00:19 [Sadar dari koma]

605 195 22
                                    

Akhirnya Elektrokardiogram menampilkan detak jantung yang stabil pada pasien.

Ya, Gerandra sadar dari koma'nya. Matanya terbuka, dan melirik sekelilingnya.

"Mami, papi" ucapnya pelan.

"ANAK MAMI, KENAPA BISA KAMU SEPERTI INI? MAMI KAN UDAH BILANG, DARIPADA CARI KECEBONG, MENDING KAMU KENALIN CALON MANTU BUAT MAMI"

Rara menghela nafasnya kasar, telinga'nya hampir saja pecah mendengar suara lantang dan berisik dari mami'nya Gerandra ini.

"Mami, anaknya baru sadar kok di marahin? Nanti aja di marahin'nya kalau udah balik ke rumah" usul pak Jimin.

Gerandra tersenyum senang di kala melihat kedua orangtuanya berada di sampingnya, mereka saling berpelukan.

Jujur saja, Rara jadi ingin memeluk Gerandra juga, tapi ia malu-malu kuchieng!

Melihat wajah Gerandra saat sudah normal tanpa kain kafan ini, rupanya Gerandra benar-benar tampan sekali.

"Gak mau peluk gue?" tanya Gerandra melirik Rara.

"Ya kagalah! Ogah" duh, gengsi syekali anak gadis kepunyaan Princess dan Bara ini.

"Makasih ya"

"Iya sama-sama. Lain kali jangan main kecebong lagi, karna selain nyusahin orang, lo juga bikin panik keluarga lo!"

"Iya sayang"

Waduh, damage mas Gerandra ini bukan kaleng-kaleng saat mengatakan kata sayang. Buktinya pipi Rara sampai merah merona begituehhhh di buatnya!

Gerandra tampan sekali loh...

Mau lihat tidak wajah'nya? Nanti ya, kalau sudah waktunya pasti author beri unjuk.

"Sayang? Kalian pacaran?" tanya bu Eni curiga.

"EH ENGGAK! BUK----"

"Iya mi, dia calon mantu mami" ucap Gerandra memotong pembicaraan Rara.

Ya amsyong, bisa-bisanya pria menyebalkan itu membohongi kedua orangtuanya.

Duh, mau di taruh dimana wajah cantik Rara saat ini?

"Wah asik, sebentar lagi mami punya cucu"

"Eh main cucu-cucu aja, mereka masih sekolah. Biar lanjut dulu sampe kuliah, baru deh nikah!" ucap pak Jimin.

Rara hanya tersenyum kaku saja mendengar itu.

***

Pada suatu malam yang dingin dan dengan hati yang kelabu, ada dua insan yang sedang serius hendak membicarakan sesuatu.

Ya, Rere dan juga Sulthan. Mereka berada di tepi pantai, tempat dimana bebas membicarakan banyak hal tanpa ada siapapun yang berani menguping pembicaraan keduanya, kecuali para readers yang super kepo!

"Aku mau putus" ucap Rere tiba-tiba.

Sulthan tertawa mendengar itu.

"Kenapa ketawa?" tanya Rere melirik jengkel ke arah Sulthan.

"Lo gak usah bercanda!"

"Aku gak bercanda. Aku mau kita selesai"

"Apa alesan lo?"

"Aku ngerasa kita gak cocok"

"Dalam arti apa gak cocok?"

"Kamu cowok mesum yang gak seharusnya pantes buat aku"

"Se-enggaknya gue gak pernah ngerusak lo! Gue tau kok kenapa lo ngomong gini? Pasti Riri kan? Lo mentingin perasaan dia lagi?"

Rere terdiam sesaat. Ia sudah menahan tangisnya mati-matian, namun pada akhirnya menetes juga.

Mengapa sesulit ini mengatakan kata putus pada Sulthan?

Apakah dengan cara ini, hidup Rere akan tenang tanpa di gentayangi bayang-bayang rasa bersalahnya terhadap Riri?

"Lo salah kalau ambil langkah ini Re dan lo ataupun gue gak salah buat hubungan kita. Yang salah itu Riri, dia nempatin perasaan sama orang yang jelas gak punya perasaan yang sama kek dia"

"TAPI AKU JUGA SALAH! AKU GAK BILANG DARI AWAL KALAU AKU SUKA SAMA KAMU, KALAU KITA---KITA ADA HUBUNGAN"

"Wajar lo gak bilang, karna Riri udah lebih dulu ngomongin perasaannya buat gue ke lo. Bener kan?"

Sulthan mengusap airmata yang keluar membasahi pipi gembul milik Rere.

Duh, gemash sekali dengan couple ini. Meskipun sedang bertengkar, tapi Sulthan ini kelewat romantis.

"Kalau lo gak sanggup bilangnya, gue yang bakalan bilang"

"Tapi..."

"Kali ini aja, nurut sama pacar sendiri bisa kan?"

Baiklah.

Tidak ada pilihan lain, Rere menyanggupinya meskipun ragu.

Akankah nanti hubungan persaudaraan-nya dengan Riri akan tetap baik-baik saja? Atau justru Riri akan teramat membenci Rere?

Apapun itu, Rere harus menerima resiko'nya. Ia berhak menentukan perasaannya untuk siapa, tanpa harus mengorbankan hal yang menyiksa.

Sulthan memeluk Rere, lalu kemudian ia mencium bibir Rere.

Baginya, bibir milik Rere sudah seperti nikotin yang membuatnya candu untuk menghisap.

Di bawah sunset, dengan saksi air laut yang asin, dan awan yang mulai menuju kegelapan, keduanya menikmati adegan ciuman yang sangat...sangat... Membuat Sulthan sange jadinya.

Ya-ampun!

"Sulthan udah" cegah Rere saat pria itu hendak menyelusuri leher putih miliknya.

"Maaf"

"A-aku gak mau yang tadi terulang lagi. Inget Than, aku cewek yang kamu cintain, bukan cewek yang buat kamu mainin"

Sulthan tersenyum lalu mengusap pipi Rere lembut, "Of course I will always remember that you are the most beautiful gift that God has ever given me. I love you baby"

Wajah Rere mulai memanas, ini bukan pertama kalinya pipinya menimbulkan warna merah merona akibat ungkapan Sulthan, tapi entah mengapa ia slalu merasa terpukau dengan setiap perkataan pria itu.

Semoga saja, Riri nantinya dapat mengerti, bahwa cinta yang mereka miliki lebih besar dari keinginan Riri mendapatkan Sulthan.

SAD GHOST 6 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang