17

12.6K 657 5
                                    

Aku buru-buru mengambil uang untuk membayar taxiku. Aku sempat ketiduran, bahaya sih aku tahu. Tapi hari ini aku lelah sekali, tidak ada semangat hidup. Lalu sebuah kotak kecil menarik perhatianku. Kotak ini.. Dari Adam.. Astaga bagaimana aku lupa? Aku bahkan belum sempat mengeluarkannya dari tas. Akupun segera pergu keluar dari taxi.

"Makasih ya pak.."

Aku pun berjalan kearah kostanku dengan menatapi kotak kecil ditanganku ini.
Adam... Adam... Mengapa kamu sangat bisa menarik perhatianku?

"Hoyyyyy!"

Aku menolah dan mendapti Nayla yang lari terbirit-birit kearahku.

"Haiiiiii" aku memeluk Nayla.

"Wuih! Apaan tuh?"

"Hm.. Gatau belum gue liat." Jawabku dengan cuek lalu lanjut berjalan ke arah kostanku.

"Aih? Bagaimana bisa lo belum liat? Memang dari mana tuh?"

Aku menggigit bibirku dengan pelan, "Adam."

Aku menatap Nayla yang kini mulutnya telah membentuk O.
"Cieeee... Isinya apa? Ayooo pokoknya bukaa gue mau liat aaaaakkkkk pasti bagusss."

Kami berdua masuk kedalam kostanku. Aku duduk di kasur dengan menatapi kotak ini. Kira-kira apa ya isinya?

"Eh jangan melamun aja! Buka dong gue juga kepo nih."

"Iya iya bawel."

Aku membuka kotak kecil tersebutdari bungkusnya. Ketika melihat bentuk dari luarnya, aku sudah curiga. Aku dan Nayla saling bertatapan, sepertinya Nayla memikirkan apa yang aku pikirkan.

"Buka..." Nayla kini berbicaa dengan serius.

Aku menghitung dalam hati
1....2.....3...
Aku menutup mataku ketika aku membuka matanya.

"Oh shit man!" Suara Nayla mengagetkanku dan aku spontan membuka mataku.

"Oh shit man!" Kata-kata yang sama keluar dari mulutku, aku pun menutup mulutku dengan satu tangan.

Cincin...
Cincin berlian dengan batu sapphire.
Pasti harganya mahal sekali! Astaga!

"Vi... Gue yakin ini mahal banget. Liat aja dari tampilannya. Astaga ini gaji gue berapa puluh tahun pasti." Nayla kini menggelengkan kepalanya.

"Gaperlu lo kasih tau juga gue udah tau nih pasti harganya selangit. Gue gak bisa nerima ini! Ini kelewat mahal! Parah banget dah mewahnya!" Aku buru-buru menutup kotak cincin tersebut.

"Jangan! Harus lo pake! Hmm.. At least hargain pemberian dia lah Vi."

Aku menatap Nayla tidak percaya, bagaimana mungkin ia berkata seperti itu?!

"Hah! Gila apa lo ya? Kalo begini mah nanti orang-orang mandang cincin gue bukan muka gue. Jelas muka gue kalah sama kecantikan cincin ini." Aku geleng-geleng kepala.

"Vi, hitung-hitung tuh cincin sebagai pengingat lo akan Adam. You know lah.. Jadi kemana pun lo jalan lo bajal keinget dia terus. Gue tau lo pasti masih sayang sama Adam ya kan? Walaupun lo udah lampiasin ke dokter Adlan gak jelas itu."

"Aih kok gak jelas lah? Dia jelas. Dia dokter. Dia manusia. Namanya Adlan. Duh" aku protes kepada Nayla. Lagian kok bisa-bisanya dia bilang aku jadikan Adlan sebuah pelampiasan?
Tidak. Aku tidak menjadikannya tempat pelampiasan. Walaupun terkadang dengan adanya Adlan disampingku, setidaknya kegalauanku terhadap Adam bisa kulupakan sementara.

"Ah bodo deh pokoknya dia gak jelas. Tapi kalo lo suka sama dia jadiin aja! Daripada lo ngebangke gara-gara galau gini."

"Buh! Lo mentang-mentang udah taken sama Clovis ya nyombong jadinya. Lagian kenapa tiba-tiba ngedukung gue sama Adlan?"
Aku menatapnya curiga. Setahuku, dia selalu memihak Adam dan selalu menyemangatiku untuk selalu have a faith on Adam.

I AM SYLVIE (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang