13

12.6K 668 12
                                    

Adam POV

"Halo.. Gimana?"

".."

"Hari ini terakhir?"

".."

"Urus administrasinya."

".."

"Terus pantau dia."

".."

"Thanks."

Aku segera menatika sambungan telfonky. Ah babygirlku... Bagaimana keadaanmu sekarang? Tidakkah kau merindukanku? Karena aku merindukanmu. Sangat merindukanmu.

*tokk..tokk*

"Anak mammiiiii!"

Mami masuk begitu saja kedalam ruang kerjaku.

"Udah di Jakarta aja mi. Pulang kok gak bilang-bilang?"

"Memangnya harus bilang? Surprise lah anggep saja." Mami duduk disofa.

"Iyadeh apa kata mami aja." Aku kembali fokus ke kertas-kertas kerjaanku.

"Mami mau kenalin kamu ke anaknya temen mami, cantik deh. Dia model sekarang. Kuliah semester akhir. Not bad lah."

Oh shit! Tidak lagi!? Perjodohan menggelikan. Penuh paksaan. Buat apa mencoba menggabungkan dua manusia dengan paksaan tanpa adanya perasaan.

"Adam gak mau mi. Adam mau fokus kerja dulu."

"Adam! Kamu ini selalu ya menolak! Apa karena perempuan tidak seberapa itu? Mami harus ingatkan ya ke kamu dam, kalau kamu menikah dengan perempuan seperti itu, nanti lama-lama harta keluarga kita ini habis dia pakai. Dia paling hanya memanfaatkan kamu saja dam," mami mencibir.

"Cukup mi! Mami gak bisa ngejudge Sylvie seperti itu. Asal mami tau, Sylvie is an independent person. Dia bukan tipe cewe matre. Dia bahkan gak pernah minta apa-apa ke Adam." Aku memijat pelipisku. Ya Tuhan cobaan apalagi yang Kau berikan kali ini.

"Sudah! Terserah apa kata kamu. Yang penting lusa kamu bertemu dengan anak teman mami. Ajak dia makan siang atau jalan-jalan di mall. Kenalan dengannya. Sudah umur 26 tapi belum ada calon."

Ada mi calonnya ada.. Tadinya ada. Tapi mami hina-hina seperti itu, perempuan mana yang tidak sakit hati. Aku bergumam dalam hati.

SYLVIE POV

*tokk..tok..tok..*

*cekrek* pintu kamarkupun terbuka.

"Hai Sylvie. Hari ini mba sudah bisa pulang loh."

"Oh ya? Alhamdulillah. Dengan begini aku tidak perlu repot-repot memikirkan bayaran yang semakin mahal jika semakin lama aku menetap disini."

"Loh kan sudah dibayar?"

Aku terkejut lalu mengerutkan keningku.

"Hah? Sama siapa sus."

"Wah kurang tau namanya. Tapi tadi denger sekilas katanya sih mas-mas cakepp gitu deh."

"Oh yaudah makasih ya sus."

Suster itu pun tersenyum lalu pergi jeluar dari kamarku.

*tokk...tokk..tok..*

Suara ketukan pintu menghentikan langkahku yang sedang menuju ke kamar mandi dengan memegang tiang infus.

"Iya masukk." Aku menyahuti.

"Eh sini biar saya bantu." Dokter Adlan. Dia memang belakangan ini menemaniku selama aku dirawat dirumah sakit. Tentunya saat dia mempunyai free time.

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang