18

12.7K 672 7
                                    

"Dlan, aku mau bicara sama kamu. Bisa ke kostan sekarang?"

"...."

"Oke aku tunggu."

*tut*

Aku mematikan sambungan telfonku dengan Adlan.
Ini lah saatnya, aku meninggalkan semuanya dibelakang dan memulai hidup baru.

You have to move on.

Kata-kata ajaib itu terus aku ucapkan dalam hati agar aku dapat merelakan kepergianku sendiri dan perpisahanku bersama Adam dan Adlan. Bersama Tristan dan Nayla juga.
Kemarin aku sudah memutuskan untuk pergi ke sebuah kota di ujung pulau sumatera. Bandar Lampung.
Disitu ada adik dari nenekku. Kurasa dengan begitu aku tidak akan kesulitan untuk memulai hidup baru.

Dan besok? Oh ya besok pesta pertunangan Adam dan model super amazing and sexy itu.
Hmmphh... Aku menghela napas ketika gambaran akan sosok kedua orang itu bersama. Kenyataan yang menyakitkan.

Bagaimana aku harus merelakan seseorang yang aku sayangi, jika aku bahkan belum merasa dicintai dan mencintai sepenuhnya? Tapi hatiku yakin, bahwa hatiku ingin bersamanya, selalu.

*tokk..tokk..tok..*

Hmm pasti Adlan. Aku berjalan dan membukakan pintu untuk Adlan

"Hai! Maaf lama. Ta-da! Ini buat kamu." Lalu Adlan memelukku dengan singkat bahkan aku tidak membalas pelukannya. Aku masih kaget, aku berniat menceritakan semuanya dan memberitahukan tentang keputusan, tapi dia malah membawakanku sebuket bunga mawar hari ini.

"Ma-makasih dam.. Eh Dlan."
Shit, mulut ini!

"Hmm.. Okee." Adlan mengerutkan dahinya.

"Duduk yuk, ada yang mau aku omongin sama kamu." Aku menuntunnya ke sofa.

"Ada apa Sylvie?" Mukanya tiba-tiba menjadi serius. Mungkin dia sudah mulai mengerti bahwa ada hal mendesak dan penting yang ingin aku sampaikan.

"Aku rasa hubungan kita cukup sampai disini."
Aku melihat wajah Adlan yang tiba-tiba terkejut dan menegang. Ketika dia hendak berbicara, aku langsung menyambar dengan penjelasanku.

"Gini Dlan, aku sudah memutuskan, aku mau tinggal di Bandar Lampung sama adik nenek aku. Aku rasa lebih nyaman disana daripada di jakarta yang semakin hari semakin padat oleh lautan manusia. Aku harao kamu bisa menerima keputusanku?"

Aku menggigit bibir bawahku karena aku tidak dapat menebak arti dari ekspresinya saat ini. Dia pasti kecewa denganku pada saat ini. Aku merasa sangat jahat sekali.

Adlan menghela napasnya, "hmmmphh.... Baiklah aku nengerti. Tapi ada apa? Kamu ada masalah? Maaf aku bertanya seperti ini, hanya saja jika kamu ada masalah siapa tau aku bisa bantu." Adlan tersenyum cemas.

Aku merasa lega dengan responnya kali ini ternyata lebih baik dari yang aku harapkan. Akupun tersenyum kepadanya dengan lembut.
"Aku gapapa Dlan, cukup dengan kamu dukung keputusan aku udah sangat membantu kok. Terima kasih ya."

"Iya makasih ya Sylvie untuk hubungan yang singkat ini... " ucap Adlan.

Kamu bertatapan canggung sebentar lalu tertawa.

"Hahahha.. Santai saja sylvie, jangan tegang. Aku tidak masalah, setidaknya aku sudah pernah menjadi sebagian dari hidupmu. Aku senang. Hanya saja, kita jangan putus kontak ya? Hubungan singkat ini sangat berarti bagiku. Kita bisa bersahabat kan?"

Aku terkekeh mendengar omongannya yang panjang lebar itu.

"Tenang saja Dlan, aku juga tidak berniat untuk menjauhimu, terima kasih juga sudah datang kehidupku dan menjadi seorang teman. Tentu saja kita bisa jadi sahabat."

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang