Pameran Malam dan Kekacauan

205 63 79
                                    

Sagara duduk diam dalam bis, bersebelahan dengan gadis yang datang ke rumahnya secara tiba-tiba padahal baru saja memutuskan panggilan jarak jauh. Jika ditanya apa yang terjadi, ini semua karena si magnet masalah mengajak paksa pemuda berlesung pipi karena Banyu sedang sibuk mengurus laporan organisasi.

Sambil memajukan bibir, Sagara hanya mengangguk melihat Seana yang terus saja menyebutkan wahana apa saja yang ingin dicoba, kemudian makanan ringan yang harus mereka beli. Pemuda itu menggaruk tengkuk lalu tertawa saat gadis berambut gelombang bersin hingga ingus keluar.

"Maaf." Seana menutup hidung dengan jari lalu mengelap ke sapu tangan dari saku rok, kemudian tertawa pelan mengikuti si lawan bicara.

"Tadinya aku pikir kamu sakit, tapi lihat kamu sekarang kelihatan sehat bisa ketawa-tawa lagi," ujar Sagara dengan melepas jaket yang terikat di pinggang.

"Aku cuma kecapekan siang tadi, setelah pulang dan tidur aku udh sehat lagi, kok!" balas Seana sambil mengusap ujung hidung.

Setelah mengangguk dua kali, Sagara meletakkan jaketnya ke paha Seana sebab gadis itu mengenakan rok denim selutut dipadukan dengan baju kaus berlengan pendek oversize bewarna hitam.

"Buat apa? Kamu takut aku kena flu, ya?" terka Seana sambil mengenakan pemberian Sagara lalu tertawa meledek.

"Iya." Sagara melihat tepat ke netra tajam Seana, kemudian beralih menatap jendela yang ada di sisi kirinya.

Seana melirik Sagara yang tidak lagi melihatnya, tampak telinga pemuda berlesung pipi merah, bahkan sebelah tangan kekar itu menggosok beberapa kali.

Apa itu tadi? Dia malu-malu untuk peduli sama temannya sendiri? Kelihatan imut, batin Seana lalu menunduk sambil mengulum senyum geli.

***

Seana menunduk sambil sesekali melihat Sagara di sebelah kirinya yang sibuk memainkan ponsel. Pemuda itu tampak berulang kali memanggil nomor dengan nama kontak yang sama terus-menerus, tetapi tidak diterima oleh orang di seberang sana.

Sambil memilin jari di pangkuan, Seana berusaha menghilangkan debaran jantung yang tidak normal saat ini. Dia mengembuskan napas dalam lalu menatap kosong sepatu putih bermotif stroberi yang dikenakan, seolah mengulang kembali apa yang terjadi ketika dirinya dan Sagara berada di pameran malam.

Setiba di tempat setelah turun dari bus, Sagara dengan seksama memperhatikan sekitar. Dimulai dari gardu bertuliskan ucapan selamat datang, tenda penjual makanan ringan, seperti permen kapas, berondong jagung murah, siomay, bakso bakar, dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, pada sisi kanan, tepat di depan penjual makanan ringan, terdapat banyak permainan di lapangan yang jauh lebih besar. Ada bianglala, komedi putar, rumah hantu, tembak sasaran, memancing ikan mainan, mandi bola, bahkan mobil kecil untuk anak-anak.

Untuk pameran ini sendiri berada pada ujung tempat, banyak tenda yang tampak menjajakan hasil karya seni, seperti gerabah, pajangan dari anyaman, lukisan, batik di berbagai bahan dasar, serta ada panggung kecil yang menampilkan pertunjukan musik pop. Sagara mengangkat pandangan, melihat lampu-lampu kuning yang dipasang dari gardu sampai ke tempat pameran, berhasil membuat petunjuk jalan bagi pendatang agar mudah menyusuri tempat itu.

"Jadi, Seana kamu mau naik-"

Belum sempat Sagara menyelesaikan kalimatnya, pemuda itu sudah lebih dulu dibuat memelotot karena gadis yang sedari tadi di sebelahnya entah hilang ke mana. Dia memutar badan dan kembali lagi mengamati tempat, mencari sosok mungil berjaket cokelat susu kebesarannya. Pemuda berlesung pipi berdecih lalu menghela napas karena melihat Seana tengah sibuk memilih permen kapas yang sudah dibungkus oleh penjual.

Sagara berjalan mendekat, berdiri tepat di sebelah Seana, kemudian menatap lekat netra tajam gadis itu. Dia tersenyum tipis, melihat si cantik berambut gelombang sekarang tengah bersemangat. Setidaknya sekarang pemuda berlesung pipi benar-benar yakin jika Seana tidak sakit.

Ineffable [Terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang