16

12.1K 638 6
                                    

Sesampainya dirumah depan rumah Bisma, pikiranku akhirnya menemukan alasan yang cukup logis untuk berbohong nanti.
Ketika gerbang besar tersebut terbuka, mobil Adlan segera masuk dan memarkir pas didepan pintu rumah Bisma.

*ting...tong..ting..tong*

Pintu pun terbuka dan aku dapat melihat ekspresi terkejut milik Bisma.
"Sy..syvie? Lo ngapain balik kerumah gue lagi? Lo sama.."

"Adlan.." Adlan menjulurkan tangannya dan segera disambut dengan jabatan tangan oleh Bisma.

"Gue Bisma, kawannya Sylvie."

"Uhm.. Itu ponsel gue ketinggalan dirumah lo. Boleh gue ambil?"

"Oh oke. Yaudah masuk aja dulu"

Kami bertiga berjalan ke ruang tamu, aku memperhatikan sikap Bisma yang nampaknya sedikit aneh dan canggung.

"Gue ambil sendiri aja diatas, boleh kan?" Aku menawarkan diri untuk mengambil sendiri, entah mengapa diriku menginginkannya.

"Yaudah masih inget kamarnya kan?" Tanya Bisma.
Haduh mampus deh aku, kenapa pula pake nyebut-nyebut kamar?
Aku melirik kearah Adlan, wajahnya menunjukan ekapresi yang tidak dapat kubaca.

"Iya lah hehe." Aku segera berjalan ke kamar Bisma dan mencari ponselku. Aha! Ada di samping bantal. Hampir saja nyelip.

"Ehem..."

Aku membeku seketika mendengat deheman tersebut. Aku mengetahui suara ini. Suara yang kurindukan, suara yang telah lama tidak aku dengar. Ya Tuhan...
Aku membalikan tubuh ku kepusat suara.
Sosok yang belakangan ini selalu mendatangi pikiranku setiap sebelum tidur. Aku memang mencoba untuk tidak terlalu berharap lebih kepadanya, namun tidak dapat kubohongi diriku sendiri bahwa masih ada sedikit harapan di lubuk hatiku yang paling dalam bahwa aku ini kembali lagi bersamanya. Itu tidak dilarang bukan?

"Nyari apa?"

"Hp gue..." Aku sebisa mungkin menghindari kontak mata dengannya.

"Ketinggalan?"

"Ya iya lah."

"Kesini sama siapa Vi?"

"Kawan."
Aku rasa tidak kuat lagi aku berada didalam ruangan hanya berdua saja dengan Adam. Aku terlalu merindukan pria 'singkat'ku ini. Aku takut pertahananku hancur seketika dan menyerangnya dengan pelukan manjaku. Semua memoriku bersamanya tiba-tiba berputar bagaikan film dokumentasi di otak aku ini.

"Eh yaudah gue duluan ya, gak enak kawan gue nunggu kelamaan. Bye." Aku tergesa-gesa pergi dari kamar tersebut dan bergegas menghampiri Adlan. Aku mendengar perbincangan Adlan dan Bisma. Yap.. Nampaknya mereka dapat berbaur dengan satu sama lain dengan mudah.

"Udah ketemu Hpnya? Ketemu yg laen jg gak?" Tanya Bisma.

Sialan.

"Hm.." Aku memutar bola mataku. Menyebalkan. Bisma pasti tahu aku sudah bertemu dengan Adam.

"Ada apa ya?" Adlan mengerutkan dahinya tampak bingung.

"Oh gapapa, ada kawan gue disini." Bisma berbicara seolah-olah Adam hanyalah Adam. Ya bagiku Adam lebih dari sekedar 'hanya' Adam.

"Yaudah, balik yuk." Adlan mengajakku, nampaknya ia tidak terlalu nyaman berada disini.

"Eh iy-iya yuk." Kami pun pergi dari rumah Bisma, aku hanya membisu selama perjalanan kembali ke kostanku. Pikiranku dipenuhi oleh pertemuan singkatku dengan lelaki singkatku.

Ya Tuhan, kalau dia terlalu sempurna untuk diriku mengapa Engkau pertemukan dia denganku sehingga membuatku jatuh hati padanya?

**

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang