Suara angin berembus pelan dari jendela kafe yang terbuka di sebelah kursi tempat Seana duduk. Tampak gadis itu menyelipkan rambut ke belakang telinga, melihat orang di depannya dengan tersenyum malu-malu, kemudian melirik Sagara yang ada di sisi kiri. Lagi, dia melengkungkan bibir ke atas semakin lebar.
Sagara membalas tatapan Seana, menunjukkan gigi rapi hingga dimple terlihat. Dia menoleh sebentar ke perempuan cantik di depan mereka, lalu mengangguk pelan.
"Ya, ampun, rambut kamu berantakan, Sayang," ucap Sagara sambil merapikan poni Seana.
Seraya terus mengembangkan bibir hingga gigi hampir kering, Seana menendang kaki Sagara dari bawah meja. Terlihat pemuda itu sedikit meringis, kemudian tertawa kecil.
"Sejak kapan kalian pacaran?"
Pertanyaan dari orang di depan Seana dan Sagara berhasil mendapatkan atensi mereka. Keduanya menggenggam tangan satu sama lain, mengangkat, kemudian meletakkan di atas meja.
"Udah lama, Kak Kaila. Tapi, karena lagi di tempat magang, enggak mungkin aku dan Seana kayak gini, 'kan?" Sagara menjelaskan sambil melepaskan genggaman.
Seana mengangguk, menyetujui pernyataan barusan, kemudian mulai mengaduk es krim stroberi di gelas kaca dengan tambahan wafer pada bagian atasnya. Dia menyendok hingga menggunung, lalu melihat Sagara dengan menampung dari bawah menggunakan tangan kiri.
"Buka mulut," titah Seana dengan memajukan bibir, seperti ibu yang menyuapi bayi.
Meski agak mundur, Sagara tetap membuka mulut. Karena jumlah yang diberikan Seana sangat banyak, Sagara tidak bisa memasukkan semuanya ke dalam kunyahan, bahkan sampai mengenai kaus hitam yang dikenakan.
"Aku harus ke toilet sekarang," ujar Sagara dan segera berdiri, berlari kecil agar lebih cepat menjauh.
Sekarang, tinggal Seana dan Kaila. Gadis penyuka stroberi menatap ke orang di hadapannya, tersenyum, lalu menyuap es krim dan memakan wafer yang menjadi tambahan jajanan beku itu.
Selang beberapa detik, dering ponsel di atas meja terdengar. Tampak Kaila segera berdiri, lantas berujar, "Aku angkat panggilan ini dulu, ya, Seana."
Seana hanya mengangguk dua kali untuk membalas perkataan itu. Dia menjauhkan gelas es krim seraya meletakkan kepala di atas meja. Gadis bernetra tajam memukul pelan kepala beberapa kali, mengingat kebodohan yang telah terjadi siang ini.
Setelah kembali menegakkan punggung, Seana menghela napas dan meringis pelan sambil menatap ke luar jendela. Dia memerhatikan orang yang lalu lalang, kemudian secara perlahan ingatan pagi tadi terulang kembali seperti film yang ditayangkan pada bioskop.
"Seana, aku serius!" Sagara memegang pundak Seana, mencoba meyakinkan apa yang dikatakannya tidak bercanda.
"Kamu dulu bilang enggak suka cewek pendek, 'kan?" tanya Seana dan menepis kedua tangan yang mencengkram bahu mungil itu.
"Aku mau kita pacaran pura-pura, Seana. Aku mau ketemu Kak Kaila hari ini. Aku harus buktiin kalo udah berhasil move on dan dapat pacar baru setelah dia. Aku mohon, Seana. Mau, ya ...." Sagara menutup kedua tangan depan dada, menatap Seana dengan sendu, selayaknya anak anjing kehilangan induk.
Seana mengepal kedua tangan di sisi tubuh, mengulum bibir sambil mengangguk, kemudian menatap jepit rambut yang berserakan di lantai. Dia berjongkok, memungut benda itu, lantas berdiri, lalu memandang Sagara tanpa ekspresi apa pun.
"Kenapa aku harus mau? Yang jadi kacung itu kamu, bukan aku, 'kan? Enggak ada keuntungan apa pun kalo aku bantuin kamu," ucap Seana, lalu berbalik, hendak masuk, dan meninggalkan Sagara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [Terbit✓]
RomanceSagara, seorang mahasiswa semester lima jurusan teknik informatika. Dia memiliki otak yang cerdas dan termasuk pemuda yang tampan, bahkan kaya raya. Namun, di balik semua kesempurnaannya, dia seorang yang tidak mampu menolak pemintaan orang lain, te...