☁️YaGas-16☁️

7.9K 1K 95
                                    

Halo, seperti biasa aku ingatkan jangan lupa vote yaaa💕.

Untuk komen juga, ayo komen gak papa, aku gak gigit tau. Kenapa kalian gak mau komen?.

Happy Reading❤
.
.

AGAS tak mau ke sekolah sebenarnya, tapi mamanya memaksa. Dan lagi hp, dia dipaksa bawa hp agar bisa bertukar kabar perihal Buna-nya.

"Gas, nanti gue ikut ke RS. Mau jenguk Yara." Agas melirik sekilas pada Erga, kemudian mengangguk.

"Siapa aja?."

"Gue sama Lona aja. Jangan tanya para kembar, mereka udah gak bisa dianggap temen lagi." ocehnya kesal, Erga merapikan barang-barangnya di tas.

Jam pelajaran sudah selesai, dan kini mereka pulang. Sudah jam 13 lewat 25 menit, Agas sudah tak sabar ingin ketemu Yara.

Agas mengangguk, dia berdiri dengan tas yang sudah terpakai dipunggungnya. Dia mendorong kursi roda Erga keluar kelas.

"Gimana keadaan Yara?."

Agas menunduk, helaan napas pasrah terdengar dari sela bibirnya. "Udah ngelewati masa kritisnya, tinggal nunggu sadar aja." jawabnya pelan.

Agas dendam setengah hidup pada Tika, gadis bajingan itu berani melukai kekasih hati Agas.

Lihat aja, apa yang bisa Agas perbuat pada gadis itu jika dia berhasil dilacak dan ditemukan.

Mereka akhirnya berjalan beriringan ke parkiran, bersama Lona juga. "Pakai mobil gue aja, supir gue udah di depan." ujar Agas.

Lona dan Erga mengangguk, kini Lona yang mendorong kursi roda Erga. Sementara Agas sibuk memandangi foto Yara di ponselnya.

Denyut nyeri terasa dihatinya, dia merindukan Yara..

Rindu suaranya...

Aish, padahal baru 1 hari Yara memejamkan matanya. Tapi Agas sudah rindu tak tertolong. Gimana kalau suatu hari Yara meninggal...

Agas menggeleng kuat. Dia takut membayangkan hal gila tersebut, memang semua orang pasti meninggal.

Tapi Agas harap kematian Yara tidak dalam waktu cepat.

Saat asiknya merenung, dering ponselnya membuatnya kaget.

Nama Mamanya langsung tertera dilayar, jantung Agas berdegup amat cepat. Ini pasti soal Yara.

"Assalamualaikum Ma." salam Agas pelan.

"Waalaikum sallam, Yara udah sadar. Cepat kemari."

Tanpa sadar, Agas tersenyum amat lebar dengan mata yang berkaca-kaca, Buna-nya sudah sadar. Agas mematika sambungan itu sepihak lalu berlari duluan meninggalkan Lona dan Erga.

"WOI AGAS!."

"BUNA UDAH SADAR! CEPETAN!"

Lona menggeleng pelan, dia beralih untuk menggendong Erga ala pengantin. "Eh! Eh apaan ini!?." pekik Erga kaget.

Childish Agas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang