Hai kalian. Baca sambil denger lagi Traitor dari Olivia, beuh manteup damagenya.
Jangan lupa vote dan komen ya💕
Happy Reading❤
.
.DISINILAH Agas berada, kantin rumah sakit bersama kedua saudara Yara yang datang meminta tolong padanya.
3 hari sudah Yara dirawat, selama itu juga Yara selalu mengusir mereka.
Padahal mereka ingin meminta maaf atas apa yang sudah terjadi. Radi menahan air matanya agar tak jatuh, dia berharap jalan terakhir bisa membuat Yara memaafkannya.
"Bang..tapi Agas gak yakin Buna bakal maafin kalian." Agas benar, dia tak yakin Yara akan memaafkan mereka begitu saja.
Ditinggal saat usia 7 tahun dan harus menjalani hidup keras. Pantas saja Yara marah dan enggan menemui mereka.
"A-abang mohon..hiks..abang gak sanggup lagi terus dimusuhi Yara..hiks..abang kangen adik kesayangan abang.." isak Radi tak tertahankan.
Dia berulang kali mengusap air matanya, bulu mata lentiknya pun masih terlihat sisa air matanya.
Agas kasihan, lagipula kalau bukan karena kedua abang Yara, Buna-nya pasti sudah mati di gang itu.
Padahal, luka Yara itu semua karena Aldi.
"Baiklah, Agas usahakan." putus Agas tenang, dia akan mencoba memperbaiki kesalahannya dimasa lalu.
Karena meninggalkan Yara dan menjadi sebab hilangnya ingatan Yara dulu.
Radi berterima kasih pada Agas berulang kali, dia sangat berharap.
..
Agas mengatur debar jantungnya dengan menetralkan pernapasannya, dia sedikit takut karena ini kali pertama dia ikut campur dalam urusan Yara.
Biasanya Yara yang selalu turut campur masalah Agas.
Agas menggenggam telapak tangan Yara dengan erat, membuat gadis yang tengah menonton tv itu menoleh.
Senyum tipis terulas diwajahnya. "Kenapa Agas?." tanya nya lembut dan halus.
Itu semakin membuat Agas takut, keringat dingin mengalir didahinya, dia berulang kali menelan ludahnya kasar.
"Buna, bukan maksud Agas ikut campur tapi...kasihan bang Aldi dan Radi..." ujarnya lembut.
Ibu jarinya mengelus punggung tangan Yara agar gadis itu tak marah, apalagi raut wajahnya berubah.
Ekspresinya mengeras. "Apa maksud kamu?." nada suara Yara rendah dan..dingin sekali. Nampak jelas dia benci topik pembicaraan mereka.
Agas menelan ludahnya kasar, lalu kembali berbicara.
"Bukan salah mereka karena ikut sama pihak Ibu, kala itu mereka masih terlalu muda untuk memberontak. Kamu juga tau, mereka janji untuk kembali-"
"Nyatanya mereka gak kembali Agas.." lirih Yara pilu.
"Mereka kembali Buna, sekarang mereka kembali-"
"10 tahun Gas..10 tahun aku gatau apa-apa, gatau dimana mereka, gatau Gas..aku bagai orang bodoh yang menganggap hidup aku sesederhana itu!." seru Yara prustasi.
"Buna yang tidak mau cari tau." ucapan Agas menghantam ulu hati Yara, dia menatap Agas dengan tatapan luka.
Jadi disini Yara yang salah?.
Tatapan Yara amat terluka, jujur dia kecewa dengan ucapan Agas. Jadi disini adalah salah Yara? Begitu.
"Buna diam, Buna gamau cari tau, mereka keluarga Buna. Buna gak pantas bilang kayak gitu." lanjutnya dengan suara lembut.
Pupil mata Yara mengecil, dia menggeleng pelan. Benar-benar terpukul dengan ucapan Agas.
"Kamu gatau Gas..rasanya jadi aku gimana.." lirih Yara parau dan serak.
Tenggorokannya sakit, menahan sesak dan isakan yang hampir keluar.
Agas diam, tapi saat air mata mengalir dari manik indah Yara, jantungnya serasa berhenti berdetak.
Terlebih saat Yara melepas genggaman Agas.
"Salah siapa aku jadi lupa sama mereka..hiks..salah siapa Agas? SALAH KAMU!! SEMUA SALAH KAMU!! KALAU AJA KAMU GAK JATUH KE SUNGAI AKU GAK MUNGKIN LUPA SAMA MEREKA!!" jerit Yara pilu.
Agas menggeleng ribut, raut wajahnya panik sekaligus takut, dia kembali menarik tangan Yara tapi gadis itu menghempasnya.
Tangisannya menyayat hati, sampai Agas tak bisa menahan air matanya juga. "Buna-"
"Semua salahku..iya..hiks..semuanya saja jadi salahku..hiks..padahal mereka yang pergi, mereka yang berkhianat..hiks..mereka meninggalkanku dengan ayah dan Alka..hiks.."
Agas menggigit bibirnya kuat, dia salah bicara..ucapannya sudah menyakiti hati kekasihnya.
Cklek.
Keduanya menoleh, Radi sudah terisak hebat dan langsung berlari ke arah Yara dan memeluknya erat.
"Maaf..hiks..maafin abang Yara maaf.." tangisnya kuat.
Yara diam, tapi dia membalas pelukan Radi dan turut menangis dibahunya.
"Kalian kemana..hiks..kenapa kalian pergi dan gak pernah pulang lagii!!..hiks..HUAAAAA KALIAN UDAH JANJI TAPI KALIAN INGKARI!! KALIAN GAK PERNAH KEMBALI!!" histerisnya kuat.
Aldi membekap mulutnya menahan isakan. "Maaf..hiks..maafin abang..hiks..maaf Yara maaf.." mohonnya memelas.
Yara memukul punggung Radi kuat dan mencengkramnya.
"KALIAN JAHAT!! YARA BENCI KALIAN!! YARA BENCI KALIAAN!! KALIAN JAHAT!! KALIAN JAHAT!! HUAAAAAA JAHAAAT!!!..hiks..KALIAN UDAH BOHONG SAMA YARA! KALIAN GAK PERNAH KEMBALI..hiks..10 TAHUN BANG 10 TAHUN!!" histerisnya tak terkendali.
Radi mengangguk, dia tau..mereka sangat jahat.
Tau..sangat amat tau.
"Maaf..hiks..maaf.."
"Sakit bang..hiks..sakit..hiks..Yara jadi seperti orang bodoh..hiks..YARA GATAU APA-APA SOAL KALIAN!! hiks..kalian..jahat.."
Kepala Yara berdenyut, dia tak bisa menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya.
Tubuhnya terkulai lemas seketika, tak sadarkan diri.
"Ra? YARA!?" Radi panik..jelas..
Darah mengalir keluar dari hidung Yara..Radi tak mau kehilangan adiknya lagi.
Agas sendiri..dia menyesal..ucapannya sudah melukai hati Yara yang sangat dia cintai..
Agas jahat..
Bersambung💕
Terima kasih yang udah vote dan komen❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Agas [END]
Teen FictionGimana rasanya, pacaran sama cowok manja tukang tidur? "Buna...Agas ngantuk.." "Sini aku gendong, lain kali jangan tidur dikursi taman. Kalau kamu diculik gimana? Aku takut tau." "Buna..Agas gak bakal diculik, Agas kan punya Buna..uuh sayang Buna.."...