" ujarnya.

Duh, rumit sekali jalur cinta monyet ini. Apakah tidak bisa belok saja ke jalur tempat dangdutan?

_____

Di UKS, ada Rara dan Rere yang menemani Riri sampai ia kembali sadar. Terlihat jelas wajah Rara dan juga Rere sangat mengkhawatirkan saudara kandung mereka itu.

Riri terbangun, namun masih merasa kepalanya pusing, "Duh Riri pusing banget. Ini dimana ya?"

"Ri, lo gak leukimia kan?" tanya Rara cemas.

"Leukimia?" tanya Rere mengernyit bingung.

"Ya iya, ituloh hilang ingatan. Masa lo yang paling cerdas di antara gue sama Riri, kaga tau si?"

Rere menghela nafasnya pelan, "Amnesia bukan leukimia, leukimia sejenis kanker" jelas Rere.

Riri bangkit memposisikan diri menjadi duduk di atas kasur UKS.

"Ish jahat, adiknya di sumpahin kanker, emang mau donor?" tanya Riri.

"Donor apa?" tanya Rere.

"Donor ginjal'lah, kan orang kanker butuh donor ginjal"

Rere menepuk jidatnya lelah, pusing dengan kedua saudaranya yang cukup gila itu, ia yang merasa waras lebih baik diam saja membiarkan kebodohan kedua saudaranya terus berlanjut, entah sampai kapan.

Jika di fikir-fikir jika sudah berada di sekitaran kedua saudaranya ini, Rere yang kenyataannya cerdas malah merasa paling bodoh disini.

"Nanti ginjal gue tinggal satu, kalau ginjal gue tinggal satu entar gue gak bisa lihat"

"Kok gak bisa liat sih?" tanya Riri.

"Karna, kalau gue donorin ginjal, itu dapat menyebabkan kebutaan Ri"

Sungguh Rere rasanya ingin mencekik dirinya sendiri. Melihat obrolan tidak jelas dari keduanya, membuat Rere jengkel saja.

"Aku keluar dulu" sebenarnya ini hanya alasan saja, selain keluar dari ruangan, ia juga ingin keluar dari lingkaran orang-orang tak waras seperti saudara-saudaranya itu.

"Lah mau kemana lo?" tanya Rara.

"Toilet"

"Oke, hati-hati nanti kepeleset bisa menyebabkan aliran darah terhenti dan lo bisa stroke"

Terserah saja apa kata kakak'nya itu. Rere hanya mengangguk seolah percaya saja.

***

Rere duduk di sudut sekolah, ia sebenarnya tak perduli dengan urusan Sulthan yang suka berbuat mesum, tapi ia khawatir jika nanti Riri menjadi korban'nya.

Riri sangat polos. Bahkan saking polos'nya, ketika guru menghukumnya menggosok toilet, gadis itu benar mengosoknya, akan tetapi menggunakan sikat gigi, yang ke-esokan harinya sikat gigi itu tak sengaja di pakai bu Dina.

Jika hal seperti itu saja tidak dapat Riri mengerti, bagaimana jika cinta membawanya pada kebodohan yang menjerumuskannya harus mengorbankan harga diri?

Astaga, pikiran Rere sudah sampai sejauh itu. Tapi sungguh, ia harus berhati-hati.

"Gue bisa bantu lo jaga Riri, asal lo bisa rundingin sama mereka buat bantu gue dan temen-temen gue!"

Suara tak asing itu membuat Rere menoleh, ia terkejut dengan kehadiran Asep yang berada duduk di sampingnya.

Sejak kapan pocong itu duduk santai di sampingnya?

"Lah, Sep, emang dia bisa liat lo?" tanya Opal.

"Bisa anjir, noh dia liatin gue. Yakan Re? Jadi gimana?"

"Beneran pocong?"

"Gimana caranya dia bisa liat lo, artinya dia juga bisa liat gue?" tanya Opal lagi.

"Ck! Pal, dia cuman bisa liat gue. Gak bisa liat makhluk manapun. Jadi lo diem, atau gue tendang pala lo sampe pluto"

"Oke sip, gue diem dan jadi pendengar yang baik"

"Si Gundu kemana?"

"Sibuk PDKT'an sama WC"

"Maksud lo, dia lagi berak?"

"Yoi"

Rere memperhatikan Asep sangat dekat, bahkan Asep sendiri sampai terjuntai saking kaget'nya melihat wajah Rere yang dekat dengannya.

"Eh, kok jatoh?" tanya Rere bingung.

"Kaget gue anjir, ngapain si muka lo deket-deket gitu? Kalau gue baper, lo mau tanggungjawab?"

"Aku cuman mastiin kamu beneran pocong, atau cuman karung beras aja"

"Gue pocong njir. PAL BANGUNIN GUE, JANGAN DIEM AJA NYET"

"Sorry gue pocong bukan monyet"

"Iya pocong berlapis siluman monyet, buru bantuin"

Opal menggunakan tali pocongnya untuk menarik tubuh Asep, ya kira-kira begitulah cara para pocong saling membantu satu sama lain.

Kini Asep sudah duduk kembali di samping Rere, "Kalau gue karung beras, mana mungkin gue bisa jalan-jalan, lompat-lompat begini?"

"Bisa aja kan karung berasnya di pasangin batre?"

Rupanya kebodohan Rara dan Riri mulai melekat di otak Rere. Coba saja kalian fikir, siapa yang mau memasang baterai di karung beras? Apa guna'nya?

"Gue gak ngerti lagi sama jalan pikiran lo, yang jelas, gimana, lo mau bekerjasama gak? Gue bakalan jagain Riri adek lo yang sepolos punggung doraemon itu, asal lo dan sodara-sodara lo bantuin kita?"

"Di pikir dulu ya"

"Lah emang lo bisa mikir?"

"Tunggu 1 minggu lagi"

"Gue bakalan gentayangin lo terus!"

"Sayangnya aku gak takut" Rere segera berjalan pergi melewati Asep dan Opal begitu saja.

Rupanya Asep salah jika berfikir bahwa Rere sepenakut kedua saudara-saudara'nya, Rere cenderung santai dan terlihat biasa saja meskipun awalnya terkejut karna ketidak percayaan'nya.

"Gila si Rere, kok bisa dia gak takut kalau kita gentayangin yak?" tanya Opal bingung .

"Wajah gue terlalu ganteng. Btw, kita sekarang mending persiapin rencana buat bikin mereka luluh"

"Kuy!"

SAD GHOST 6 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang