☁️YaGas-21☁️

7.2K 966 20
                                    

Haii, balik lagi bareng Ryn disini💕.

Jika berkenan, mohon vote dan komennya yaaa❤.

Happy Reading❤
.
.

YARA sedikit heran dengan perubahan sifat Agas, dia jadi mudah cemburu pada laki-laki lain yang bicara pada Yara.

Dia tak segan mengancam orang tersebut.

Pagi di hari senin, seperti biasa mereka melakukan upacara di lapangan. Cuaca yang sedikit panas terik membuat sebagian besar murid tumbang.


Agas berlindung dibalik tubuh teman sekelasnya yang tinggi. Yara berada tepat disebelah Agas, dia terus menyeka keringat didahi kekasihnya itu.

"Capek? Mau izin aja ke UKS?." Yara khawatir, dia takut Agas tumbang saat ini.

Agas menggeleng pelan, senyum tipis dia berikan agar kekasihnya tak khawatir. "Agas gak papa Buna, tenang aja." Yara mengangguk, dia menggenggam tangan Agas pelan.

Kemudian mengelusnya.

"Kalau gak tahan, bilang ya."

"Heem."

KepSek terus memberi kata demi kata, sampai akhirnya ada siswa kelas 10 yang barisannya ada disebelah Yara jatuh pingsan.

Bukan jatuh ke lapangan, tapi jatuh ke tubuh Yara. Seisi lapangan panik, masalahanya...yang jadi sandarannya itu Yara..

Agas udah kecut ditempatnya. "Biar PMR aja yang angkat." ujar Agas dengan tangan yang menggenggam erat tangan Yara.

Dia tak akan membiarkan Yara menggendong siapapun, hanya Agas yang boleh. Yara kasihan pada siswa berkaca-mata ini, wajahnya pucat dengan napas yang lemah.

"Maaf, Gas." sesalnya sembari melepas genggaman tangan Agas, dengan sigap Yara menggendong cowok itu ala pengantin dan berlari keluar lapangan.

Kalau menunggu PMR akan lama, keburu lebih parah kondisi anak ini.

Yara pergi dari lapangan itu, berisik sekali riuh dilapangan.

Meninggalkan Agas yang membeku ditempatnya, tatapannya kosong, seakan nyawanya lepas dari tubuhnya saat itu juga.

"B-buna..g-gendong orang lain.." bisiknya tak percaya.

"Gas-"

Agas tak dengar panggilan Erga, dia berlari keluar lapangan mengikuti langkah Yara tadinya.

Tatapannya mendingin, Agas jadi lebih protective sekarang. Semenjak kejadian Yara masuk rumah sakit 6 bulan yang lalu, Agas bertekat akan menjaga Yara.

Dia tak akan membiarkan Tika berhasil menghancurkan hubungan mereka.

Sesampainya di UKS, Yara menidurkan cowok itu pelan-pelan.

"Bentar ya-" ucapan Yara tertahan karena cowok itu menahan ujung roknya.

Matanya terbuka, tatapan sayu dan lemah membuat Yara kasihan. "H-healer..ku..ughh.." dia menunjuk kantung celananya.

Yara langsung merogoh kantung celana cowok malang itu dan memberikan Inhealernya. "Pelan-pelan." ucap Yara.

Perlahan dia menghisap Inhealernya, napasnya mulai membaik, tapi badannya masih lemas.

Yara diam ditempatnya, memandang cowok itu yang memejamkan matanya. "Aku keluar ya." celetuk Yara.

Cowok itu hanya mengangguk saja tanpa berterima kasih atau apapun itu. Saat Yara keluar UKS, dia melihat Agas berjongkok di dekat pintu UKS.

Yara jadi merasa bersalah, apalagi saat bahu Agas bergetar pelan. "Maaf.." bisiknya sembari memeluk Agas dan menenangkannya.

Agas membalas pelukan Yara dan mendusel dilehernya. "Hiks..jangan gitu lagi..hiks..Agas gamau Buna gendong orang lain.." isaknya sesenggukan.

Yara paham, possesive sekali pacarnya ini. "Iya, maaf ya."

"Gendong.."

"Iya sayang."

Yara tak pernah tau, kalau Agas ini bisa protective dan possesive seperti ini. Bagaimana nanti jika Yara pergi ke luar negeri tanpa sepengetahuannya.

Mungkin Agas akan langsung menyusulnya.

"Kita ke kantin aja ya." bujuk Yara, untungnya Agas mengangguk.

Akhirnya mereka bolos upacara di kantin, Yara harus menenangkan bayi gedenya yang tengah dilanda cemburu ini.



















Bersambung❤

Childish Agas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang