Seana berlari kecil mengikuti seorang gadis berkacamata yang tengah menarik pergelangan tangannya. Saat melewati koridor tiap ruang pertemuan kelas, dia menutup mata rapat, kemudian kembali membuka ketika mahasiswa lain menyapa.
Setelah tiba di depan ruang himpunan jurusan, Seana menghempaskan lengan, membuat genggaman dari si gadis berkacamata terlepas. Dia memegang dada, mengatur napas kembali beraturan, bahkan tampak bahu mungil itu naik turun diikuti keringat mengalir dari dahi, membahasi poni tipisnya.
"Amanda, kenapa bawa aku ke sini? Aku udah bilang enggak mau jadi perwakilan jurusan untuk lomba debat, 'kan? Kamu ini masih pagi udah bikin aku capek aja." Seana protes usai mengelap dahi dengan punggung tangan.
Tampak gadis berkacamata yang dipanggil Amanda itu diam sebentar, menggigit bibir, lalu membetulkan kunciran rambut lurusnya dengan membagi dua surai, kemudian menarik ke arah berlawanan.
"Seana, ini bukan tentang perlombaan antar jurusan di fakultas. Tapi, ada yang mau aku bicarakan sama kamu," jawab Amanda dengan mengangguk sekali.
Selepas mendengar pernyataan itu, Seana mengerutkan kening dalam, bahkan alis juga ikut bertautan. "Mau bicarakan apa sampai harus ke sini?" tanyanya dengan mengipas wajah menggunakan tangan kiri.
"Soal Banyu anak prodi sistem informasi. Kamu kenal dekat sama dia, 'kan?" Amanda menunduk, kemudian menyelipkan anak rambut yang tidak terikat ke belakang telinga, lalu mengulum sedikit bibir tipis berpoles pelembab itu.
Seolah-olah mengerti arah pembicaraan ini, Seana langsung tersenyum sambil menutup mulut dengan tangan kanan. Dia memandang si lawan bicara dengan tatapan menggoda, seperti yang biasa dilakukan ketika meledek Sagara.
"Aku kenal dekat sama dia, kok. Kenapa emangnya?" Seana masih betah memasang ekspresi yang sama, membuat Amanda yang melihatnya merasa malu hingga wajah memerah.
"Ki-kita bicarakan di dalam aja, yuk!" ajak gadis berkacamata. Dia menarik lagi tangan Seana, kemudian membuka pintu cokelat yang ada di depan mereka.
Usai menyembulkan kepala, Amanda melihat ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada anggota himpunan prodi yang berada di sana. Segera dia melangkah masuk, diikuti Seana dari belakang. Kemudian, mereka duduk di kursi yang ada di antara sebuah meja hitam yang ada dalam ruangan tersebut.
Seana menatap sekeliling dan memerhatikan setiap jengkal dari tempatnya berada kini. Dimulai lemari tempat map dan dokumen yang ada di sisi kanannya, kemudian sebuah dispenser bersebelahan di samping meja di kursi Amanda duduk sekarang, tepat di depan Seana.
Setelah bersandar, Seana tersenyum sambil menyibak poni ke belakang, merasa hawa sejuk dari pendingin ruangan menghilangkan segala penat karena ditarik Amanda ketika kelasnya baru saja selesai.
"Jadi, kita mulai dari mana pembicaraan ini?" tanya Seana dengan kedua siku di tangan kursi.
***
Sagara berjalan santai sambil membawa dua cup minuman dingin, stroberi susu dan teh lemon. Dia berhenti tepat di belakang seorang gadis dengan teropong yang menggantung di leher, kemudian menyentuh bahu mungil itu agar berbalik melihatnya."Seana, ini minumnya," ujar Sagara, berhasil mendapatkan atensi si lawan bicara.
Setelah menurunkan teropong dari pandangan, Seana memutar arah, menatap Sagara, kemudian menyambar cup miliknya dan menyeruput agak kuat sampai jelly terlihat dari sedotan itu.
"Apa kita perlu sampai begini?" tanya Sagara usai mengembuskan napas pelan.
Bukannya menjawab pertanyaan itu, Seana malah berbalik, memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan pemuda berlesung pipi. Dia menyembunyikan tubuh ke tembok toko kue yang ada di sebelah kirinya kini, kemudian mengulurkan lagi minuman dalam genggaman ke Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [Terbit✓]
RomanceSagara, seorang mahasiswa semester lima jurusan teknik informatika. Dia memiliki otak yang cerdas dan termasuk pemuda yang tampan, bahkan kaya raya. Namun, di balik semua kesempurnaannya, dia seorang yang tidak mampu menolak pemintaan orang lain, te...