Aku terbangun dan reflek segera memegang kepalaku. Astaga sakit sekali! Aku memekik. Aku menatap ke langit-langit kamar. Hah? Kamar? Dimana aku? Aku sungguh tidak familiar. Namun aroma maskulin yang menyebar diseluruh ruangan ini jelas familiar. Aku tiba-tiba merasakan mual yang luar biasa dan segera berlari ke kamar mandi didalam kamar.
"Hueeekk....huuueekkk..."
Sialan. Muntah yang menjijikan. Aneh.
*cekrek*
Tiba-tiba saja pintu kamar mandi dipertengahan muntahku, namun aku tidak mengurusinya lagi. Terlalu mual. Tidak sanggup.
Pijatan lembut kuterima didekat tengkukku. Aku langsung berhenti muntah dan sebuah tangan memberiku tissue. Akupun mengelap mulutku lalu beridir tegap dan menghadap ke pemilik tangan itu."Bisma?" Mulutku menganga setelah menyebut namanya itu. Apakah ini kamar miliknya?
"Gimana kondisi lo vi?"
"Menurut lo?" Aku memberi sedikit kesan sinis.
"You look..awful." Bisma mengekus dagunya lalu menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Akupun segera melihat diriku sendiri. Thanks God! Pakaian masih itu.
"Tenang aja lo gak gue apa-apain kok." Aku membuang muka malu. Menjengkelkan. Oh ya, bagaimana aku bisa berada disini?
"Bisma, kenapa gue bisa tiba-tiba disini?"
"Mending ngobrolnya dibawah aja deh sambil sarapan. Yuk?"
Kami berdua pun duduk di meja makan dengan suasana canggung. Apa-apaan ini? Mengapa terasa aneh?
Hmm.. Aku mengendus bau yang aneh. Aku mencium bau tubuhku sendiri."Lo bau kan? I know." Bisma menggigit roti tawar dengan selai kacangnya.
"Tell me what happened." Aku memasang tampang serius. Karena aku memang serius. Aku ingin tau semuanya. Bahkan bagaimana aku bisa berakhir dirumah Bisma.
"Well, not much to tell. Lo mabuk berat. Apasih yang ada dipikiran lo pada saat itu? Setau gue Sylvie yang gue kenal tuh baik-baik gak bakal minum-minuman sampe passed out." Bisma meneguk air putihnya.
"Gue kacau. Udah lah lagipula bukan urusan lo." Aku menjawab cuek.
"Bukan urusan gue!? Kita temen Vi. Apa lo udah gak anggep gue temen lagi?"
"Gue masih anggep lo temen kok." Aku mulai menyelimuti roti tawar yang aku ambil dengan selai coklat.
"Nah kalau begitu seharusnya ngerti kalo emang udah menjadi tugas seorang temen untuk membantu satu sama lain, dan juga saling ngelindungin." Bisma mengoceh panjang lebar. Astaga orang ini.
"Iya, iya. Ok makasih ya?"
"Kenapa sih lo sesantai itu? Lo gak tau gue udah khawatir sama lo. Kalo di pegang-pegang cowo lo mau? Di grepe om-om baru tau rasa lo."
Aku bergidik ngeri, "ih amit-amit deh! Jangan sampe. Udah anyway, thank you so much Bisma, yo da best!"
"Lagian lo itu kenapa pula bekat beli minum harganya 2jtan?! Lebih dri gaji lo sebulan!" Aku menyemburkan susu yang baru aku minum dan muncrata ke baju Bisma.
"YA ELAH SYLVIE GAK LEBAY JUGA KALI RESPONNYA!" Bisma pergi kekamarnya untuk mengganti baju.
What the hell?! Lebay katanya?! Aduh Sylvie bego. Gue minum minuman apaan sih sampe harganya segitu mahal. Dasar edan tuh club nya! Gak kira-kira apa ?!
"Sorry sorry Bis," aku langsung merasa tidak enak ketika Bisma kembali dengan kaos baru.
"Iya..iya gak apa-apa. Semalem pertama kalinya lo mabuk ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM SYLVIE (completed)
Romance'Aku melirik kewajah cowo yang ada disampingku. Mukanya sangat muda... Baby face banget sih!? Jangan-jangan dia masih 20 tahun!? JANGAN BILANG DIA ANAK KULIAHAN?! YaTuhan malu bukan main lagi kalo jalan sama anak yang masih kuliahan begini. Berart...