2

23.9K 1.1K 6
                                    

"Ya gue gak tega liat lo basah kotor gini gara-gara gue," ucap cowo angkuh nan babyface itu dengan cuek.

"Hmm... Tapi gue gak butuh bantuan lo jadi makasih deh ya," aku segera berjalan meninggalkan cowo itu, lalu ada tangan yang menahan lenganku.

"Eh tunggu! Biar gue anter lo pulang. Please? Sebagai permohonan maaf gue," cowo itu berkata dengan memelas.

Aih apaan deh cowo ini gak jelas. Tadi angkuh sekarang melas. Sebenarnya kepribadian dia ini gimana sih? Duh terima gak ya? Tapi aku lagi butuh tumpangan sih. Malu kalo naik angkutan umum baju dekil begini.

"Iyaudah." Aku menjawab dengan singkat dan masuk kedalam mobil mercedes benznya.

"Lo tinggal dimana?" Cowo itu berbicara dengan suara yang halus. Akupun memberi tahu alamat kost-kostanku.

Aku melirik kewajah cowo yang ada disampingku. Mukanya sangat muda... Baby face banget sih!?
Jangan-jangan dia masih 20 tahun!?
JANGAN BILANG DIA ANAK KULIAHAN?!

YaTuhan malu bukan main lagi kalo jalan sama anak yang masih kuliahan begini.
Berarti palingan nih mobil punya bokap nyokapnya
Cih... Bocah kecil yang angkuh

Sesampainya di kost-kostanku dia membukakan pintu untukku. Hmmm berlagak prince charming ya dek?

"Makasih ya tapi sebenernya gaperlu repot-repot anterin gue sampe sini," aku berterima kasih tanpa memandang wajahnya. Gengsi cuy dianter brondong.

"Yah... Tapi lo tetep aja tuh nerima tawaran gue nganterin lo balik," dia tersenyum mengejek kearahku.

Bocah tengil !!!!

"Yaudah deh mending lo balik aja sana ntar dicariin nyokap bokap lo pula," aku balas mengejeknya dengan senyum sinis.

"Sok tau banget deh lo," cowo itu berjalan kembali ke mobilnya.

Aku masuk ke dalam kost-kostanku dengan lemah. Aku sangat lelah!

"Oyyyy Sylvieee! Malem amat lo baliknya. Tumben kesini dianter cowo. Siapeee tuhh? Doi ya?" Tristan menyahut dari gedung kost-kostan laki-laki.

"Bukan! Apaan deh lo cowo tukang gossip."

Tristan adalah salah satu penghuni kost-kostan yang cukup dekat denganku. Dekat sebagai teman maksudnya...
Kost-kostan ini untuk laki-laki dan perempuan. Namun, gedung untuk laki-laki dan perempuan terpisah. Ditengah-tengahnya terdapat taman kecil dan gazebo untuk para penguni kost-kostan bersantai.

**

Keesokkan paginya aku telah bersiap-siap untuk berangkat kerja ketika Tristan mencegatku digerbang, "lo. Gue. Anter." Tristan memberikan helm kepadaku.

"Tumben lo nganter gue gak pake janjian sebelumnya," aku mengambil helm yang ia berikan dan mengenakannya. Aku tidak peduli jika rambutku rusak atau berantakan, dikantor aku masih bisa membereskannya. Karena dimana ada tumpangan gratis, disitu uang jajanku sedikit lebih banyak hehehe..

"Ya gapapa gue kebetulan pagi ini bangunnya gak siang jadi kan bisa nganter lo, ayok lah ntar lo telat pula."

Kami berdua berjalan keparkiran motor dan kami pun menempuh perjalanan kurang lebih 20menit dengan motor bebek Tristan.

Tristan memang bukan seorang yang berlimpah harta, dia hanya salah satu juru masak di hotel, namun itu cukup untuk membantu meringankan beban kedua orang tuanya. Sejak awal aku menetap di kost-kostan ini, Tristan telah menjadi teman baikku.

**

Sudah pukul 3 sore dan aku melewatkan jam makan siang. Perutku rasanya sudah berdemo meminta makanan. Tadi pelanggan sangat ramai berdatangan dan salah satu pelayan tidak masuk, aku harus membantu dengan tenaga ekstra.

Karena sekarang pelanggan sudah tidak terlalu banyak, aku memutuskan untuk membeli makanan diluar dan dibungkus agar dapat aku makan di kantor saja. Aku merasa tidak enak jika makan diluar sedangkan sekarang bukan waktunya untuk makan. Tapi aku mempunyai penyakit maag, jika aku telat makan sedikit, maagku bisa kambuh. Untung saja tadi salah satu chef di cafe ada yang berulanh tahun, sehingga ada kue untuk ganjalan perut.

Ketika aku hendak melangkahkan kakiku keluar dari cafe, sebidang dada tiba-tiba saja berada tepat di depan mukaku, menghalang jalanku keluar.

"Eh misi dong.." Aku mendongak untuk melihat kearah pemilik dada besar dan berotot ini. WHAT THE HELL!? Si bocah !?

"Mau kemana lo jam segini kok udah keluar cafe? Cabut lo ya ?" Bocah itu bertanya seolah aku ini anak SMA yang hendak kabur mapel.

"Eh apaan sih lo, lo pikir masih jamannya gue apa untuk cabut-cabut segala? Minggir ah gue laper." Aku hendak melanjutkan langkahku ketika bocah ini menghalangiku lagi dengan kedua tangannya terbentang.

"Gue traktir mau?"

"Sorry gak perlu," aku menjawab dengan ketus.

"Yah elah jual amat sih lo. Ayo lah gue traktir," dia tersenyum menggoda.

"Dalam rangka?" Aku menyilangkan lenganku didepan tubuhku.

"Dalam rangka...... Gue ketemu lo untuk yang ketiga kalinya." Dia menjawab seperti bocah bodoh.

"Gak jelas banget deh, udah ah please gue laper banget jangan ulur waktu gue. Lagian gue cuma mau bungkus. Ini udah bukan waktu gue makan siang." Aku mulai kesal dengan tingkah tengilnya.

"Iyaudah gue traktir pokoknya." Dia berbicara dengan tegas. Busetdah nih bocen ngebet amat nraktir gue. Yaudadeh gak nolak lageee~~

Aku berjalan kearah restoran jepang dan bocah ini berjalan mengikuti disampingku seperti anak anjing. Ih stalker ya nih bocah?

"Mas nasi katsunya satu take away ya," aku memesan tanpa memikirkan harga hohoho siapa suruh sok nraktir

"Masnya mau pesen juga?"

"Nggak mas, untuk mba ini aja. Saya cuma nemenin," bocah itu melirikku sedikit setelah menjawab pertanyaan sang penjual.

Ketika aku hendak berpura-pura ingin mengeluarkan uang dari dompet, bocah itu melototiku dan segera mengeluarkan selembar uang seratus ribu,"kan gue bilang gue yang traktir!"

Lahh nih bocah kok jadi bawel gini sih?!

Kamu berjalan kembali ke cafe tempatku bekerja, "gue mau kenalan dulu sama lo boleh?" Bocah itu tiba-tiba berhenti tepat didepan cafe.

Eh kok jadi kebiasaan manggil dia bocah ya?

"Hmmmmm," aku tidak keberatan berkenalan dengan bocah ini, toh aneh rasanya di traktir orang yang tidak aku kenal, apalagi sebelumnya dia sudah pernah mengantarku pulang.

"Nama gue Adam, lo?" Dia mengulurkan tangannya dan tersenyum lembut. Ihh..... Manisssnyaaaaaaaa <3<3
Hush apa-apaan sih sylvie!?

"Nama gue Sylvie," aku menjabat tangannya yang kokoh, putih dan lembut. Nih bocah tiap hari pake hand cream ya?

"Gue boleh bagi id line lo? Atau whatsapp maybe? Kik?"

"Line aja S y l v i e N G. Gada pengulangan. Dah gue mau kerja byee!!" Aku mengeja id line-ku dengan cepat heheheheh pasti dia gak akan berhasil menemukan idku. Aku segera berjalan cepat kedalam kantor ketika dia hendak membuka mulutnya untuk protes.

**

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang