Sepuluh Hari Lagi

76 22 23
                                    

Hari terakhir magang, Seana, Sagara, dan Amanda sudah berkumpul bersama karyawan divisi pengembangan aplikasi di sebuah kafe ayam goreng. Mungkin jika dihitung ada sepuluh orang di sana termasuk ketiga mahasiswa itu. Pertemuan tersebut sengaja dibuat oleh ketua divisi, dalam rangka mengucap terima kasih kepada semua karyawan telah bekerja keras selama setengah tahun ini. Karena Seana, Sagara, dan Amanda berada di sana, mereka juga dipaksa ikut padahal sudah bersiap ingin pulang.

Sagara menopang dagu dengan melihat ke kanan, tempat Seana duduk sambil terus menikmati makanan yang sudah disajikan. Dia memperhatikan bagaimana cara gadis itu mencocol kentang goreng ke es krim stroberi di gelas kaca yang ada di meja, kemudian memasukkan ke dalam mulut. Setelahnya, terlihat sosok berambut gelombang tersebut menutup mata rapat, menikmati sensasi dari makanan yang tengah dikunyah.

Setelah tertawa pelan, Sagara tersenyum karena subjek yang dipandang tampak bersemangat menyantap makanan, bahkan pemuda itu tidak peduli dengan orang lain yang ada di sana.

"Bisa aku lihat madu imajiner keluar dari pandangan Sagara," ucap Amanda sambil menggeleng pelan. Dia duduk tepat di Sagara dan Seana, tentu saja hal itu membuatnya sangat jelas menyaksikan tatapan hangat pemuda ber-dimple.

Karena terus merasa diawasi, Seana menoleh ke Sagara dengan pipi yang menggembung karena penuh makanan. Dia menaikkan dagu, seakan-akan bertanya, mengapa pemuda itu terus menatapnya. 

Sagara menggeleng dengan sedikit menaikkan bibir, kemudian mengalihkan pandangan, dan sibuk dengan makanan apa yang tengah ada di hadapannya sekarang. Dia mengambil ayam goreng yang sayap, lalu meletakkannya di atas piring kecil, memberikan kepada Seana sambil terus mengulas senyum.

"Kenapa tiba-tiba kasih ini?" Seana mengerutkan kening, lalu menjauhkan kentang goreng dari Sagara. "Jangan harap aku bakal berbagi kentang goreng ini, Sagara," tambahnya dan membuat Amanda yang melihat interaksi itu tersedak.

"Ambil, bagian sayap itu yang paling enak," sahut Sagara tanpa menoleh, terlalu sibuk memisahkan daging dan kulit ayam miliknya.

"Kamu mau ini?" tanyanya lagi kepada Seana dengan memegang kulit ayam yang digoreng garing.

Usai Seana mengangguk, Sagara meletakkan kulit ayam miliknya di piring yang sebelumnya diisi oleh sayap goreng. Dia mendorong piring sedikit, membuat lebih dekat dengan si penerima agar segera disantap.

"Oi! Bocah-bocah kayak kalian malah menabur kemesraan ria di depan kami yang belum ada satu pun menikah. Sopankah begitu?"

Seorang pemuda berkacamata protes sambil memainkan paha ayam goreng di genggaman seperti pedang, membuat semua orang di sana tergelak, kecuali Sagara yang menunduk sambil menggaruk pipi dengan telunjuk, merasa malu hingga rona merah memenuhi wajah putih itu.

***
Di depan minimarket, sambil menunggu Sagara dari toilet, Seana duduk sambil memakan es krim stroberi, sesekali menggoyangkan kaki yang sengaja diluruskan ke kanan dan kiri. Dia bersenandung kecil, menikmati setiap suapan dengan mengangguk-angguk, mengikuti alunan nada lagu yang dimainkan dalam otak.

Saat mendengar pintu minimarket yang berada di sisi kanan tempat duduk terbuka, Seana menoleh, mendapati Sagara yang membawa sebungkus permen susu stroberi. Gadis berambut gelombang berdiri, tersenyum lebar, kemudian menghampiri sosok tinggi yang baru keluar dari bangunan bercat putih dengan logo biru, merah, dan kuning tersebut.

"Sini," titah Seana seraya mengulurkan tangan.

Sagara memberikan apa yang diinginkan si lawan bicara, lalu berjalan lebih dulu, meninggalkan Seana yang sibuk membuang cup es krim yang sudah kosong ke tempat sampah di sebelah tempatnya duduk beberapa detik lalu.

Ineffable [Terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang