☁️YaGas-33☁️

7K 907 75
                                    

Dahlah, terserah kalian aja.

Happy Reading❤
.
.

AGAS menahan degup jantung didadanya, ditangannya sudah ada cincin emas yang akan menjadi cincin pertunangannya dengan Yara.

Malam ini Agas mengenakan kemeja putih yang dilapis jas hitam, dia sangat tampan dan dewasa.

Berbeda dengan kesannya setiap hari yang hanya memakai kaus dan hodie serta celana panjang dan ponggol.

Yang hadir hanya kedua keluarga mereka saja, tapi taknada Tika disana, bagus deh. Jadi gak buat semak.

"Tarik napas dulu Gas, gugup banget kamu ih." tegur Hanum kasihan melihat wajah pucat berkeringat Agas.

Agas menggerutu tanpa suara. "Silahkan, untuk Dek Agas memasangkan cincin untuk Dek Yara." ujar pembawa acara mereka.

Yara terkekeh pelan melihat ekspresi Agas, dia memberikan tangannya pada Agas dan langsung digapai pria manis itu.

"Tenang sayang, jangan gugup gitu ah." cetus Yara kembali menggoda Agas.

Agas mengangguk pelan, dia memakaikan cincin itu dijari manis Yara. Sengaja, agar orang tau jika Yara sudah dimiliki orang.

"Dan gantian sekarang."

Yara meraih tangan Agas dan memakaikan cincin dijari manisnya, lalu mengecup punggung tangan Agas lembut.

Membuat pria itu langsung merona hebat. "Buna!" protesnya guna menutupi rasa malunya.

Yara terkekeh gemas, akhirnya pertunangan sudah selesai. Yara sudah diikat agar tak bisa pergi dari Agas lagi.

"Ayo foto bareng." ajak Gaga pada keluarga Yara.

Yudi, Aldi, Radi, Alka dan Laras langsung mendekati dan mengatur posisi mereka. Hari bahagia bagi mereka setelah melihat senyum bahagia Yara.

"Gak terasa ya, bentar lagi Yara jadi istri orang." gumam Radi terharu sembari mencium pipi Yara singkat.

"Bener, gak terasa.." gumam Aldi dengan tatapan sedikit kecewa karena kini Yara sudah jadi milik orang lain, tapi dia berusaha bahagia karena orang yang dia cintai bahagia.

"Jaga Kak Yara ya Bang." peringat Alka pada Agas, Agas langsung mengangguk walau tau Alka tak akan melihatnya.

"Pasti!."

Akhirnya kedua belah pihak keluarga memulai sesi foto bersama mereka, sebenarnya mereka mengundang Lona dan Erga.

Katanya mereka lagi di perjalanan.

Setelah selesai, mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing. "Buna lapar." lapornya pada Yara, dengan gemas Yara mengusap rambut klimis Agas.

Berantakan jadinya, tapi Agas tak perduli. "Ayo makan." ajak Yara seraya menarik Agas menuju meja yang sudah disediakan makanan.

"Suapi ya Buna.."

"Iya sayangku, bayiku, kesayanganku."

"Hehe, lope sama Buna."

"Aku juga sayang."

Lihatlah kawan, setelah banyak sekali rintangan akhirnya mereka bisa bahagia juga. Keduanya berjalan mendekati meja yang diisi banyak makanan.

"Loh? Yara disini juga?." keduanya menoleh bersamaan ke sumber suara.

Ada Raga yang mengenakan setelan rapi dengan jas hitamnya. "Eh Raga, kamu disini juga ya." sahut Yara ramah.

Agas langsung merangkul pinggang Yara dan merapatkan tubuhnya. "Ada acara apa Ra?" tanya Raga pada Yara.

"Kami tunangan hari ini." seloroh Agas mendahului jawaban Yara, Raga beroh ria dan tersenyum manis.

Walau ada sesuatu yang membuatnya tak suka. "Selamat ya, semoga kalian bahagia sampai tua bersama anak kalian nanti." ujar Raga ramah kemudian pergi.

Yara mengangguk saja, kenapa dia sudah membahas soal anak sih..

Yara dan Agas kembali sibuk soal makanan mereka, sementara Raga kini berjalan cepat keluar dari restoran.

Dia harus menghabisi seseorang saat ini, matanya menangkap siluet seorang wanita yang mengenakan hodie tengah berjalan dari parkiran.

"Itu dia." bisiknya diselingi seringai mengerikan.

Raga berlari kearah wanita itu, dia merogoh sesuatu dari balik jasnya, sebuah pisau berukuran sedang yang tumpul.

"Hei! Tante Tika~" sapa Raga cepat, sebelum wanita itu menoleh, Raga dengan cepat menusuk leher Tika sampai menancap disana.

Tika tak sempat memberontak, suaranya tertahan diujung. Raga menggeret kerah hodie Tika menuju mobilnya.

Untung saja parkiran sepi, ditambah gerimis menambah kesan horor disekitar mereka.

"Aku sengaja bunuh tante sekarang, sebelum tante bunuh Bunda aku dan buat Ayah aku stress, mending aku lakuin sekarang." bisik Raga dingin dan penuh emosi.

Dia akan menyelesaikan urusannya disini, sebelum waktunya selesai.

"S-siapa kau!?." udah sekarat masih bisa aja nanyak siapa Raga.

Raga menyeringai, dia menunduk dan berbisik ditelinga "Aku malaikat mautmu."

Lelucon dari mana ini!?.

"O-rang..ughh..gi..la.."

"Oh tentu tidak, aku senang bisa bertemu pak tua itu di hari pemakaman Bunda, dia memberikanku waktu 2 minggu untuk menyelesaikan urusanku." cerita Raga santai.

Dia membuka pintu mobilnya lalu mendorong tubuh Tika kasar.

Setelahnya Raga menutup pintu dengan kuat. Sampai tangan Tika terjepit, tapi Raga tak perduli.

"Aku akan menjadi malaikat mautmu, karena sudah berulang kali mencoba melukai bundaku." desisnya dingin, Raga masuk ke kursi kemudian dan melajukan mobilnya keluar parkiran.

Pilihan yang diberikan Pak tua itu hanya 2, mutilasi atau buang ke sungai.

Sebenarnya Raga mau mutilasi, tapi dia masih 18 tahun. Jadi belum bisa dan mentalnya belu berani.

"Aku tak akan menyiksamu kok, tunggu sampai habis darahmu baru kubuang." Raga mencabut pisau tumpul dari leher Tika.

Membuat darah menyembur deras dari sana, Tika mulai kejang-kejang menahan sakit dilehernya.

"Selamat tidur, tante Tika. Jangan lupa menjawab pertanyaan malaikat disana ya." pamit Raga sebelum Tika meregang nyawa.

Tak asik sih sebenarnya, matinya terlalu cepat. Tapi Raga tak punya waktu lagi untuk bersenang-senang.

Setidaknya hama buruk ini sudah mati dan tak akan meracau lagi.













Bersambung❤

Yey Tika udah koid, btw ada sedikit teori disini.

Pertanyaan ku cuma 1, siapa yang bisa jawab maka dia adalah orang cerdas.

"Siapa Raga sebenarnya? Dan kenapa dia membunuh Tika?."

Sertakan jawaban selogis mungkin dan aku bakalan liat hasilnya besok!.


Childish Agas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang