"Urusan Gundu, eh maksud gue Gerandra biar jadi urusan gue aja. Lo berdua boleh liburan kemanapun sesuka hati, biar urusan seribet ini, jadi urusan gue!" tegas Rara.
Ya, itu sudah menjadi keputusannya. Dan jika Rara sudah memberi pernyataan, maka kedua saudara-saudara'nya itu tidak bisa melarang apalagi membatah.
Riri bersorak senang dalam hati, otaknya yang hanya secuil itu tidak akan sanggup menanggung beban masalah yang berat. Memikirkan soal Sulthan saja ia pusing setengah mati, ya walaupun tidak sampai mati. Akan sangat pusing jika di tambah dengan masalah Gerandra.
Pagi ini Rara akan memutuskan pergi ke tempat kediaman kedua orangtua Gerandra, ia pergi sendiri tanpa di awasi supir pribadi. Biar begitu, Rara pandai menyetir mobil loh!
"Gue berangkat. Kalau nyokap nanyain gue, bilang aja gue pergi sama temen-temen dan lo berdua mager ikut"
"Hati-hati" ujar Rere.
Rara segera pergi.
Jika Riri nampak senang karna tak jadi ikut terlibat dalam urusan Gerandra, berbeda dengan Rere yang khawatir jika Rara kenapa-napa.
"Aku khawatir"
"Sama siapa?"
"Rara"
"Dia itukan bar-bar, dia yang paling heboh di antara kita. Dia pemberani, jadi kamu tenang aja Re!"
Rere hanya menghela nafasnya kasar, lalu ia pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, karna sejak tadi pagi ia belum mandi.
***
Meskipun kediaman rumah orangtua Gerandra masih berada di sekitaran Jakarta, tapi jaraknya lumayan jauh dari kediamannya. Belum lagi suasana macet di jalan yang memperhambat perjalanan Rara.
"Tau gitu gue lewat jalan pintas aja!" gerutunya.
"Emang tau jalan pintasnya?"
"Sial, ngagetin gue aja lo. Lo bisa gak sih kalau mau dateng tuh ucap salam dulu gitu? Kalau gue jantungan gimana?"
"Yang ada gue yang tiap hari jantungan"
"Emang jantung lo masih berdetak?"
"Kalau deket lo jantung gue dag dig dug gitu,"
Rara bergidik ngeri, "Ih amit-amit!"
"Kalau gue udah sadar dari koma, gue mau peluk lo, cium lo"
HITTTT!!
Akibat ucapan Gerandra, Rara jadi ngerem mendadak. Hampir saja ia menabrak mobil lain.
Pocong satu itu benar-benar membuat Rara jengkel saja!
"Pergi lo! kalau gue celaka, gue gak mau gabung jadi komunitas sad ghost berikutnya" kesal Rara.
Gerandra tersenyum genit, lalu ia menghilang begitu saja.
Rara menarik nafasnya dalam-dalam, setiaphari ia harus menghadapi pocong gila itu, dan itu adalah beban terbesar yang pernah singgah di kehidupannya.
Seandainya Rara tak memiliki hati nurani, ia tidak akan mau membantu urusan yang bukan sama sekali bukan urusannya ini.
______
Rumah mewah bak istana kerajaan kini ada di hadapan Rara.
Duh, rumahnya gede banget. Keliatan kaya pembokat gak sih gue masuk ke dalem?
Padahal Rara sama-sama terlahir dari titisan anak horang kayah, tapi ia sampai minder dengan rumah milik orangtua Gerandra yang kelewatan luasnya, seperti luasnya cinta author kepada.....
Suami author tentunya!
Lanjut pada si cantik Rara, ia berjalan melangkah mendekati gerbang tinggi yang tertutup rapat.
"Permisi" ucapnya dari balik gerbang.
Muncul'lah tuyul, eh salah maksudnya security penjaga rumah tersebut.
Security segera membuka gerbang, dengan tampang tidak menyenangkannya, ia seolah memperhatikan Rara dari bawah sampai atas.
Why? Apakah tampang Rara seperti pengemis? Atau seseorang yang mau melamar sebagai pembhokat?
Sudah cantik begini, masa di kira babu? Huh, kan tidak etiz!
"Siapa ya? Dan cari siapa?"
"Saya Rara, teman baik Gerandra."
"Mas Gerandra?"
"Iya"
"Mas Gerandra sudah cukup lama menghilang, bu Eni serta pak Jimin sampai stres mikirin'nya. Jadi kalau kamu cari Gerandra kesini, jawabannya dia belum balik"
"Saya bukan mau nyari, tapi saya mau beri informasi soal Gerandra"
Singkat cerita, pak security yang wajahnya secakep Lee Min-Ho ini'pun memperbolehkan Rara masuk dan bertemu denga kedua orangtua Gerandra.
Rara menceritakan semua kejadian sebenarnya kepada kedua orangtua Gerandra. Panjang kali lebar Rara menceritakannya, sampai-sampai tenggorokan'nya kekeringan dan sudah menghabiskan 8 gelas jus jambu.
"Gerendra itu anak kami satu-satunya, dia yang paling tampan" ujar bu Eni.
Jelas aja paling tampan, wong anak satu-satunya. Emak sama anak sama aja, sama-sama konyol - ucap Rara dalam lambungnya, sorry maksudnya dalam hatinya yang paling dalam.
"Dia itu emang nakal, sudah besar tapi suka sekali melakukan hal seperti anak kecil. Maklum, temen-temen'nya rada gesrek, jadi Gerandra cuman ikut-ikutan aja" kali ini sang ayah yang mengatakannya.
"Gak cuman nyari kecebong aja, katanya kalau kami ke luar kota, kata bi Suri dia suka bawa cewek, terus di umpetin di kolong meja, alesan'nya sih takut di gondol kucing" ungkap bu Eni.
Sial, Rara menahan tawanya mati-matian. Ada-ada saja kelakuan Gerandra! Sudah bangkotan tapi kelakuannya seperti anak kurcaci.
Btw, untuk apa ya Gerandra sering bawa cewek jikalau rumahnya sepi? Hm...
Jangan tanya author, sumpah diriku tidak tahu apa-apa!
"Jadi, dimana Gerandra di rawat?" tanya bu Eni.
"Di Rumah Sakit Mustika bu," jawab Rara cepat.
"Kalau gitu kita segera kesana, saya siap-siap dulu pake bedak tujuh lapis ya." bu Eni segera pergi untuk bersiap-siap.
"MI AWAS SALAH PAKE SEPATU, KEMARIN KE ONDANGAN KAMU MALAH PAKE SEPATU FUTSAL PAPI" teriak pak Jimin.
Oke, cukup sudah drama kekonyolan ini.
Dapat Rara simpulkan bahwa keluarga Gerandra memang humoris, harmonis, dan dinamis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAD GHOST 6 ✓
HorrorBRAK!! Rara terjuntai sampai bokongnya menabrak mesin cuci, ia terkedjoed sekaligus terheran-heran melihat wujud yang ada di hadapannya. Siapa ketiga manusia, ups salah maksudnya makhluk halus di hadapannya ini? "Selamat malam" ucap mereka bersamaan...