Masa ujian tlah berakhir, hanya tinggal menunggu hasilnya beberapa minggu lagi. Duh, rasanya dag-dig-dug gimana gituee! Rere saja cemas akan nilai'nya, apalagi Rara dan Riri.
"Duh gimana dong Ri, kalau kita kaga naik kelas, bakalan jadi adek kelasnya Rere dong? Hilang sudah kepopuleran gue!" gerutu Rara.
"Kamu sih bodoh Ra"
"Anjir, berani lo bilang gitu sama gue?"
"Eh enggak. Maksud aku, tenang aja kita pasti naik kelas. Tapi ya aku bingung, kenapa pada saat bagian ulangan matematika tiba-tiba aku pengen berak?"
"Kok sama ya, gue juga. Lo gimana Re?" tanya Rara melirik Rere.
Rere menggelengkan kepalanya.
"Rere sih pinter, jangan di tanya urusan rumus. Lah kita? Sakit perut liatnya" keluh Riri.
Mereka segera pulang karna mobil jemputan sudah datang.
Tapi, Rere mengatakan ia mau pergi ada urusan, tanpa rasa curiga maka Rara dan Riri hanya mangut-mangut saja percaya.
Sebenarnya Rere sendiri merasa bersalah karna terus menerus menyembunyikan hubungannya dengan Sulthan dari kedua saudara-saudaranya, tapi apa boleh buat? Ia belum siap bicara pada Rara apalagi Riri.
Waktunya mungkin belum tepat.
***
Di apartemen.
Rere memeluk Sulthan dari samping, sementara pria itu sibuk bermain PS dengan kedua temannya, Sagara dan juga Bima.
"Ah anjing. Goblok ni, kalah gue" kesal Sulthan.
"Ngebucin mulu sih lo!" sahut Sagara.
"Jadi aku pembawa sial gitu?" Rere bersuara, hingga membuat Sagara merasa tak enak, sementara Sulthan mengusap uraian rambut Rere.
"Enggaklah sayang. Emang si Sagara aja yang iri dengki karna kelamaan menjomblo, padahal aku udah saranin buat dia sama Riri aja"
"Mau sama Riri?" tanya Rere melirik Sagara.
"Jangan mau Ga, si Riri bawelnya nauzubilla minzalik tujuh turunan, delapan belas tanjakan, belum lagi nih duh kelakuan'nya yang kaya lindah darat tukang nempel-nempel di si Sulthan bikin ilfiel banget!" komentar Bima yang bicara apa adanya.
"Hust! Gitu-gitu dia adik aku yang paling boncel"
Ya, biarpun ucapan Bima itu benar, tetap saja Rere tak suka jika saudaranya di jelek-jelekan seperti itu.
"Halah bilang aja lo suka sama si Riri" ucap Sulthan.
"Dih najis. Cewek kaya dia begitumah cocoknya sama modelan si Arya tuh. Tau kan lo si Arya?"
Ketiganya tertawa terbahak.
Jelas saja mereka tahu siapa Arya, cowok itu sama berisiknya seperti Riri bahkan setiaphari bergabung dengan wanita, hingga terkesan seperti.... Ya fikir sendirilah ya! Capek, author terus yang mikir, jadi bagian ini kalian saja.
"Buchien terus, sampe gak inget waktu. Jam berapa ini woi? Adik lo si Riri mewek kejer tuh!"
Mendengar apa kata Asep, sontak Rere menoleh padanya, ia ingin bertanya tapi ia ingat bahwa sekarang sedang bersama siapa.
"Pasti lo mau tanya, nangis kenapa? Dia liat postingan Sulthan, lo liat aja sw'nya cowok lo"
Buru-buru Rere mengambil ponselnya dari dalam tas, dan langsung meluncur pada whatsapp, lalu melihat status whatsApp dari Sulthan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAD GHOST 6 ✓
HororBRAK!! Rara terjuntai sampai bokongnya menabrak mesin cuci, ia terkedjoed sekaligus terheran-heran melihat wujud yang ada di hadapannya. Siapa ketiga manusia, ups salah maksudnya makhluk halus di hadapannya ini? "Selamat malam" ucap mereka bersamaan...