☁️YaGas-19☁️

7.7K 1K 80
                                    

Hai, kalian seneng gak sih kalau aku update lebih dari 1 kali dalam sehari? Tapi kok aku ngerasa..agak gimana ya..

Apa gak aneh, seorang penulis update lebih dari sekali bahkan sampai 4 atau 5 kali dalam sehari?.

Happy Reading❤
.
.

SUDAH 4 hari Agas tak datang kembali mengunjungi Yara, dia masih merasa bersalah dan lagipula dia sedang sibuk mempersiapkan lukisannya.

Festival sekolah hari ini, dan Yara bersikeras ingin kesana walau semua anggota keluarganya melarang.

"Yara mau pergi! Yara udah janji sama Agas bakalan liat lukisan diaaaa." rengeknya kesal, dia sudah sembuh, bekas jahitannya juga sudah kering.

Radi dan Aldi menggeleng tegas, mereka udah baikan btw. Tapi Yara masih tidak tau kalau Radi dan Aldi adalah pria yang sudah melukainya.

"Gabisa Yara, kamu masih belum sehat." larang Radi seperti seorang ibu melarang anaknya.

Yara mendengus kesal. "Kalau gitu, Yara gamau makan!." ujarnya kesal kemudian memilih untuk tidur dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Dia membelakangi semuanya.

Alka menghela napas pendek, biasanya kalau lagi sakit gini Yara agak rewel. Cuma Alka yang bisa membujuknya.

Dia berjalan perlahan menuju kasur Yara, setelah sampai dia mengelus bahu sang kakak. "Kakak boleh pergi kok-"

"Loh? Alka-"

Alka mengangkat satu tangannya, meminta Aldi agar berhenti berbicara, kemudian dia fokus lagi pada Yara.

"Pergi sama Alka mau? Tapi jalannya pelan-pelan aja ya, atau mau pakai kursi roda?." bujuknya lagi.

Yara tergerak, dia berbalik dan memeluk perut Alka, mendusel disana. "Pakai kursi roda aja, Kakak malas jalan." gumamnya manja.

Alka tersenyum lembut, dia mengelus rambut Yara pelan. "Hanya Alka yang tau bagaimana cara menangani Yara, kalian harus sadar itu." celetuk Yudi yang berjalan kearah kasur Yara.

Dia harus menggendong putrinya ke kursi roda.

Radi dan Aldi menunduk, memang pastinya begitu kan, Yara dan Alka selalu bersama. Pastinya mereka saling tau apa yang masing-masing inginkan.

"Sudahlah, jangan merasa bersalah."

Mereka mendongak bersamaan, Yara mengatakan hal itu agar keduanya berhenti merasa bersalah.

Benar kata Agas, dulu mereka tak bisa memberontak. Jadi semua bukan murni kesalahan mereka.

.
..

Mereka langsung masuk ke Galeri pameran milik Ekskul melukis, disana sudah ramai orang yang melihat karya lukisan murid-murid ekskul tersebut.

Disudut bawah lukisan pasti ada nama dari si pelukis. Yara sedikit malu, karena begitu dia dan saudaranya masuk.

Semua memandang kearahnya.

"Itu, dia object lukisan Agas."

"Gila, memang aslinya dia lebih cantik woi."

Childish Agas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang