☁️YaGas-3☁️

14.5K 1.7K 64
                                    

Hai, 110 vote dan 50 komen baru update yaaa. Yah aku tau sih ini masih belum rame, tapi rada nyesek lihat pembaca diatas 100 tapi vote masih dibawah 100.

Hehe, begitulah.

Happy Reading❤
.
.

YARA berjalan perlahan masuk ke dalam rumah, dia baru pulang kerja part time di Cafe. Dia bukan seperti Agas yang terlahir sebagai orang berada.

Yara hanya tinggal bersama Ayah dan adiknya di rumah sederhana mereka. Yara bekerja di Cafe setelah pulang sekolah sampai malam jam 11.

"Assalamualaikum, Ayah Yara ada bawain makan malam." ujarnya lembut begitu masuk ke dalam rumah.

Suara ketukan tongkat terdengar, langkah kaki pelan menuju kearah  Yara. Yara tersenyum lembut, berjalan mendekati adiknya yang berusia 16 tahun.

"Kakak, pulangnya kok lama?" tanya nya dengan tangan yang terjulur ke depan. Tangan yang satunya memegang tongkat.

Kedua matanya masih ada namun tak berfungsi lagi. Yah, dia buta permanen, mereka ingin sekali melakukan operasi mata.

Tapi adiknya menolak, dia berkata biar saja dia buta. Jadi mengurangi kadar dosa yang bisa dibuat matanya.

Yara menyambut tangan adiknya dan menggenggamnya erat. "Tadi Cafe ramai, jadinya pulang agak malam." jawabnya lembut.

Nama adiknya adalah Alka. Dia bersekolah di SMA yang berbeda dengan Yara, SMA khusus penderita disabled seperti Alka ini.

Alka memiliki senyum lembut bagai malaikat, tak heran banyak yang menyayanginya dan tak mengganggunya.

Alka memiliki tinggi 170 cm, sama seperti Yara. Dia menangkup wajah kakaknya lalu mencium pipinya lembut.

"Istirahat Kak, Ayah udah tidur duluan. " ujarnya halus.

Yara mengangguk, badannya letih setelah seharian ini kegiatannya. Latihan basket, belum lagi gendongin Agas yang ketiduran.

Eungh, rasanya Yara mau langsung gelongsoran di kasur.

Sementara Agas, jam 12 gini dia gak tidur. Mata sayunya masih sibuk memandang lukisan yang tengah dia kerjakan.

Di lantai 2 rumah mereka ada studio lukis milik Agas sendiri. Itu hadiah ulang tahunnya 3 tahun silam.

Agas masih sibuk menyelesaikan lukisan Yara, projek istimewa khusus ulang tahun Yara sebentar lagi.

Agas tak tau harus memberikan apa pada gadisnya, jadi hanya ini yang terpikir di kepalanya.

"Buna, udah pulang kerja belum ya.." dia sedikit menyesal, karena dirinya yang punya kebiasaan tidur tak tau tempat.

Merepotkan Yara terus.

Yara terbenani pasti, tapi mencoba agar tak tidurpun tak bisa. Agas pasti selalu kalah dari rasa kantuknya.

"Agas gamau..Buna pergi.." lirihnya sedih. Dulu saja...Yara pergi dengan mudahnya, pergi meninggalkan Agas sendiri.

Agas kembali melukis, sampai akhirnya sinyal rasa kantuk terasa dimatanya. Dia mulai mengantuk, segera dia berdiri dan melepas celemeknya.

"Tidur, ayo tidur sekarang.." gumamnya sembari berjalan lunglai menuju pintu keluar.

Dia harus berjalan lagi ke lantai 1, karena kamarnya ada di lantai 1.

Lampu sudah dimatikan, tapi Agas tak takut. Dia lebih takut jika Buna-nya pergi ketimbang takut sama hantu, ah..matanya udah gak tahan lagi buat melek.

Akhirnya Agas memilih duduk dianak tangga pertama, dan tidur disana saking ngantuknya.

Takutnya dia gelinding ke bawag kalau maksain diri untuk lanjut jalan.

"Eungh..pengen mimpiin Buna.." bisiknya sebelum akhirnya masuk ke alam mimpi.

Memang absurs banget ni orang, bisa-bisanya dia tidur ditangga yang banyak penunggunya.

Ajaib, ada manusia kek gini ya.

☁️Bersambung☁️





























Childish Agas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang