22

16.4K 680 10
                                    

Ibu Jasmine kini beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah panggung. Sebenarnya ibu Jasmine sangatlah cantik. Hanya saja, perlakuannya terhadapku membuat poinnya sedikit minus dimataku.
Heh... Bagaimana aku bisa berpikiran seperti ini? Maksudku, toh dia sekarang calon ibu mertuaku.

Bu Jasmine kini diberikan mikrofon oleh seorang pria, "pertama-tama saya mengucapkan terima kasih pada tamu undangan yang telah datang pada malam hari ini. Kedua, saya ingin memberi selamat kepada putra semata wayang saya dan juga calon menantu saya. Saya ingin meminta maaf jika sebelumnya saya sempat menghambat hubungan kalian, tapi toh, pada akhirnya kalian sampai juga disini..."

Ucapan ibu Jasmine kini sudah tidak dapat kucerna lagi. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri, semua ini terasa begitu cepat berlalu. Semua masalah rasanya sangat tidak nyata. Apa benar aku sekarang berdiri disini?

Lamunanku terhentikan oleh genggaman hangat ditangan kananku. Adam. Aku menatapnya dan dia tersenyum kearahku.

"Ikut aku sebentar," Adam kini menuntunku keluar dari ballroom. Beberapa pasang mata kusadari telah menatap kearah kami, ada beberapa tatapan yang bahkan tidak aku mengerti.

Beberapa staff teman perempuanku ada yang mengedipkan mata, sambil berucap goodluck tanpa bersuara. Aku hanya tersenyum karena aku sangat gugup.

Aku terus mengikuti Adam dari belakang yang sedari tadi tidak melepaskan tanganku. Kami sampai di balkon hotel ini, aku melihat pemandangan malam kota yang tidak terlalu padat oleh kendaraan.

"Aku kangen kamu Vi..."

Aku terus menatap lurus kearah pemandangan kota, aku tidak tau harus bersikap seperti apa sebenarnya pada saat ini. Bahagia dan takut. Bagaimana kalau lagi-lagi kisah cintaku hanya sementara? Kebahagiaan ini hanya kebahagiaan sementara? Aku terlalu takut jatuh terlalu dalam pada pesona dan kebahagiaan yang diberikan Adam.

"Apa yang membuat kamu begitu lama Dam.." Suaraku kini bergetar, aku mengingat berapa bulan aku berharap bahwa sesuatu hari dia akan mengabariku, dan berkata bahwa dia merindukanku. Tapi mengapa lama sekali baginya untuk menghampiriku? Apa dia sempat melupakanku?

"Maafin aku Vi.. Aku mau kembali ke kamu setelah aku menjadi seorang yang lebih baik, aku ingin serius berhubungan denganmu, aku ingin kamu menjadi pemberhentian terakhirku..."

Aku kini perlahan memberanikan diriku untuk menatapnya, "Maksud kamu..."

"Aku udah nyiapin semuanya Vi, aku harus jadi orang sukses yang bisa menafkahi keluargaku kelak..."

Aku terkekeh mendengar ucapannya yang membuatnya terkesan seperti orang yang tidak mampu, sementara kenyataannya dia sudah dapat dibilang sangat mapan pada usia yang masih muda.
"Nyiapin apa sih Dam? Aku rasa kamu itu udah siap kalo dari segi ekonomi haha no offense loh Dam."

Bibir Adam kini menyinggung sebuah senyuman, "Aku ingin calon istriku merasa sangat cukup dan tidak terbebani, cukup menjadi ibu rumah tangga, tidak perlu bekerja, cukup aku yang bekerja keras untuk kamu, kamu cukup mendukungku dari belakang." Adam berjalan satu langkah mendekat.

Aku tidak dapat membalas ucapannya, aku tenggelam dalam pikiranku sendiri, lagi.
Ternyata selama ini?
"Kamu gak lupa sama aku?" Aku menggigit bibirku setelah melongarkan pertanyaan tersebut.

"Mana mungkin aku lupa sama kamu.. Satu haripun semenjak kamu pergi dariku, aku gak pernah lupa sama kamu Vi. Aku tau aku gak bisa deket-deket sama kamu, makanya aku suruh Bisma mantau kamu terus..."

"What?! Jadi?! Selama ini Bisma itu suruhan kamu?"

"Iya Vi... I had to do that. Dan kamu, aku kecewa banget kamu clubbing seperti itu!"

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang