☁️YaGas-22☁️

7.3K 950 113
                                    

Kalian bosan ya? Gak papa kok. Wajar kalau kalian bosan, lagipula cerita ini udah mau tamat bentar lagi.

Happy Reading❤
.
.

YARA mengangkat tubuh Agas perlahan, Agas kelelahan sebab hari ini ekskulnya sampai jam 5 sore, alhasil Yara harus menunggunya.

Dan menggendongnya kembali. "Ngantuk Buna..." gumamnya sembari menyamankan posisi dileher Yara.

"Bobok aja."

Agas mengangguk, dia berusaha tertidur digendongan Yara. Gadis itu berjalan membawanya keluar dari gedung sekolah.

Sepi, karena memang hanya tersisa murid Ekskul Melukis saja.

Yara jadi kepikiran soal kuliah, Agas sudah tidur atau belum ya...Yara ingin bercerita sedikit.

"Agas, kalau sewaktu saat aku pergi..dan gak bakal balik lagi, kamu bakal benci aku gak?." bisik Yara lirih.

Agas mendengar itu, jantungnya berdegup cepat sekarang. Dia menarik diri dan menatap Yara lekat, apa maksud ucapan Yara barusan.

"Maksud Buna apa?." tanya Agas serak, Yara tersenyum sendu, menjadi bukti jelas jika yang dia katakan bukan hanya sekedar bualan.

"Kamu kan tau, bulan depan kita udah mulai sibuk ujian. Setelah lulus pastinya kita bakalan sibuk dan jarang ketemu."

Mata Agas berkaca-kaca, dia meremat seragam bagian bahu Yara, ini hal yang dia benci..pembahasan tentang perpisahan mereka.

"Mungkin kamu sibuk dengan pembukaan Galeri, dan aku yang sibuk kuliah." lanjut Yara.

Dia menyeka air mata Agas pelan.

"A-agas bakalan ikut Buna." ujarnya cepat.

Bibirnya bergetar pelan, dia tak mau berpisah, dia tak mau. "Agas, kamu punya kehidupan sendiri, ada masa depan yang harus ditata. Aku juga seperti itu." jelasnya lembut.

Agas menggeleng ribut, dia mulai terkena serangan panik. Agas memeluk Yara erat dengan racauan yang terus terdengar.

Keringat mulai membanjiri tubuhnya saat ini. "Gak boleh..enggak..Buna gaboleh pergi..gaboleh..Buna itu masa depan Agas..enggak..gaboleh pergi..ENGGAK GABOLEH!!" ahh begini lagi.

Selalu saja seperti ini jika Yara membahas perihal perpisahan. Akhirnya Yara mengelus punggung Agas dan menenangkannya.

"Sst, tenanglah. Aku gak kemana-mana." bisik Yara halus.

Dia kasihan sebenarnya, Agas sudah terlalu bergantung pada Yara, Yara bingung harus bagaimana lagi.

Takutnya jika Yara kasar, Agas akan melakukan hal nekat. Yara tak mau hal itu terjadi.

"Aku bingung Gas..bingung..apa yang harus aku perbuat.." lirihan itu terdengar ditelinga Agas.

Tapi karena dia yang masih belum meredakan serangan paniknya, itu tak masuk pendengarannya.

...

Yara melangkah perlahan masuk ke rumahnya, mereka tetap tinggal di rumah minimalis mereka, tak mau pindah walau Radi memaksa mereka ikut ke rumah baru mereka.

"Kenapa sepi sekali?." gumamnya heran, Yara berjalan menuju ruang makan. Ternyata disana ada Radi dan Aldi yang tengah berbincang, baru saja Yara hendak memanggil.

Namun pembucaraan mereka membuat Yara takut...bahkan sangat takut.

"Tika meminta kita melanjutkan misi kemarin." cetus Aldi dengan mata yang terfokus pada ponselnya.

Radi mendesah pelan. "Kau gila, Yara baru memaafkan kita, tapi kau malah ingin rencana gila itu dilanjut." ketusnya menahan emosi.

Aldi terkekeh pelan "Tenang, kita hanya sedikit melukai Yara, jangan membunuhnya."

"Aldi, jangan gitu. Yara akan semakin membenci kita."

"Loh? Bukannya tindakanmu padanya hanya semata karena kau merasa bersalah, bukan karena menyayanginya. Lagian siapa juga yang mau memiliki saudari seperti Yara, sudah jelek, miskin lagi."

PRANG!

Keduanya tersentak, mereka menoleh kearah Yara yang baru saja membanting vas bunga ke lantai, tatapan matanya datar, dingin menusuk.

Radi terkaku ditempat, sementara Aldi terdiam masa bodo.

"Yar-"

Yara diam, dia berjalan mendekati Aldi, lalu menamparnya keras. Bahkan saking nyaringnya, Alka keluar dari kamarnya.

"Aku tak butuh saudara sepertimu Aldi. Aku merasa menyesal sudah mempercayai kalian lagi." ujarnya dingin.

Auranya mengerikan, gelap sekali.

Aldi menunduk, kemudian menyeka darah disudut bibirnya. "Bagus lah." jawabnya singkat.

Yara berjalan melewati keduanya, dia akan mengatakan hal ini pada Ayah. Aldi berjalan mengikuti Yara dari belakang.

Rasanya dia sangat membenci gadis ini. "Jangan gila.." desis Radi mengingatkan.

Aldi mengangguk, dia menyimpan pisau dapur besar dibalik jaketnya saat ini. Dia akan menghabisi Yara nanti malam, lihat saja.

Dan uang 1 miliar itu akan jadi miliknya.






















Bersambung❤

Mau sad apa happy nih?

Childish Agas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang