6

18.2K 937 2
                                    

Adam POV

Selesai kami dinner, aku membawa Sylvie keruang tengah dirumahku. Aku menuntunnya untuk duduk disofa.

"Dam, kok rumahnya sepi? Nyokap bokap lo mana?" Sylvie bertanya kepadaku sambil memperhatikan disekelilingnya.

"Ini rumah pribadi gue. Nyokap bokap gak tinggal di Jakarta. Mereka di Bali." Jawabku singkat.

"Oh... Jadi ini rumah benar-benar hasil kerja lo sendiri?"

"Hmmmmm"

"Dam.. Sebenarnya lo kerja apasih? Umur 26 udah sanggup beli rumah semewah ini," aku menahan tawa melihat Sylvie yang nampaknya terkagum-kagum dengan setiap sudut rumahku.

"Gue kerja di Ganendra Group, pusatnya memang diJakarta, dan kebetulan bokap udah kasih kepercayaan untuk gue megang kendali di pusat. Bokap lebih ngurusin cabang di Bali karena nyokap sama bokap gak suka pisah jauh-jauhan haha."

"Haaa.... " kedua sudut bibirku terangkat keatas melihat ekspresi Sylvie.

"Kok melongo sih? Kalo lo sendiri gimana? Gue kan udah cerita banyak tentang diri gue. Giliran lo dong."

"Gapapa lo hebat banget, sukses. Nama Ganendra Group kayaknya anak SD juga udah tau hahaa. Nyokap bokap gue udah gak ada." Sylvie menunduk.

"Oh.. I'm sorry vi..." Aku merasa tidak enak sudah bertanya seperti itu.

"Yaaa it's fine dam." Sylvie menghempaskan punggungnya ke senderan sofa. Aku mengikuti gerak gerik tubuhnya dengan duduk disampingnya.

Aku dengan ragu merangkul pundaknya dengan satu lenganku. "You're such an independent women, Sylvie." Aku tidak berani menatapnya setelah mengucapkan kalimat barusan. Baru kali ini aku memuji perempuan secara langsung setelah berapa tahun.

"Makasih dam... Lo juga udah sukses banget di usia segini, pencapaian yang luar biasa deh." Sylvie menyenderkan kepalanya di tubuhku.

Aku merasa tegang, aku dapat mencium aroma wangi dari rambutnya. Aku menyukainya, aroma yang sangat memabukkan. Detak jantungku mulai tidak teratur.

SYLVIE POV

Entah apa yang membuat keberanian didalam diriku meledak seketika dan memutuskan untuk menyenderkan kepalaku dipundak Adam

Aku merasa nyaman dengan posisiku sekarang ini. Aku seolah-olah mempercayakan tubuhku kepadanya. Aku percaya bahwa ia akan menjagaku.

"Tadi yang masak makanannya siapa dam? Kamu? Gak mungkin." Aku bertanya dengan menaikkan satu alisku.

"Apasih yang gak mungkin ? Gue kok yang masak. Kenapa vi? Gak enak ya masakannya?" Adam terlihat cemas.

Aku tertawa tidak percaya, "hahaha bohong ya kamu? Enak banget loh dam! Hebat banget keahlian memasak kamu. Kalo aku jadi istri kamu santai deh aku tiap hari dimasakin suami hahaha"
Ups... Ini mulut barusan frontal banget ya...

Adam menatap kedalam mataku, memperhatikan wajahku dengan seksama. Jantungku berdegup dengan tidak karuan. Aku menatap ke matanya... Lalu bibirnya... Matanya lagi... Bibirnya lagi.. Ayolah katakan sesuatu!!

"Vi..."

"Iya dam?"

"Lo mau gak... Jadi pacar gue?"

Aku menutup mulutku tidak percaya.

"HHAHAHA berhasil lo bikin gue kaget. Ih Adam lo kalo bercanda jangan kelewatan deh," aku memukul pahanya lumayan keras.

"Vi.. Gue serius" tiba-tiba wajahnya mengetas dan tegang.
Oh shit, dia serius?

Apa aku mau jadi pacarnya? Apa aku mau jadi miliknya? Apa hatiku menyayanginya? Well, sayang? Aku belum tau apakah aku sayang dengannya. Tapi aku sudah jelas kalau aku menyukainya.
Mungkin tidak ada salahnya mencobanya...

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang