11

13.2K 708 3
                                    

Dari kemarin aku hanya berdiam dikostan, bahkan sampai malam Ini. Tidak keluar sama sekali, aku hanya menghubungi Filly bahwa aku tidak lagi bekerja dicafe Bits n' Bites. Aku bahkan menyuruhnya untuk menyimpan barang-barangku padanya. Aku belum berani untuk kembali ke cafe itu. Aku tidak mau bertemu dengan wanita bermulut jahan macam bu Jasmine.

Aku tidak makan dari kemarin, oh, aku lupa, pagi ini aku makan mie instan satu bungkus. Tapi rasanya seperti hambar. Mataku sembabnya tidak berkurang, tapi makin parah. Aku harus bertahan dengan makan apa kalau tidak bekerja. Bagaimana aku harus bekerja jika aku terlalu takut bertemu dengan Adam ataupun bu Jasmine kalaubaku keluar.

*tokk.. Tokk.. Tokk*

Argh! Siapa lagi! Jangan bilang si Adam sialan satu itu! Karena kalau iya, aku muak dengannya! Aku tidak mau bertemu dengannya. Menyusahkan hidupku saja. Aku tidak mau buka pintu.

*tok..tok..tok*

Sialan! Siapa sih!
Aku berjalan menuju pintu dengan kesal seolah-olah siap menghajat seseorang.

*cekrekk*

"Eh kalian.." Aku terdiam melihat Tristan dan Nayla yang berdiri seperti patung.

"Vi.." Nayla terlihat sedih.

"Kok mukanya gitu sih Nayla? Lo kenapa?" Aku memaksakan senyumku.

"Seharusnya kami yang nanya lo kenapa!" Nayla menaikkan nada bicaranya kepadaku yang berhasil membuat senyuman palsuku hilang.

"Kami khawatir dengan lo, Vi" Tristan menambahkan.

"Yaudah, masuk aja jangan melongo didepan pintu gini," aku mundur dan mempersilahkan mereka masuk.

"Gila ini kamar kostan kayak kapal pecah," Nayla memperhatikan isi kamar kostanku yang sekarang memang tidak terurus. Buku-buku yang aku gunakan untuk mengalihkan pikiranku aku biarkan berserakan dimana-mana.

"Ini gur beliin lo makanan, dimakan ya. Wajib!" Tristan meletakkan bungkusan yang ia pegang.

"Gue ambilin nasinya ya," Nayla berdiri namu aku hentikan.

"Gue gak masak nasi dari kemarin." Aku menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.

"Hah?! Gila lo. Sebentar deh gue balik ke kamar gue dulu ambil nasi." Nayla beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar.

"Hanya karena sakit hati, jangan sampe fisik lo juga sakit, Vi" ucapan Tristan membuatku tertegun.

"Tau dari mana?" Aku bertanya.

"Kemarin gue gak sengaja liat pas Adam nyamperin lo. Gue kaget banget liat kondisi kalian apalagi lo sampe banting pintu didepan mukanya. Gue yakin pasti ada yang gak beres diantara kalian."

"Lo sok tau." Jawabku dengan datar.

"Gue bukannya sok tau, tapi gue memang tau. Sebelum Adam masuk ke mobilnya, gue nyamperin dia. Gue minta penjelasan dari dia. Jadi dia cerita tentang kejadian yang menimpa lo."

"Haha.. Bisa lo bayangkan gimana kalo lo di posisi gue," aku tertawa sinis.

"Gue ngerti pasti sakit banget rasanya dihina seperti itu, gue juga rakyat kecil, gue emosi bukan main pas denger cerita Adam tentang ucapan nyokapnya. Tapi gue sadar, itu bukan salah Adam."

Hah?! Bukan salah Adam kata Tristan?! Apa aku tidak salah dengar? Hahahahahhahaha, Tristan dibayar berapa sama Adam sampai-sampai ia membela Adam?

"Sejak kapan lo berada di pihak dia," aku menatap Tristan dengan tatapan tidak suka.

"Gue bukannya ngebela dia, Vi. Tapi gue tau Adam sayang sama lo, dan bukan kemauan Adam juga untuk berakhir seperti ini."

"Tau dari mana lo dia sayang sama gue? Sok tau banget jangan berlagak dukun deh lo."

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang