00:17 [Tak menyangka]

569 203 6
                                    

RS. MUSTIKA

Terlihat di ruangan ICU, seorang pria terbaring tak berdaya dengan alat-alat yang berusaha membantunya tetap bertahan hidup.

Rara, Rere maupun Riri benar-benar tak menyangka bahwa yang ada disana adalah Gundu.

Jadi, Gundu belum meninggal dunia?

Tapi mengapa sudah di pakai'kan kain kafan dan gentayangan di muka bumi?

"Gue udah hampir 3 minggu ini disana. Gue gak bisa masuk ke dalam raga gue, sebelum orangtua gue tau ini semua, dan datang. Berat rasanya ninggalin mereka, gue gak tahu, gue masih bisa hidup atau mati. Yang jelas gue butuh kalian buat datang ke kediaman orangtua gue, mereka gak tau ini, sebab kartu identitas gue hilang dan seseorang yang nolong gue gak tau."

"Nama asli gue Gerandra, biasa di panggil Andra. Gue gak ngerti kenapa tiba-tiba gue jadi pocong, terus gabung sama kedua temen gue, dan akhirnya kita jadi komunitas SAD GHOST saat si kepala botak atau yang di sebut raja jin mengatakan hal itu, padahal gue gak percaya kalau gue udah mati"

"Mayat kedua temen gue nyelip di sungai itu, sementara mayat gue terbawa arus. Mereka gak tau, dan gue gak kasih tau juga. Gue mau mereka pulang ke alam mereka dengan tenang, tanpa mikirin gue yang masih koma"

Rara yang paling tidak menyangka dengan kejadian ini, ia bahkan syok mendengar penyataan itu.

Boleh jadi, Gerandra masih di beri kesempatan hidup.

"Gue gak nyangka Gun,"

"Panggil Andra, panggil sayang juga boleh"

"Genit banget lo!"

Genandra hanya tertawa kecil saja.

Bisa-bisanya Genandra di bawa ke rumah sakit yang jaraknya jauh dari perkotaan. Jadi, mereka harus kembali ke kota dan mencari alamat rumah Genandra lalu memberitahukan hal ini pada orangtuanya.

Ya, tentu saja ketiga gadis itu mau membantunya.

Ini pertama kalinya mereka membantu jenazah di kuburkan dengan layak, lalu membantu seseorang yang sedang menghadapi masa kritisnya.

Ini aneh bin ajaib.

***

Kembali ke Jakarta, Princess sudah benar-benar khawatir dengan ketiga anak gadisnya itu.

"KALIAN INI GIMANA SIH? MOMMY UDAH KHAWATIR SAMA KALIAN SETENGAH MATI TAU GAK? KALIAN KEMAN----" ucapannya terhenti saat mencium aroma tak sedap dari tubuh ketiga gadisnya itu, "Kok bau selokan? Kalian abis main dimana?"

"Kita abis nol---" saat Riri mau mengatakan yang sebenarnya, Rara langsung mendekap mulut Riri dengan cepat.

"Abis apa? Jujur sama Mommy!"

"Itu mom, kita abis main di sungai nyari kecebong, biasalah gabut hehe" jawab Rara asal.

"Di antara kalian bertiga, cuman Rere yang ucapannya bisa mommy percaya. Rere, apa bener begitu?" Rere mengangguk cepat. Ia tak ingin masalahnya semakin rumit, "Oke mommy percaya! Yaudah sana pergi mandi bersihiin diri kalian. Ada-ada aja kalian ini bikin darah mommy rendah aja!"

"Darah tinggi kali mom" koreksi Rere.

"Ya maksudnya itu"

Ketiga anak gadisnya itu segera pergi menuju kamar masing-masing, lalu membersihkan diri.

Setelah selesai membersihkan diri, Rara duduk di balkon kamarnya, ia masih tak menyangka soal Gerandra yang rupanya sedang dalam keadaan koma.

Pantas saja, Gerandra tidak ikut membicarakan soal mayatnya yang kata kedua temannya itu hilang, padahal kebenarannya raga'nya sedang berada pada masa kritis.

"Mikirin gue ya?"

Pucuk di cinta, Gerandra'pun tiba!

Yang di pikirkan, kini sudah berada di depan mata.

"Ck! Ngagetin aja lo. Kenapa si lo gak jujur dari awal aja?"

"Gak bisa ayang, Opal sama Asep nanti mengsedih"

"Berarti masih ada kemungkinan lo idup ya?"

"Mungkin. Kalau gue mati, lo pasti bakalan kehilangan gue banget"

"Najis. Pede banget lo!"

"Haha iya dong harus PD!" Gerandra duduk di samping Rara semakin dekat.

Rara terkejut saat rupanya tubuh mereka dapat bersentuhan.

"K-kok kita bi-bisa sentuhan si?" Rara menyentuh kepala Gerandra dan juga punggungnya, "Sumpah demi apa gue bisa pegang lo?"

"Emang kita bisa saling sentuh. Bahkan gue bisa ngelus kepala lo!" Gerandra mengeluarkan tangannya dari balik baju pocongnya, lalu kemudian ia mengelus uraian rambut Rara.

Rara melongo tak percaya.

Ini benar-benar gila. Namun kenyataannya ini adalah kebenarannya.

Jadi, Gerandra dapat ia sentuh, dan sebaliknya, Gerandra juga dapat menyentuhnya.

"Kenapa? Baper lo?"

"Jangan mimpi ya! Gue cuman masih gak percaya aja. Andra, gue yakin lo masih bisa idup. Gue janji bakalan temuin orangtua lo!"

"Pacar yang baik" ucapnya sembari tersenyum lirih.

"DIH DASAR POCONG SINTING!"

"Btw, gue mau cerita serius ni. Sebelum gue jadi poci, gue ngelewatin banyak hal. Gue liat surga dan neraka, gila kaya mimpi buruk banget buat gue njir pas liat neraka, banyak yang di siksa terutama cewek"

"Se-seriusan?"

"Iya gue serius. Untung gue masih di kasih kesempatan buat keluyuran dulu di bumi, nanti kalau gue masuk neraka, lo ikut ya, biar gue ada temennya?"

"Dih ogah gue, gue di neraka nemenin lo doang gitu? Liat lo di siksa?"

"Ya sambil ngopi, kan ada air panas disana"

"Itu bukan air panas biasa. Tapi air panas yang di campur organ tubuh manusia. Ih amit-amit!!! Nauzubilla minzalik, semoga gue adalah salah satu penghuni surga"

"Kok lo doang?"

"Emang harus sama siapa lagi?"

"Lo, gue dan..."

"Dan apa?"

Gerandra mendekat ke arah telinga Rara, "anak-anak kita." Bisiknya.

BUG!

BUG!

Rara memukul beberapa kali tubuh Gerandra dengan guling. "Pocong halu! Sinting!"

Gerandra menghilang begitu saja.

Dasar menyebalkan, pikir Rara membantin.

Semakin hari, semakin tidak waras saja pocong itu. Ya, walaupun wajahnya terlihat tampan, namun tetap saja Rara masih berfikir bahwa Gerandra bukanlah manusia.

"Tapi kalau dia masih idup, lumayan kan bisa jadi temen kondangan? Hahay!" Monolognya.

SAD GHOST 6 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang