10

13.3K 735 4
                                    

"Mami?" Adam menyapa wanita yang bertamu kerumahnya ini. Ini adalah ibu dari Adam? Aku.. Aku tidak percaya...

"Sylvie? Ada keperluan apa anda dengan anak saya?"

Wanita ini.. Bossku di cafe.. Bu Jasmine. Mana mungkin? Berarti.. Adam mengetahui bahwa bossku adalah ibunya sendiri. Mengapa ia merahasiakan ini terhadapku?

Bu Jasmine datang dan langsung duduk di sofa depan TV.

"Mami datangnya kok mendadak?"
Tanya Adam. Aku masih terdiam dan duduk lebih jauh dari Ibu dan Anaknya tersebut. Aku malu sekali.

"Memang kenapa? Mami gak boleh datengin anak mami sendiri? Memangnya harus izin nemuin anak mami sendiri?"

"Ya nggak mi bukan begitu maksud Adam"

"Dan Adam? Tolong jelaskan apa maksud kedatangan Sylvie disini pagi-pagi dengan keadaan berantakan seperti itu? Apa dia sekarang bekerja jadi pembantu rumah tanggamu?"

Jleb...

Hatiku merasa ditusuk mendengar perkataan bu Jasmine. Mengapa ia sangat kejam mulutnya? Astaga.. Seburuk ini kah aku..

"Dia pacar Adam mi.." Jawab Adam.

Aku tersenyum sedikit mendengar pengakuan Adam terhadap maminya.

*PLAKK*

Bu Jasmine menampar Adam. Tanganku refleks menutup mukutku yang terbuka lebar akibat terkejut. Aku segera menghampiri Adam dan melihat mukanya yang merah.

"Adam.. Ka..kamu gak apa-apa?" Aku berkaca-kaca. Mataku terasa perih menahan tangisku ini. Semuanya terasa terjadi begitu cepat.

"Tidak usah sentuh anakku perempuan tidak tau malu!" Bu Jasmine menarikku menjauh dari Adam hingga aku terjatuh ke lantai. Bokongku terasa sakit dan ngilu. Tangisku pecah. Perempuan tidak tahu malu? Serendah itu kah aku di mata mereka? Hanya karena aku orang miskin...

"Mi jangan sakiti Sylvie!" Adam berdiri dan menolongku beranjak dari lantai.

"Adam! Mami memang menyuruh kamu segera menikah! Kamu menolak perjodohan mami dengan alasan ingin mencari calon sendiri! Tapi mami tidak menyangka seleramu sangat rendah!" Bu Jasmine menatapku dengan tajam. Astaga, baru kali ini aku dihina sesakit ini.

"Sylvie! Saya tidak menyangka ternyata kamu berani-beraninya menggoda anak saya! Adam secara tidak langsung juga adalah bossmu! Kamu pasti mengincar hartanya kan? Dasar memalukan!" Bu Jasmine membentakku sehingga tangisanku semakin deras. Aku ingin rasanya menjadi tuli sementara. Terlalu menyakitkan.

"Mami cukup!" Adam sedikit membentak ibunya sendiri.

"Kamu berani melawan mami sekarang, Adam? Kamu bahkan membela perempuan tidak tau malu ini daripada mamimu sendiri?! Sylvie kamu saya pecat! Langkahkan kaki kamu jauh-jauh dari cafe saya! Saya tidak sudi melihat pekerja tidak tau malu sepertimu."

Apa? Apa aku salah dengar? Aku.. Aku dipecat? Tidak mungkin.

"Mami tidak perlu bertindak sejauh ini!" Wajah Adam mulai memerah.

"Dan kamu Adam! Kalau kamu berani-berani bertemu dengan wanita ini lagi, mami akan pastikan hidup wanita ini akan benar-benar sengsara! Dan kamu kali ini tidak boleh menolak perjodohan dari mami!"

Aku tidak kuat lagi mendengar semuanya. Aku baru saja kehilangan pekerjaan yang paling baik yang pernah aku capai seumur hidupku. Apa aku harus mulai lagi dari nol? Cukup sudah. Aku pergi.

"Ya baiklah bu Jasmine, saya pergi. Permisi." Aku berjalan menjauh dari mereka dan menuju ke pintu depan.

"Biar kamu aku antar saja!" Adam menyusulku.

"Tidak perlu Adam. Tolong, jangan memaksa, aku bisa pulang sendiri." Aku memalsukan senyuman dan mengelap air mataku.

"JANGAN KAMU BERANI-BERANI ADAM MENGANTAR WANITA ITU!" Suara bu Jasmine sangat melengking dari dalam.

"Sudah, aku pergi ya Adam. Selamat tinggal dan terima kasih." Aku berlari kecil keluar dari rumah Adam. Rumah yang membuatku sadar bahwa aku sayang dengan lelakiku, namun itu juga rumah yang telah melukai hatiku.

**

Sesampainya dikostan aku berjalan menunduk menutupi mataku yang sembab dan hidungku yang merah. Aku masuk kedalam kamarku dan mengunci pintu lalu menutup tirai jendela. Aku hanya ingin sendiri. Terlalu sulit menerima kenyataan sepahit ini.

Hubunganku dengan pria yang kusayang bahkan tidak sampai 2 bulan. Kenapa perempuan dari rakyat kecil macam aku ini sepertinya tidak punya kesempatan untuk merasakan sedikit saja kebahagiaan?

Haha. Aku tersenyum jijik. Anaknya saja angkuh, wajar ibunya sombong seperti itu. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

Lagi-lagi adegan menyakitkan tadi menghantui pikiranku. Mataku terasa sangat berat karena menahan bulir-bulir air mata yang ingin berjatuhan. Penglihatanku semakin buram dan tangisanku pecah. Aku meringkuk dikasurku sambil memeluk selimut. Aku menyerah pada mataku yang semakin lelah pada kantukku. Aku tertidur.

Aku terbangun pada pukul 2 siang. Astaga lama sekali, pikirku. Aku mengambil ponselku dan men-chargenya. Lalu aku terduduk menatap lurus ke pintu, senyuman pahit tercipta dibibirku.

"Sylvie, kau memang wanita bodoh. Lupa diri, berani-beraninya jatuh cinta pada lelaki yang levelnya sangat tinggi."

Aku melamun cukup lama hingga ketukan dipintu membuatku tersadar.
Aku beranjak dari tempatku duduk dan membuka pintu, dan oh sial. Mau apa lagi si Adam tuan angkuh yang sempurna. Dia tertunduk saat aku membuka pintunya.

Aku segera menutup kembali pintu tersebut ketika Adam menahannya.
Adam melihat kearahku dan aku tertegun.. Matanya... Sembab.. Apa dia menangis? Yang benar saja. Air mata buaya.

"Mau apa lagi?" Tanyaku dengan singkat dan ketus.

"Maafin aku babygirl," Adam memelas dan ada getaram di suaranya.

"Gausah panggil-panggil gue babygirl. Gue bukan babygirl lo lagi. Udah urus aja hidup kita masing-masing."

"Jangan kasar seperti itu, kumohon Sylvie. I'm sure we can find a way to solve this problem."

"Nyokap lo udah bikin gue harus mulai hidup gue dari nol. Mending lo jauh-jauh sebelum lo bikin hidup gue sengsara. Lo pikir mudah bagi rakyat kecil kayak gue untuk cari kerja? Tolong pergi."

Adam terdiam setelah ucapanku. Aku segera menutup pintu dengan membantingnya. Baru saja aku nyaman dengan satu laki-laki, dan dia harus sudah pergi jauh dariku. Sial.

Aku menyenderkan tubuhku dipintu san merosotkan tubuhku hingga terduduk. Air mataku lolos lagi. Aku memukul kepalaku sekali. Bodoh bodoh! Aku harus menghindarinya mulai sekarang!

Semakin aku sering melihatnya, semakin dalam juga aku jatuh pada pesonanya.

Aku merebahkan tubuhku dikasur. Aku harus mulai melakukan aktivitas lain dan menyibukkan diriku agar bisa lupa dengan pria bernama Adam Pradipta Ganendra.

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang