Setibanya dikostan, ternyata Nayla melihatku yang diantar oleh dokter Adlan. Dan sekarang disini lah aku, didalam kamarku di introgasi oleh Nayla dan Tristan.
"Jadi.... Itu siapa hah?! Kok salut banget sih gak cerita-cerita lagi?!" Protes Nayla.
"Tau nih! Udah lupa ya sama kami? Bahkan masuk rumah sakit pun baru mengabari kami saat hari terakhir!" Tristan sepertinya benar-benar emosi.
"Maaf, habisnya sampai hari kedua disana gue masih muntah-muntah dan pusing banget. Lupa soal hp dan gak bawa charger. Kan low-bat gitu. Pas di hari terakhir baru minjem charger sama Adlan. Eh dokter Adlan."
"Wih siapa tuh dokter Adlan?! Yang tadi mengantar lo?!" Tanya Nayla dengan bersemangat.
"Iya yang tadi nganter gue namanya dokter Adlan," aku menjawab dengan cuek.
"Cuma dokter sama pasien tapi kok bisa sampe dianter-anter gitu ? Kalian ada apa-apa ya?" Kali ini Tristan menatapku dengan tatapan yang tajam.
"Dia itu sebenarnya... Dokter yang nanganin gue pas gue masuk rumah sakit. Pas itu jaman awal-awalnya gue kenal sama Adam hufftt..."
"Ah! Oke oke stop! Jangan dilanjutkan kalo pembahasannya menyambung ke Adam." Nayla kini menyilangkan tangannya didepan dada.
"Ih kenapa sih. Lagian gak baik tau begitu ke Adam.. Sejujurnya menurut gue Adam itu orangnya baik banget kok." Tristan berbicara dengan takut. Aku pun mengerutkan keningku.
"Tristan! Kok lo malah ngebela Adam sih?! Bahas-bahas Adam segala! Lo tau kan gue gak suka? Ihh lo ini kok segitunya sih?!" Aku mulai emosi terhadap Tristan.
"I've told you before Vi, dia sebenernya baik. Lo aja yang dengan dinginnya seketika nutup hati dan pikiran lo terhadap Adam." Tristan membuka kalemg soda yang ada di meja lalu meneguknya.
Hmm.. Kamu salah Tris.. Aku belum sepenuhnya nutup hati dan pikiran aku terhadap Adam.
"Ah udah ah gue ngantuk. Besok gue di jemput ayang Clovis nih," Nayla senyum-senyum tidak jelas.
"Wuuu pacar pertama sih pacar pertama.. Gak lebay juga kalii." Tristan mencibir Nayla lalu melemparnya dengan kulit kacang sisa kami makan tadi.
"Jones sih jones, tapi kalo sirik jangan diketarain nape?" Nayla kembali melempar kulit kacang kepada Tristan. Jones lagi jones lagi.. Agak kesindir nih aku. Akupun menatap kearah jendela, entah mengapa aku merasa sedikit kesepian, butuh hiburan mungkin.
"Eitss.. Lo kesindir nih Vi?" Nayla menyikutku lalu menggerakkan alisnya atas bawah.
"Ih apaandeh Nayla.." Aku cemberut sendiri.
"Tenang aja, lo sekarang udah gak tergolong jones kok. Karena lo kan sekarang udah ada DUHAI DOKTER ADLAN CIHUYYYY" Nayla menjulurkan lidahnya lalu tertawa puas. Sudah miring otak anak ini kurasa.
"Udah ahhhh kalian pulang sana balik ke habitat masing-masing!"akupun mengusir mereka kedua agar kembali. Karena aku sudah sangat lelah. Aku mengambil gelas berisikan air minum lalu meneguk obat-obatku. Hampir saja lupa.
**
Shiftku usai 5 menit lagi, ah lebih baik aku mencuci saja. Aku pun mencuci piring dan gelas yang kotor untuk melewati 5 menit. Kerja disini harus serba on time, datang tepat waktu pulang juga harus tepat waktu. Tidak boleh lebih, tidak boleh kurang.
Saat mencuci sesuatu terlintas dalam pikiranku, Bisma. Aku belum menghubunginya. Tapi rasanya tidak enak membicarakan hal seperti itu padanya lewat telfon. Mungkin sekali-sekali aku harus memintanya untuk bertemu dan membicarakan masalah rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM SYLVIE (completed)
Romance'Aku melirik kewajah cowo yang ada disampingku. Mukanya sangat muda... Baby face banget sih!? Jangan-jangan dia masih 20 tahun!? JANGAN BILANG DIA ANAK KULIAHAN?! YaTuhan malu bukan main lagi kalo jalan sama anak yang masih kuliahan begini. Berart...