19

12.6K 666 7
                                    

Adam POV

"Kemana dia?" Aku menatap dokter yang menjadi pelaku nomor 1 di otakku. Tidak terlalu susah mencari pria yang bernama Adlan ini.

"Dia pergi."

"Ya gue tau dia pergi. Tapi kemana?" Aku mendecak frustasi.

"Somewhere. Gue gak bisa ngasih tau, lagian it's her privacy. Biarin dia tenang dulu kenapa?" Oke sekarang ucapan dokter ini membuatku kesal!

"Lo pacar macem apa ngebiarin cewe lo pergi tanpa jejak gini! Lo ini gak bener ya!" Aku mengepalkan tanganku.

"Chill bro.. Pacar? Dia mutusin gue sebelum dia pergi. Hubungan kami paling cuma seminggu."

Seminggu huh? Sama seperti hubungaku dengannya pada saat itu..
Seminggu yang membuat hidupku berasa sangat indah, tidak peduli seberapa berat cobaan di kantor yang aku hadapi, selama bersamanya aku mendapatkan ketenanganku, dan fokusku.

"Kalo gue boleh tau, lo siapa nya Sylvie? Lo yang waktu itu nganterin Sylvie ke rumah sakit ini kan?" Tanya dokter gak seberapa itu.

"Gue mantannya. Tapi gue masih sayang banget sama dia sampe detik ini jadi gue perlu tau keberadaan dia dimana sekarang juga." Aku mengaskan setiap ucapanku barusan. Menurutku penting baginya untuk tahu bahwa Sylvie adalah segalanya bagiku.

"Oh.. I see. Jadi sekarang kita lagi rapat mantan nih ya..." Dokter itu terkekeh. Sialan, lucunya dimana? Aku sedang tidak ingin bergurau. Aku sedang serius dan ingin menemui gadisku secepatnya!

"Gue gak punya waktu untuk main-main. Kasih tau gue dia dimana sekarang." Aku menatap Adlan dengan tatapan sinisku. Aku benar-benar tidak suka dengan dokter pas-pasan ini.

"Ok ok... Gue kasih tau dia dimana, tapi lo harus janji sesuatu.."

Aku mendengarkan semuanya, dan menyetujui perjanjianku dengan dokter itu. Entah mengapa instingku menyuruhku untuk menerima perjanjian tersebut.

Tunggu aku, Sylvie.

**

Sylvie POV

~4 bulan kemudian~

Apa yang kamu lakukan jika hati dan pikiranmu tidak dapat bekerja sama? Apa yang kamu lakukan jika logikamu memaksamu untuk meninggalkan semuanya dibelakang namun hatimu berkata berbeda? Susah ya? Memang. Aku mengerti rasanya seperti itu. Namun aku harus terlihat kuat, tidak rapuh. Dari luar aku terlihat seperti tidak mempunyai beban pikiran, namun jauh didalam hatiku, aku memiliki masalah yang sudah lama tidak bisa kuatasi.

Sudah berapa bulan belakangan ini aku hidup bersama adik dari nenekku. Aku bekerja di Hotel sekarang, lumayan lah aku menjadi gadis yang duduk dibalik front desk. Gini-gini aku bersarjana, terlalu menyedihkan jika aku terus-terusan menjadi pelayan di restoran, walaupun 2 bulan pertamaku di kota ini aku hanya menjadi pelayan di restoran termegah di kota ini. Tapi sekarang derajat pekerjaanku sudah naik lah... Sedikit tapi.

Terkadang sesekali aku teringat akan Adam, Tristan dan Nayla. Yang sampai saat ini masih berhubungan denganku hanyalah Adlan. Aku bahkan sudah menghapus akun line miliku. Aku tersenyum sendiri teringat akan Nayla. Bagaimana ya hubungannya dengan Clovis? Apa mereka akan menikah? Lalu bagaimana dengan Tristan? Sudah mendapat pacarkah?

"Mba ini mau balikin kartu kamar." Ucap seorang perempuan yang masih remaja.

"Oh iya, terima kasih." Aku tersenyum lalu mengambil kartu yanh diberikan oleh gadis tadi. Setelah itu aku kembali menghempaskan tubuhku di kursi kerjaku.

Aku memasang headset untuk melepas penatku.

Here I am again
Everybody's screaming
The walls are closing in
I'm stuck in the middle.
Swimming up a stream
Suffocating in between
I wake up from the dream
Still stuck in the middle
I guess this time I'll wait it out
Someday things will be perfect
It will be worth it all this time
Stuck in the middle
I know things will get better
Hold it together
Take your time
Stuck in the middle

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang