00:11 [Pristiwa kematian]

654 209 4
                                    

Di ruangan yang gelap gulita, bahkan tak ada setitik cahaya'pun, baik itu sekedar lampu tidur maupun lilin. Kini mereka, Rara, Rere, dan Riri berada di ruangan ini, bersamaan dengan ketiga pocong yang sudah berdiri menunggu jawaban apa yang akan para ciwi-ciwi cantik itu ungkapkan.

"Ra, emang kenapa ruangannya harus gelap? gak kelihatan tau!" protes Riri.

Iya juga, sejak tadi Rere ingin menanyakan hal itu, tapi syukurlah Riri peka dan mewakili pertanyaan'nya.

Sebenarnya tidak apa-apasih. Ya agar terlihat seram saja.

"Gapapa, tapikan lo berdua bisa liat tu pocong-pocong gila depan kalian. Eh lo bertiga duduk dong, masa diri aja gitu. Sopankah?"

Rara ini semenjak di tinggal kawin oleh mas Fajar, jadi galak sekali pemirzah. Bahkan akun lambe saja, kalah pedasnya dari mulut Rara.

"Gak biasa duduk di atas lantai. Pengen'nya duduk di atas pelaminan sama kamu" goda Gundu.

Najis. Kira-kira umpatan itulah yang Rara katakan pelan untuk Gundu.

"Heleh dasar playboy cap kampak. Si Rara gak mungkin habis terang terbitlah gelap, masa abis moveon dari guru ganteng lari ke modelan spons cuci piring HAHAHA" ledek Asep.

"HAHAHAHA" Riri tertawa kencang sekali membuat seisi ruangan menatapnya, "Hehe maaf. Abis kusep lucu banget si, spons cuci piring'kan kotor suka ada bekas nasi'nya"

"Nama gue Asep bukan Kusep. Kaga sekalian aja lo panggil gue Kurap!" kesal Asep.

"Si Gugun tu emang kaya spons, kalau spons suka ada bekas nasi'nya, kalau dia banyak bekas gebetan'nya. HAHA" sahut Opal.

Krik..
Krik..

"So tauk lo kadal buriq" sewot Gundu.

"EH LO SEMUA BISA GAK SIH, GAK USAH BERCANDA. MAU GUE BATALIN NIH BUAT BANTUIN LO SEMUA?" ancam Rara.

"Eh jangan dong ayang, nanti kalau di batalin, kita nggak bisa ke akhirat" pinta Opal.

"Woi ayang gue tuh! Ayang lo itu si Riri" kesal Gundu.

"Ish enak aja, mana mau aku sama hantu modelan di kain kafanin begitu" sahut Riri tak terima.

"Emang gue mau sama lo? Enggak ya. Wleee..."

"Udah, intinya kita semua bakalan bantu kalian, asal sekarang kalian duduk dan ceritain apa yang sebenernya terjadi" ujar Rere kali ini yang bicara agar suasana damai.

Ketiga pocong itu mengangguk, "Tapi sorry kita gak bisa duduk, soalnya bangun'nya susah lagi. Kecuali duduknya di atas sofa" jawab Asep.

Rara segera keluar ruangan, ia menyalakan ruangan dan terlihat di pojokan ada sofa.

Astaga, mengapa ketiga pocong itu bodoh sekali? Padahal meskipun di dalam kubur sekalipun, mata mereka masih bisa melihat kiri dan kanan. Ini di ruangan sebesar itu, apakah mata mereka sudah rabun? Duh aduh..aduh..

"Buta mata lo semua! Ayok duduk disana" ajak Rara.

Mereka duduk di sofa saling berdempetan.

Jika pocong lain memiliki bau khas kemenyan, berbeda dengan pocong dari kalangan sad ghost yang memiliki harum vanilla.

Maklum, mereka inikan pocong-pocong gahul, berwibawa dan tampang-tampang'nya juga tak semenyeramkan pocong yang ada di film-film.

"Kita baru mati dua minggu lalu, mayat kita nyempil di sungai dan ke gabung sama sampah" ungkap Asep.

"Kecuali si Gundu, gak tau mayatnya kemana. Nah mangkannya kita minta kalian buat temuin mayat-mayat kita gitu termasuk si Gundu" kali ini Opal yang berbicara.

"Emang kalian kenapa bisa mati?" tanya Riri penasaran.

"Iya ih, udah gitu mati'nya di sungai pula. Abis nyetrika baju lo disana?"

"Lah emang ada kabel listrik di sungai Ra?" tanya Rere.

"Hem ada kali di kerajaan buaya gitu"

Rere mengernyit bingung, sejak kapan di sungai ada kejaan buaya?

Memangnya tidak rugi apa yang membuat kerjaan buaya di sungai? Kan tempatnya bau, apalagi kalau si kuning sudah lewat. Iyuwhh.

"Tapi mayat lo berdua kaga kecampur sama tai kan?" tanya Rara to the point.

"Ya kagalah anjim. Kalau kecampur sama tai, kita pasti bau." Jawab Asep.

"Tapi, kalau lo semua mati udah dua minggu lalu, kemungkinan mayat kalian udah di temuin warga atau udah kebawa arus"

"Kita setiap hari pergi kesana buat memastikan, tapi sungai itu sepi banget, jarang di lirik apalagi di singgahi. Sementara mayat kita masih aja ada disitu" jawab Opal.

"Emang gara-gara apa?"

"Kita iseng mancing disana, terus nyari kecebong juga buat ngasih makan ikan hias di rumah. Eh taunya airnya dalem, dan kita tenggelam terus arus besar datang, lalu kita mati bersama. Anehnya mayat si Gundu kaga nyempil, au kemana, di makan buaya kali"

Sejak tadi Gundu diam saja, ia malah sibuk memperhatikan wajah cantik Rara.

Astaga, benarkah pocong satu itu tlah jatuh hati pada manusia seperti Rara?

"Lo ngomong dong, jangan diem aja. Bisu lo?" tanya Rara kesal melirik pada Gundu.

"Biar kedua dayang-dayang gue aja yang ngebacot, gue cuman perlu pemandangan indah buat bikin semangat idup!"

"Lo udah mati!"

"Hehe, ya gak etis kalau bilang semangat mati"

"Jadi intinya kita semua harus pergi ke sungai itu dan bawa mayat kalian ke darat terus umum'in ke warga setempat, di lanjut dengan pihak berwajib untuk nyari mayatnya Gundu, terus makamin kalian dengan layak?" tanya Rere panjang kali lebar.

"YAPSSS BETUL SEKALI, ANDA JENIUS MESKIPUN HANYA SAYA YANG ANDA LIHAT DAN ANDA DENGAR!"

"Aku bisa liat kalian semua,"

Semua mata melotot menatap Rere tak percaya.

Benarkah begitu?

"Hehe, sebenernya gue sama Gundu ikut-ikutan baca mantra buat memperlihatkan diri di hadapan Rere. Masa Rere cuman bisa liat si Asep doang? Gak adil dong!" ungkap Opal.

Sejak tadi mereka tak mendengar suara Riri.

Kemana gadis itu?

Dan rupanya, Riri tertidur pulas di lantai bahkan sampai iler'nya menetes.

Ya-ampun memalukan sekali Riri ini.

"Ck! Dasar bocil. Gimana bisa dapetin Sulthan kalau tidur aja masih ileran, pipis aja masih di kasur, makan aja masih di suapin bunda" pekik Rara.

"Kalau Sulthan nerima dia tulus, apapun yang dia lakuin pasti terlihat menggemaskan"

"Iya juga sih, lagian ya Re gue rasa si Sulthan itu ada cewek lain deh. Iya gak si?"

"Aku tidur duluan ya Ra, ngantuk" Rere segera pergi keluar ruangan.

Rara mendengus sebal, bisa-bisanya ia sedang bicara malah di acuhkan seperti itu.

"Ngapain lo bertiga masih disini?" tanya Rere.

"Yaudah yok bubar, bhabhayyyyy" Opal dan Asep menghilang, sementara Gundu masih berada di hadapan Rara.

"Lo gak mau pergi juga?"

"Lo gak mau tanya, dimana sungai'nya?"

"Gampang itumah, selesai ujian gue sama adek-adek gue pasti beresin masalah lo bertiga!"

"Oke. Kalau gitu gue pergi dulu ya ayang, mimpi indah, night"

Rara memutar bola matanya malas, lalu ia segera pergi keluar ruangan membiarkan Riri tengkurap di atas lantai sambil ngorok.

Kakak yang baiq, ya seperti Rara ini.

SAD GHOST 6 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang